LANGIT7.ID-Paris; Petenis putri no 1 dunia Iga Swiatek, mencapai prestasi langka dengan memenangkan gelar putri Prancis Terbuka ketiga berturut-turut setelah di final menang mudah atas unggulan ke-12 dari Italia Jasmine Paolini dengan score akhir 6-2,6-1.
Swiatek yang asal Polandia, sempat tertinggal lebih dulu, namun langsung membalas, dan memenangkan 11 dari 12 game berikutnya untuk mengamankan kemenangan.
Sukses Swiatek kali ini, menambah gelar grand slamnya dari Perancis Terbuka menjadi 4 thropy. Plus satu grand slam dari US open pada 2022, sehingga koleksi grand slam Swiatek sudah 5 thropy. "Saya suka tempat ini, saya menunggu setiap tahun untuk bermain di sini,” kata Swiatek yang menang hanya dalam waktu 68 menit.
Swiatek mengikuti Monica Seles dan Justine Henin ke dalam buku rekor sebagai satu-satunya pemain yang mengklaim ‘tiga gambut’ di tunggal putri sejak era Terbuka dimulai pada tahun 1968.
Dia adalah pemain termuda di era Terbuka yang memenangkan empat gelar di Roland Garros.
Setelah memastikan kemenangan dalam waktu kurang dari satu jam, Swiatek merayakannya dengan berlutut sebelum menari mengelilingi lapangan. Sementara Paolini, dalam sambutannya sebagai runner up, mengucapkan selamat kepada Swiatek.
"Melawan Anda di sini adalah tantangan terberat dalam olahraga ini. Ini merupakan 15 hari yang intens, dan hari ini berat, namun saya sangat bangga pada diri saya sendiri," ujar Paolini.
Menjelang turnamen lapangan tanah liat, semua orang bertanya-tanya siapa yang bisa menghentikan Swiatek memenangkan gelar lagi. Pada akhirnya, tidak ada yang bisa memberikan jawaban.
Seiring dengan sejarahnya yang luar biasa di Roland Garros, Swiatek tiba dalam performa terbaiknya, setelah memenangkan gelar WTA bergengsi di Madrid dan Roma.
Mantan peringkat satu dunia Naomi Osaka nyaris mengalahkan Swiatek, melalui pengembalian yang kuat dan menahan match point pada pertemuan putaran kedua mereka sebelum unggulan teratas itu pulih. Sejak saat itu, perjalanan Swiatek berjalan lancar.
Begitu pula, sebuah ‘double bagel’ selama 40 menit atas Anastasia Potapova di babak keempat menjadi penanda yang signifikan, sebelum ia hanya kalah dua game melawan finalis 2019 Marketa Vondrousova di perempat final. Juara AS Terbuka Coco Gauff menawarkan lebih banyak perlawanan di semifinal sebelum Swiatek memegang kendali, namun Coco Gauf masih belum berhasil.
Sementara itu, perjalanan Paolini ke final merupakan puncak dari musim yang bagus di mana ia telah mencatatkan beberapa pencapaian dalam kariernya dan naik ke peringkat 10 besar dunia.
Peluang sebelum pertandingan bagi pemain berusia 28 tahun ini karena dia banyak dapat support dari penonton yang terdiri dari banyak orang Italia, sehingga Paolini memulai dengan percaya diri meskipun dia sadar bukan pemain yang diunggulkan.
Sebenarnya Paolini mampu menggunakan pukulan forehandnya dengan baik untuk meladeni keuletan Swiatek, sehingga terbukti dia bisa
melakukan break untuk memimpin 2-1. Pasca unggul ini, Paolini tidak mampu memanfaatkan momentum sehingga berbalik Swiatik mengambilalih dominasinya menjadi posisi 4-2 untuk Swiatek.
Sejak saat itu lalu lintas permainan menjadi satu arah. Paolini berjuang untuk mengatasi beban pukulan Swiatek dan mulai terlihat kewalahan oleh lawannya, meskipun ia terpacu oleh raungan keras para penonton yang terus memberi support, namun ia pasti mengetahui bahwa pertandingan akan segera berakhir, dan Swiatek kemudian memberikan kemenangan telak.
(lam)