LANGIT7.ID-, Jakarta- - Sepak bola Vietnam sempat berkembang pesat saat berada di bawah asuhan Park Hang-seo yang berhasil membawa tim nasional Vietnam meraih kesuksesan besar di sejumlah kejuaraan.
Dilansir dari theguardian, pelatih asal Korea Selatan ini tiba di Vietnam pada tahun 2017 dengan untuk mengambil alih kursi kepelatihan timnas Vietnam yang skuadnya memiliki banyak bakat tetapi kurang berprestasi.
Seteleah mengambil alih kursi pelatih timnas Vietnam, Park dengan kerja keras dan kerja tim segera membawa tim U-23 mencapai final turnamen Asia untuk pertama kalinya.
Di masa jaya Park, para penggemar sepak bola Vietnam sempat kembali turun ke jalanan pada bulan Desember 2018 untuk merayakan kesuksesan dan berhasil mengantarkan gelar Asia Tenggara, sebuah kejuaraan regional yang berlangsung sengit pada saat itu.
Park juga berhasil membawa timnas Vietnam ke perempat final Piala Asia, namun kalah 1-0 saat bertanding melawan Jepang. Park juga sempat membawa Vietnam ke babak final kualifikasi Piala Dunia 2022.
Usai melewati masa kejayaannya bersama timnas Vietnam, Park Hang-seo akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri pada awal 2023 karena dirinya merasa bahwa telah mebawa timnas Vietnam sejauh yang dia bisa.
Setelah ditinggal Park Hang-seo, federasi sepak bola Vietnam menunjuk Troussier sebagai pelatih timnas Vietnam yang baru untuk melanjutkan fondasi sepak bola yang telah dibuat oleh Park.
Namun pada masa kepelatihan Troussier, kualitas timnas Vietnam bukannya semakin meningkat, tetapi menurun yang terlihat dari laga Piala Asia pada bulan Januari, dimana timnas Vietnam menerima tiga kekalahan dalam tiga pertandingan grup.
Hal ini membuat Troussier berada di bawah tekanan serius, bahkan Vietnam sempat kalah secara beruntun melawan rival regional Indonesia di kualifikasi Piala Dunia, sehingga sulit untuk mencapai babak 18 besar, dibandingkan dengan Park yang sempat berhasil membawa Vietnam ke babak 12 besar dalam Piala Asia di Qatar.
Kurangnya sumber daya dan kompetensi di tingkat klub dan federasi telah menyebabkan Vietnam tertinggal dibandingkan negara-negara lain se-kawasannya. Permainan lokal tidak memberikan persiapan yang dibutuhkan tim nasional untuk berkompetisi secara internasional sehingga tidak mengherankan jika masih ada pertanyaan apakah lebih baik mencari pemain dari luar negeri.
Terutama seperti yang dilakukan oleh Indonesia, mereka kini telah mengalahkan Vietnam tiga kali pada tahun 2024 dan berada di jalur final kualifikasi Piala Dunia. Negara ini telah mencari pemain keturunan Indonesia di Eropa untuk dinaturalisasi dan memanggil 10 pemain untuk kualifikasi baru-baru ini, khususnya dari Belanda, terbukti memiliki sumber daya sepak bola yang sangat kaya.
Aksi naturalisasi pemain Belanda tersebut membawa Tim Garuda kian bertaraf internasional, selain itu mereka juga menjadi timnas termuda di Asia, dengan rata-rata usia 21,5 tahun sejak kualifikasi pertama bulan lalu. Setelah bertahun-tahun mendapatkan hasil negatif, dan kini semuanya berbuah hasil positif.
Vietnam belum benar-benar menjajaki apakah mereka dapat memanfaatkan diaspora mereka sendiri di Eropa dan Amerika Utara, meskipun ini adalah perubahan yang harus dilakukan.
Artinya, untuk saat ini, para penggemar sepak bola Vietnam harus puas dengan mengomentari komposisi timnas Indonesia di media sosial sambil mencoba menghadapi kesadaran bahwa kancah sepak bola regional sedang berubah saat ini.
(lam)