LANGIT7.ID-, Jakarta- - Sejak media sosial menjadi bagian kehidupan manusia, siapa pun kini bisa bikin konten. Kapan pun, bisa memposting dengan sesukanya. Dari mana pun, tidak harus dari rumah atau dari kantor. Akses internet kini bisa diperoleh dengan cara mudah. Karena tidak ada yang mengontrol, semua konten masuk.
Seperti yang kini sudah membanjiri di platform Instagram, Tiktok dan juga youtube, berbagai macam konten agama yang mempromosikan mendapatkan kekayaan secara instan semakin mengganggu pengguna platform (user).
Karena konten-konten agama tersebut mendorong user untuk meng-share, men-like- atau mengamini serta mengamalkan dengan janji yang menggiurkan. Seperti konten; masa sulitmu udah usai, kebahagian akan menyertaimu, rezeki datang dari arah yang tidak disangka sangka, ketika amin jika kamu yakin.”
Ada lagi,”Rezeki mengalir deras tanpa batas, jika mau like atau menuliskan kata amin.” “Pusing mikirin utang yang tak kunjung lunas, ikhtiar 40 hari meraih rizki tak terbatas.” Berbagai konten tersebut sebenarnya dalam pandangan agama seperti apa? Apakah jenis konten konten tersebut menyesatkan, atau tidak?
Menurut Ketua MUI, KH Cholil Nafis Ph.D, munculnya konten konten agama di media sosial seperti yang digambarkan langit7.id tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan. “Sumbernya tidak jelas,” ujar Kiai Kholil yang juga pengasuk pondok pesantren Cendekia Amanah di Depok saat di konfirmasi langit7.id, kemarin.
Sementara Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof.Dr. Abdul Mu’ti M.A menjelaskan banyaknya berbagai promosi yang menawarkan kekayaan secara instan sangat tidak mendidik.
Guru besar di UIN Syarif Hidayatullah ini manambahkan, promosi cara mendapatkan kekayaan secara instan ini, sangat mengganggu masyarakat karena bisa berpotensi merusak mental. “Juga bisa merusak akidah ummat,” ujar Prof Mu’ti saat dikonfirmasi langit7.id.
Ia menjelaskan agama mengajarkan manusia memperoleh rizki dengan bekerja keras dan juga melakukannya dengan cara yang halal.
Prof Mu’ti mengimbau agar masyarakat berhati hati dan tidak mudah terpengaruh dengan berbagai tawaran melalui platform media sosial oleh pihak pihak yang tidak bertanggungjawab. ‘Jika diikuti justru bisa menjerumuskan dalam praktik penipuan dan kemiskinan,” katanya.
(lam)