Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Rabu, 18 Juni 2025
home edukasi & pesantren detail berita

Dari Buku Prof.Dr. Abdul Mu'ti Menjadi Manusia Bertakwa (Seri 26)

nabil Jum'at, 26 April 2024 - 05:27 WIB
Dari Buku Prof.Dr. Abdul Mu'ti Menjadi Manusia Bertakwa (Seri 26)


LANGIT7.ID-, Jakarta- - Di dalam Alquran dijelaskan bahwa manusia yang paling mulia di hadapan Allah Swt. adalah mereka yang paling bertakwa.

Allah Swt. berfirman di dalam surah Al-Hujurat [49]: 13.

يَأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْتُكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْتُكُمْ شُعُوْبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوْا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقُكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti. (Qs. Al-Hujurat [49]: 13)

Menurut para ahli tafsir, surah Al-Hujurat termasuk kelompok surah madaniah yaitu surah yang diturunkan setelah Rasulullah Muhammad hijrah ke Madinah. Surah madaniah dapat ditandai, sedikitnya, dari tiga hal. Pertama, redaksi ayat dimulai dengan "ya ayyuha al-ladzina amanu": wahai manusia yang beriman. Kedua, sebagian besar isinya berkaitan dengan masalah hukum dan muamalah. Ketiga, pada umumnya redaksi ayatnya panjang dan prosaik. Ciri-ciri surah madaniah itu berbeda dengan surah makiyah yang diturunkan sebelum Rasulullah Muhammad hijrah. Pada umumnya, surah makiyah dimulai dengan "ya ayyuha al-nas": wahai manusia, berisi masalah keimanan (akidah), dan kesamaan ajaran universal Islam dengan agama-agama lainnya.

Surah Al-Hujurat terdiri atas 18 ayat. Lima ayat dimulai dengan "ya ayyuha al-ladzina amanu" dan satu ayat dimulai dengan "ya ayyuha al-nas" yaitu pada ayat ketiga belas sebagaimana disebutkan di atas. Sebagian besar kandungan surah Al-Hujurat berisi tuntutan akhlak terhadap Nabi Muhammad dan keluarganya, serta hubungan dan kerukunan hidup di antara sesama mukmin.

Surah Al-Hujurat [49]:13 dimulai dengan seruan kepada semua umat manusia. Seruan itu bersifat universal dan mengandung nilai-nilai yang berlaku untuk seluruh umat manusia. Ada empat nilai utama yang terkandung dalam surah Al-Hujurat [49]:13. Pertama, nilai persatuan dan kesamaan di antara umat manusia. Dijelaskan bahwa manusia adalah keturunan Nabi Adam a.s. dan -isterinya- Hawa. Hal ini menegaskan adanya kesamaan antar manusia dan kesetaraan di antara umat manusia.

Kedua, nilai-nilai pluralitas atau multikulturalisme. Bahwa manusia berbeda-beda bangsa dan suku. Mereka memiliki warna kulit dan bahasa yang berbeda-beda. Perbedaan itu merupakan bukti kekuasaan dan kebenaran ayat-ayat Allah Swt. Sebagaimana disebutkan di dalam surah Ar-Rum [30]: 22.

وَمِنْ أَيْتِهِ خَلْقُ السَّمُوتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ الْسِنَتِكُمْ وَالْوَانِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَايُتٍ لِلْعَلِمِينَ

Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasa dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berilmu. (Qs. Ar-Rum [30]: 22)

Ketiga, nilai persaudaraan. Bahwa manusia yang berbeda-beda itu harus saling taaruf, saling mengenal di antara satu dengan lainnya. Alquran memandang perbedaan sebagai sesuatu yang positif. Perbedaan adalah kekayaan (tsarwah). Secara sosiologis, taaruf juga bisa dimaknai sebagai koeksistensi dan kohabitasi di mana manusia saling menghormati dan berbuat baik dengan sesamanya. Alquran melarang satu kelompok merasa superior dan merendahkan yang lainnya karena bisa jadi kelompok yang direndahkan itu justru lebih baik. Allah Swt. berfirman di dalam surah Al-Hujurat [49]: 11.

يَأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِّنْ نِّسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيْمَانِ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّلِمُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik699) setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim. (Qs. Al-Huju- rat [49]: 11)

Keempat, nilai prestasi atau keunggulan. Bahwa manusia yang berasal dari keturunan yang sama dan berbeda-beda itu tidaklah sama harkat dan martabatnya di hadapan umat manusia dan Allah Swt. Manusia menjadi mulia karena ketakwaan yaitu amal perbuatannya. Ayat ini menegaskan prinsip penting di dalam Islam tentang pentingnya prestasi dan meritokrasi.

Dalam konteks sosial masyarakat Arab masa Rasulullah, bahkan masyarakat modern sekarang ini, kemuliaan manusia ditentukan oleh silsilah keluarga, hubungan nasab, dan pertalian darah. Nasab menentukan nasib. Itulah yang menjadi akar primordialisme, feodalisme, dan rasisme. Masyarakat Arab Jahiliah memiliki tradisi memuja nenek moyang dan kebanggaan primordial serta menempatkan kehormatan kabilah di atas segalanya. Karena itulah mereka sering terlibat perang antarsuku.

Dalam masyarakat modern sekarang ini, masih mengalami masalah rasisme dan xenophobia: sikap anti sosial yang ditandai oleh rasa tidak suka, diskriminasi, dan ketakutan terhadap kelompok lain. Rasisme terjadi karena suatu ras merasa lebih unggul dari yang lainnya.

Alquran mengubah orientasi prestise berbasis supremasi primordial dan feodal menuju orientasi prestasi. Iman dan takwa mengandung ajaran spirit level yang berlandaskan tauhid dan keadilan. Bahwa manusia, apa pun latar belakang sosial, suku, bangsa, dan warna kulitnya, serta siapa pun orang tuanya bisa meraih kemuliaan di hadapan manusia dan Allah Swt. apabila mereka bertakwa. Banyak pribadi yang berasal dari lapisan bawah, bahkan dari kalangan budak, dapat meraih kejayaan. Banyak bangsa yang hebat di masa lalu, sekarang bangsa dan negaranya jatuh menjadi negara gagal. Banyak orang dari kalangan ningrat yang jatuh, hidup melarat. Banyak bangsa yang terjajah sekarang menjadi makmur dan sejahtera.

Dengan nilai prestasi ini, Islam meletakkan dasar kemajuan dengan menghapuskan kelas-kelas sosial (kasta) dan menumbuhkan masyarakat dan kehidupan sosial yang egaliter (egalitarian society), di mana manusia berinteraksi secara sehat dengan penuh rasa hormat. Nilai prestasi menumbuhkan budaya meritokrasi di mana seseorang atau suatu kelompok dapat melakukan mobilitas sosial vertikal, from zero to hero, dengan iman, ilmu, dan akhlaknya terutama kesabaran dan keuletan dalam berusaha. Allah Swt. berfirman di dalam surah Al-Mujadilah [58]: 11.

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَلٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيرٌ

Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al-Mujadalah [58]: 11)

Allah Swt. akan mengangkat orang-orang yang beriman dan berilmu ke derajat (yang tinggi).

Demikianlah bagaimana Allah Swt. formula dan bagaimana Alquran meletakkan dasar-dasar kemajuan dan pres- tasi bagi pemeluknya. Dengan berprestasi manusia akan meraih kemuliaan dalam hidup di dunia dan akhirat nanti.

Allahu 'alam.

(lam)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Rabu 18 Juni 2025
Imsak
04:30
Shubuh
04:40
Dhuhur
11:57
Ashar
15:18
Maghrib
17:50
Isya
19:04
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan