LANGIT7.ID, Jakarta - Di antara amalan-amalan sunnah yang Rasulullah lakukan, yakni S
haum (puasa) Senin-Kamis. Amalan tersebut masuk ke dalam
sunnah fi'liyah, yakni perbuatan nabi yang dilakukan terus menerus dan dapat diikuti ummat Islam dalam rangka menghidupkan sunnah.
Selain dalam rangka menghidupkan sunnah, puasa juga penting untuk didasari dengan iman. Pasalnya, tanpa didasari dengan iman, maka puasa yang dilakukan hanya mendapat lapar dan dahaga saja. Dengan keimanan dan berharap pahala dari puasa tersebut, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya.
Baca Juga: Dimulai dari Rumah, Muslimah Ini Sukses Kembangkan Usaha BakeryBegitu pun dalam hadits masyhur (terkenal), menerangkan siapa saja yang melaksanakan
shaum karena iman dan mengharap ampunan dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya. Meskipun redaksi hadits tersebut menunjukan kepada Ramadhan, namun dapat dimaknai keumumannya dari pelaksanaan ibadah
shaum tersebut, tak terkecuali puasa sunnah.
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"
Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni." (HR. Bukhari nomor 38 dan Muslim nomor 760).
Baca Juga: Menjaga Kesehatan Bagian dari Syariat IslamDalam Kitab Fathul Bari jilid 4 halaman 115, yang dimaksud berpuasa atas dasar iman yaitu berpuasa karena meyakini akan kewajiban puasa. Sedangkan yang dimaksud
ihtisab adalah mengharap pahala dari Allah Ta’ala.
Imam Al Khattabi rahimahullah berkata
ihtisab adalah
azimah. "Yang dimaksud i
htisab adalah terkait niat yaitu berpuasa dengan mengharap balasan baik dari Allah. Jika seseorang berniat demikian, dia tidak akan merasa berat dan tidak akan merasa lama ketika menjalani puasa," ungkap Al Khattabi.
Baca Juga:
Keutamaan Puasa, Ternyata Dapat Hilangkan Racun Dalam Tubuh
Selain Menyehatkan, Puasa Bikin Wanita Makin Cantik(asf)