Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Kamis, 16 Januari 2025
home masjid detail berita

Bolehkah Puasa 6 Hari di Bulan Syawal Dilakukan Tidak Berurutan?

esti setiyowati Selasa, 16 April 2024 - 21:00 WIB
Bolehkah Puasa 6 Hari di Bulan Syawal Dilakukan Tidak Berurutan?
ilustrasi
LANGIT7.ID-, Jakarta- - Puasa Syawal adalah salah satu ibadah sunnah yang dianjurkan setelah Ramadhan. Salah satu hikmah dari puasa Syawal, seperti disebutkan dalam sebuah hadist shahih, yaitu orang yang berpuasa Ramadhan dengan sempurna dan diikuti puasa selama 6 hari pada bulan Syawal maka pahalanya sama dengan puasa satu tahun penuh.

مَنْ صَامَ رَمَضانَ ثُمَّ أَتَبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كانَ كصِيَامِ الدَّهْرِ

"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164).

Pakar fikih kontemporer, KH Ahmad Zahro dalam kanal Youtubenya, menjelaskan cara puasa Syawal sama seperti puasa lainnya, yaitu sahur dan tidak makan juga minum mulai terbit matahari hingga terbenam.

Kiai Zahro menekankan puasa Syawal tidak harus dilakukan pada 2-7 Syawal. Bahkan ia menyarankan masyarakat Indonesia untuk melaksanakanya pada akhir-akhir bulan Syawal.

Baca juga:4 Peristiwa Besar Terjadi di Bulan Syawal, Apa Saja?

Alasannya karena masyarakat Indonesia memiliki tradisi lebaran yang berisi hal-hal baik seperti silaturahim.

"Puasa Syawal tidak harus tanggal 2-7 Syawal. Akhir-akhir saja. Sebenarnya tidak masalah jika dimulai tanggal 2. Para ulama sepakat, yang penting 6 hari, kapan saja, pokoknya masih bulan Syawal, boleh berturut-turut, boleh tidak, yang penting genap hitungan 6 hari," urainya.

Seperti diketahui tradisi Lebaran di Indonesia terbilang unik seperti mudik ke kampung halaman menjelang Idul Fitri hingga silaturahmi ke keluarga besar setelah shalat Id.

Alasan inilah yang membuat Kiai Zahro menyarankan puasa Syawal dilaksanakan pada akhir bulan untuk memaksimalkan silaturahmi.

"Jadi, puasa Syawal monggo di akhir-akhir aja, karena di sini ada tradisi bagus yakni silaturahim. Silaturahim banyakan di siang hari. Yang bertamu tidak perlu puasa dulu, yang menerima tamu juga. Menghormati tamu itu wajib," tutupnya.

Puasa Syawal tidak berurutan

Mengutip laman Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Selasa (15/4/2024), Sayyid Abdullah al-Hadrami mengatakan puasa Syawal tidak harus dilakukan dengan cara terus-menerus, dan boleh dilakukan dengan cara terpisah-pisah, yang penting semuanya dilakukan pada bulan Syawal.

Dalam kitabnya disebutkan “Apakah disyaratkan dalam puasa Syawal untuk terus-menerus? Jawaban: sesungguhnya tidak disyaratkan dalam puasa Syawal untuk terus-menerus, dan cukup bagimu untuk puasa enam hari dari bulan Syawal sekalipun terpisah-pisah, sepanjang semua puasa tersebut dilakukan di dalam bulan ini (Syawal).” (Sayyid Abdullah al-Hadrami, al-Wajiz fi Ahkamis Shiyam wa Ma’ahu Fatawa Ramadhan).

Artinya, praktik puasa Syawal boleh dilakukan dengan dua cara. Pertama yaitu dengan cara terus menerus sejak tanggal 2 hingga 7 Syawal tanpa henti.

Cara kedua yaitu secara terpisah atau tidak berurutan, misal tanggal 2 Syawal puasa, esoknya tidak, dan di tanggal 4 Syawal kembali puasa, begitu seterusnya.

Pun begitu, dari dua cara tersebut yang lebih utama dilakukan adalah puasa Syawal secara berurutan atau tidak terpisah.

(ori)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Kamis 16 Januari 2025
Imsak
04:18
Shubuh
04:28
Dhuhur
12:06
Ashar
15:30
Maghrib
18:19
Isya
19:33
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Hadid:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
سَبَّحَ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.
QS. Al-Hadid:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan