LANGIT7.ID-, Jakarta- - Di antara ciri manusia yang bertakwa adalah senantiasa menunaikan shalat karena shalat merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan sebagai bentuk ibadah kepada Allah.
Di dalam Alquran surah Al-Baqarah [2]: 3 dan 177 disebutkan bahwa manusia yang bertakwa adalah mereka yang beriman kepada Allah Swt, yang gaib, dan berinfak.
الَّذِينَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُوْنَ الصَّلُوةَ وَمِمَّا رَزَقْنَهُمْ يُنْفِقُوْنَ
(Orang-orang bertakwa yaitu) orang-orang yang beriman pada yang gaib, menegakkan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anu- gerahkan kepada mereka, (Qs. Al-Baqarah [2]: 3)
Shalat merupakan salah satu rukun Islam. Di dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari r.a. dan Muslim r.a. dari Abdullah ibn Umar r.a. bahwa Rasulullah bersabda:
بُنِيَ الإِسْلامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
Islam itu ditegakkan di atas lima perkara. Kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah, kamu menegakkan shalat shalat, membayar zakat, menunaikan ibadah haji, dan berpuasa Ramadhan.
Di dalam Alquran, kata shalat dengan kata bentukannya disebutkan sebanyak 99 kali. Sedangkan kata shalat sendiri disebutkan sebanyak 67 kali. Dibandingkan dengan ibadah atau rukun Islam yang lainnya, shalat adalah yang paling banyak disebutkan.
Sebagai ibadah, shalat tidak hanya disyariatkan kepada umat Nabi Muhammad, tetapi juga kepada umat sebelumnya. Kepada anaknya, Luqman al- Hakim mengajarkan agar senantiasa melaksanakan shalat, beramar ma'ruf nahi munkar, dan bersabar atas musibah (Qs. Luqman [31]: 17).
Nabi Ibrahim a.s. memohon kepada Allah Swt. agar dirinya dan keturunannya dijadikan sebagai manusia yang senantiasa menunaikan shalat (Qs. Ibrahim [14]: 40). Walaupun, tata cara dan waktu-waktu shalat umat terdahulu berbeda dengan yang disyariatkan kepada Nabi Muhammad.
Secara bahasa, shalat berarti doa. Sedangkan menurut para ahli fikih, shalat adalah ibadah yang dilaksanakan karena Allah Swt., dimulai dengan takbiran Ihram, di akhiri dengan salam dengan bacaan dan syarat rukun tertentu.
Selain merupakan ciri manusia yang bertakwa, menunaikan shalat merupakan ciri mukmin yang sejati (Qs. Al-Anfal [8]:3) dan pembeda antara kaum beriman dengan kaum munafik yang malas melaksanakan shalat (Qs. An-Nisa [4]: 142).
Shalat yang khusuk merupakan kunci kesuksesan (Qs. Al-Mukminun [23]: 2) dan menumbuhkan stamina spiritual serta optimisme di tengah berbagai kesulitan hidup.
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلُوةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةُ إِلَّا عَلَى الْخَشِعِينَ الَّذِينَ يَظُنُّوْنَ أَنَّهُمْ مُّلْقُوْا رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَجِعُوْنَ
Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya (salat) itu benar-benar berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (yaitu) Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan hanya kepada-Nya mereka kembali. (Qs. Al-Baqarah [2]: 45-46
Shalat memiliki hubungan yang erat dengan kederma- wanan. Di dalam Alquran terdapat lebih dari 16 ayat di mana shalat diikuti dengan zakat dan infak.
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسْجِدَ اللَّهِ مَنْ أَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلوةَ وَأَتَى الزَّكُوةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ فَعَسَى أوليكَ أَنْ يَكُوْنُوْا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
Sesungguhnya yang (pantas) memakmurkan masjid- masjid Allah hanyalah orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, mendirikan salat, menunaikan zakat, serta tidak takut (kepada siapa pun) selain Allah. Mereka itulah yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (Qs. At-Taubah [9]: 18)
Penyebutan shalat dan zakat secara berurutan memiliki dua makna. Pertama, bahwa shalat dan zakat sebagai rukun iman berhubungan dengan sangat erat.
Keislaman kita menjadi sempurna dengan mengamalkan semua rukun Islam. Tidak sempurna keislaman seseorang jika dia hanya rajin shalat tetapi tidak membayar zakat, berinfak, dan bersedekah.
Keislaman kita tidak sempurna jika banyak berderma saja tetapi tidak menunaikan shalat. Kedua, shalat seharusnya menumbuhkan sikap kedermawanan dan pribadi yang dermawan. Dengan berderma hidup akan menjadi damai dan menciptakan dunia yang damai. Inilah makna mengapa kita mengakhiri shalat dengan salam. Kedamaian dalam diri merupakan fondasi membangun kedamaian dalam kehidupan semesta.
Shalat juga dikaitkan dengan Alquran dan kepribadian yang utama. Shalat dapat mencegah manusia dari perbuatan keji dan munkar.
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتُبِ وَأَقِمِ الصَّلُوةُ إِنَّ الصَّلُوةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
Bacalah (Nabi Muhammad) Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu dan tegakkanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Sungguh, mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya daripada ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al-Ankabut [29]: 45)
Abdullah Yusuf Ali dalam The Meaning of The Holy Qur'an (1989: 998) menjelaskan bahwa bagaimana kaitan antara bacaan Alquran dengan shalat dan perbuatan manusia. Menurutnya "utlu" (fiil amar/kalimat perintah) berasal dari kata "tala" (fiil madhi), "tilawah" (isim/kata benda) mengandung empat pengertian: (1) membaca dan menyebar luaskan atau menyampaikan kepada orang lain; (2) membaca Alquran dan mengamalkan dalam kehidupan pribadi; (3) memahami dan mengkaji dengan benar sehingga memperoleh pemahaman yang mendalam; (4) merenungkan dan menilai sehingga ilmu dan perilaku kita sesuai dengan Alquran. Dengan cara demikian, menurut Yusuf Ali, kita akan senantiasa ingat kepada Allah Swt. dan menghadirkan Allah Swt. dalam kehidupan. Dengannya kita akan merasa malu dan bersalah apabila masih berbuat tidak adil kepada sesama. Demikianlah dzikir yang sesungguhnya.
Dengan senantiasa melaksanakan shalat, manusia akan terjaga dari perbuatan dosa, tenteram hidupnya karena senantiasa ingat dan dekat dengan Allah Swt. Karena itu, shalat tidak terbatas ibadah ritual, tapi ibadah yang aktual dalam setiap aspek kehidupan.
Karena pentingnya kedudukan dan makna shalat, Allah Swt. memerintahkan kita agar mendidik anak-anak dan keluarga sehingga senantiasa menegakkan shalat.
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلُوةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْتَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
Perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan bersabarlah dengan sungguh-sungguh dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Kesudahan (yang baik di dunia dan akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa. (Qs. Thaha [20]: 132)
Allahu 'alam.(lam)