LANGIT7.ID-, Jakarta- - Prof. Dr. Abdul Mu'ti, M.Ed, dikenal sebagai cendekiawan muslim yang berilmu bak samudra luas. Khazanah pemikirannya menyebar dan berpengaruh dalam banyak aspek kehidupan. Kini, salah satu karya keilmuannya diterbitkan menjadi sebuah buku yang patut dibaca. Mulai hari ini, LANGIT7.ID menurunkan karya originalnya secara berseri yang dinukilkan dari buku;Menjadi Manusia Bertakwa.
TAKWA merupakan salah satu inti ajaran Islam. Di dalam Alquran kata (lafadz) waqa dengan delapan kata bentukan (derivasi) disebutkan sebanyak 258 kali. Sebagian besar (lebih dari 105 kali) disebutkan dalam bentuk kata kerja (fii), lebih dari 75 kali dalam bentuk kalimat perintah (fiil amar), dan 66 kali dalam bentuk kata benda (isim).
Dalam banyak ayat, perintah bertakwa ditujukan kepada manusia pada umumnya (Ya Ayyuha An-Nas) antara lain Qs.An-Nisa [4]: 1 dan Qs. Al-Hajj [22]: 1, manusia yang beriman (Ya Ayyuha al-Ladzina Amanu) antara lain Qs. Ali Imran [3]: 102, Al-Maidah 15]: 35, At-Taubah 191: 119, dan Al-Hasyr 1591:18. Sebagian ditujukan kepada manusia yang cerdas (ulu al-bab) antara lain Qs. Al-Maidah [5]: 100 dan Ath-Thalaq [65]: 10.
Baca juga:
Pengguna Internet Makin Massif, Abdul Mu'ti Serukan Hijrah Mindset dalam BerdakwahBertakwa itu menjadi (becoming). Seseorang tidak bisa begitu saja, kun fayakun, menjadi bertakwa (being taqwa).
Bahkan manusia dilarang oleh Allah Swt. mengatakan dirinya paling suci dan paling takwa (Qs. An-Najm [53]: 32).
الَّذِينَ يَجْتَنِبُوْنَ كَبِيرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَم إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةٌ هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنْشَاكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةُ فِي بُطُوْنِ أُمَّهْتِكُمْ فَلَا تُزَكُوا
أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
_(Mereka adalah) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji. Akan tetapi, mereka (memang) melakukan dosa-dosa kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya. Dia lebih mengetahui dirimu sejak Dia menjadikanmu dari
tanah dan ketika kamu masih berupa janin dalam perut ibumu. Maka, janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia lebih mengetahui siapa yang bertakwa. (Qs. An-Najm (53]: 32)_
Agar menjadi manusia yang bertakwa diperlukan proses yaitu dengan melaksanakan amal perbuatan yang dengan-nya manusia dapat menjadi pribadi yang bertakwa (mutta-qin/muttaqun). Allah Swt. berfirman di dalam surah Al-Mai-dah [5]: 35.
يَأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيْلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
_Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, carilah wasilah (jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya agar kamu beruntung.
(Qs. Al-Maidah [5]: 35)_
Di dalam Tafsir Al-Thabari dijelaskan yang dimaksud dengan takwa adalah membenarkan Allah Swt dan Rasul-Nya, memenuhi perintah Allah Swt dan meninggalkan yang dilarang dengan penuh ketaatan, serta memperkuat iman dan membenarkan Tuhan dan Rasul-Nya dengan amal shalih.

Perintah bertakwa diikuti dengan perintah mencari atau menempuh berbagai jalan (wasilah) untuk mendekatkan
diri kepada Allah Swt. Menurut para ahli tafsir, wasilah berarti patuh (thaat), dekat (qurbah), dan cinta (mahabbah).
Bertakwa merupakan proses berkelanjutan atau on going process, melalui tahapan, berbagai jalan. Pintu-pintu menuju takwa terbuka bagi setiap manusia. Berbagai jalan menuju takwa terbentang luas bagi siapa saja yang menghendakinya.
Bertakwa merupakan ikhtiar yang berlangsung sepanjang hayat (long life effort) yang menuntut konsistensi. Karenanya diperlukan kesabaran dan keteguhan. Allah swt memerintahkan kepada manusia untuk bertakwa sesuai kemampuan.
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوْا وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوْا خَيْرًا لِأَنْفُسِكُمْ وَمَنْ يُوْقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَبِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
Bertakwalah kamu kepada Allah sekuat kemamрuanmu! Dengarkanlah, taatlah, dan infakkanlahharta yang baik untuk dirimu! Siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Qs. At-Taghabun [64]: 16)
Dalam Tafsir Jalalain dan Ibnu Katsir dijelaskan bahwa lafadz "mastatha'tum" pada ayat tersebut me-nasakh (menghapus) lafadz "haqqa tuqatihi".
يَأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقْتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada- Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim. (Qs. Ali 'Imran [3]: 102)
Lebih lanjut Ibn Katsir menjelaskan bahwa setelah turunnya surah Ali Imran [3]: 102 para sahabat beramal dengan sekuat-kuatnya, memaksakan diri. Sebagian dari mereka melaksanakan shalat sunat (qiyam) hingga tumit kakinya bengkak dan kulit keningnya bernanah. Allah Swt. menurunkan surah Al-Maidah [5]: 35 sebagai keringanan (takhfif), rukhshah (perubahan hukum untuk kemudahan),
dan kasih sayang Allah Swt. kepada hamba-hamba-Nya. Hal itu sejalan dengan Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim r.a. dari sahabat Abu Hurairah r.a.
إِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرِ فَأْتُوا مِنْهُ مَاسْتَطَعْتُمْ وَمَا
نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوهُ
Jika kamu diperintah untuk melaksanakan sesuatu, maka kerjakanlah sesuai kemampuan. Dan jika dilarang mengerjakan sesuatu maka tinggalkanlah.
Yang demikian itu karena Islam adalah agama yang mudah. Allah Swt tidak menghendaki kesulitan bagi hamba- hamba-Nya dalam mengamalkan agama. Allah Swt berfirman di dalam surah Al-Hajj [22]: 78:
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّيْنِ مِنْ حَرَجٌ
_ Allah tidak menjadikan bagimu kesulitan dalam beragama._ (Qs. Al-Hajj [22]: 78)
Dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari sahabat Abu Hurairah r.a. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ الدِّينَ يُسْرُ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنْ الدُّلْجَةِ
Sesungguhnya agama itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulit agama kecuali dia dikalah- kan (semakin berat dan sulit). Maka berlakulah lurus, mendekatlah (kepada yang benar) dan berilah kabar gembira dan minta tolonglah dengan al-Ghadwah (berangkat di awal pagi) dan ar-Ruhah (berangkat setelah dluhur) dan sesuatu dari ad- Duljah (berangkat di waktu malam).
Di dalam kitab Hadis Sahih Bukhari (5861) dan Sahih Muslim (782) disebutkan:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ خُذُوا مِنْ الْأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ اللهَ لاَ يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا وَإِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ
مَا دَامَ وَإِنْ قَلَّ
Wahai sekalian manusia, kerjakanlah dari amalan yang kalian sanggupi, karena sesungguhnya Allah tidak akan bosan sampai kalian merasa bosan, dan sesungguhnya amalan yang paling dicintai Allah adalah yang dikerjakan secara berlanjut walaupun sedikit.
Senada dengan Hadis tersebut, di dalam Kitab Hadis Shahih Bukhari (6464) dan Shahih Muslim (783) disebutkan:
أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ قَالَ وَكَانَتْ عَابِشَةُ إِذَا عَمِلَتْ الْعَمَلَ لَزِمَتْهُ
_Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang terus-menerus (dilakukan) meskipun sedikit." Al Qasim berkata; Dan
Aisyah, bila ia mengerjakan suatu amalan, maka ia kan menekuninya.._
Menjadi manusia bertakwa memerlukan proses yang panjang dan tidak selalu mudah. Karena itulah Allah Swt. berulang kali memerintahkan dan mengingatkan manusia agar senantiasa bertakwa di mana saja dan kapan saja. Dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi r.a. dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abi Abdirrahman Muadz bin Jabal r.a., Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda:
اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَاتَّبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada. Dan hendaklah kamu ikuti perbuatan jahat dengan perbuatan yang baik karena kebaikan itu akan menghapus keburukan. Dan berbuatlah kepada manusia dengan perbuatan yang sebaik- baiknya.
Dengan demikian, firman Allah Swt. dalam surah Ali Imran [3]: 102 dapat dimaknai dengan pengertian:
Bertakwalah kepada Allah Swt. sesuai kemampuan dengan penuh konsistensi sehingga kamu sekalian mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah Swt. (muslim).
Manusia dapat menjadi manusia bertakwa melalui pembiasaan (habituation) dengan membiasakan (habituate) diri berbuat baik dan meninggalkan kejahatan. Pembiasaan itu akan menjadi kebiasaan (habit). Kebiasaan itu akan membentuk kepribadian (akhlak) (bersambung/sururi alfaruq)

(ori)