LANGIT7.ID-, Jakarta- - Sashimi merupakan suguhan ikan mentah segar yang biasanya ada di restoran Jepang. Sajian ini disantap dalam keadaan mentah bersama kecap asin, wasabi, parutan jahe, atau lobak.
Ikan yang kerap digunakan untuk sashimi antara lain salmon, tuna, kakap merah, scallop, dan makarel.
Karena dimakan mentah-mentah, apakah sashimi aman dikonsumsi anak-anak, khususnya balita?
Dokter spesialis anak, dr Kurniawan Satria Denta Sp.A, mengatakan, sashimi memiliki tekstur yang unik, segar dan rasanya yang lembut. Sehingga wajar bila ada anak-anak yang menyukai sajian ikan mentah ini.
Meski begitu, kata dr Denta, mengonsumsi sushi atau sashimi oleh anak-anak memiliki beberapa risiko, terutama karena sifat ikan yang masih mentah.
Baca juga:
Deretan Artis Kasih Komentar Pedas soal Tapera, Kiky Saputri: Tabungan Penderitaan Rakyat"Risiko utama adalah mikroba makanan. Ikan ataupun makanan laut mentah dapat mengandung bakteri, virus, dan parasit yang menyebabkan penyakit yang bervariasi," kata dr Denta dalam surat elektronik yang diterima Langit7.id, Kamis (30/5/2024).
Ia mengatakan, bagi anak-anak terutama yang berusia di bawah 5 tahun memiliki sistem pencernaan yang belum matang dan pertahanan kekebalan tubuh yang lebih lemah.
Kondisi ini, lanjutnya, membuat balita lebih rentan terhadap infeksi seperti salmonella, E. coli, dan berbagai infeksi parasit.
Kemudian, dr Denta menyebut risiko kedua yaitu paparan merkuri. Beberapa jenis ikan tertentu yang biasa digunakan dalam sushi, seperti tuna, dapat mengandung merkuri dalam kadar yang tinggi.
"Paparan merkuri yang tinggi sangat berbahaya bagi anak-anak karena dapat mempengaruhi perkembangan dan fungsi neurologis. Balita masih rentan sekali terkena gangguan fungsi saraf, dan kemampuan tubuh mereka untuk menetralisir merkuri juga belum sebagus anak yang lebih besar," jelas dokter yang praktek di rumah sakit bilangan Kuningan, Jakarta Selatan ini.
Selanjutnya risiko reaksi alergi. Seperti diketahui, ikan dan makanan laut lainnya adalah alergen yang umum. Memperkenalkan ikan mentah kepada anak-anak dapat meningkatkan risiko reaksi alergi, yang dapat berkisar dari gejala ringan hingga reaksi anafilaksis yang parah.
Pria yang terhimpun dalam organisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini menyebut tersedak sebagai risiko dari mengonsumsi sashimi pada anak-anak.
Hal ini disebabkan oleh beberapa komponen sushi seperti rumput laut tertentu atau potongan besar ikan yang dapat menyulitkan anak-anak untuk mengunyah dan menelan dengan benar, sehingga menimbulkan risiko tersedak.
"Jadi dapat disimpulkan ya, umumnya disarankan untuk menghindari pemberian ikan mentah kepada anak di bawah usia 5 tahun," imbau dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ini.
Sementara untuk anak yang lebih besar, dr Denta menyarankan orang tua untuk memastikan sushi atau sashimi berasal dari sumber yang memiliki kualitas terjamin dan disiapkan dalam kondisi higienis yang mengurangi risiko di atas.
"Nah, kalau usia anak di atas 5 tahun, sudah lebih bebas boleh dikasih sashimi. Apalagi ikan-ikanan kata bu Susi kan bagus banget sebagai sumber protein kita. Kaya banget nutrisi kayak omega 3, protein kualitas tinggi, vitamin mineral, hingga lemak yang lebih sehat," lanjutnya.
Baca juga:
Fakta-Fakta All Eyes on Rafah, Slogan yang Viral di Instagram dalam Perang IsraelSebelum memberikan anak sashimi, berikut beberapa hal yang perlu jadi perhatian orang tua, yaitu:
1. Pastikan sashimi diolah dengan memenuhi standar pangan yang baik, penyimpanannya baik, sumber ikannya juga tidak mencurigakan, agar terhindar dari risiko keracunan makanan.
2. Sashimi jenisnya banyak, ada salmon, tuna, cumi, kerang, dan lainnya. Pilih yang kadar merkurinya paling rendah. Salmon adalah pilihan terbaik soal ini, karena kandungan merkurinya rendah atau bahkan bisa tidak mengandung merkuri sama sekali.
Berbeda halnya dengan ikan tuna yang masih tinggi kadar merkurinya. Selain itu jangan memakan kerang mentah karena risiko keracunan pada anak cukup tinggi.
3. Lengkapi vaksinasi anak. Jangan lupa untuk memberikan anak vaksin hepatitis A dan vaksin tifoid, agar terhindar dari infeksi saluran cerna hepatitis A dan tipes.
(ori)