LANGIT7.ID-, Jakarta- - Anak berkebutuhan khusus (ABK) kerap diidentikkan dengan anak yang memiliki kesulitan untuk mandiri, dan kerap membutuhkan bantuan orangtua maupun orang lain dalam menjalani aktivitas hingga waktu yang tidak terbatas. Padahal tidak semua seperti itu loh.
Menilik apa yang dimaksud ABK menurut wikipedia adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Siapa saja yang termasuk ke dalam ABK? Antara lain tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, dan anak dengan gangguan kesehatan.
Meski begitu ABK diyakini memiliki potensi dan kecerdasan istimewa. Yang diperlukan hanya menstimulasi mereka agar potensi yang ada dapat berkembang secara optimal sehingga menjadikan ABK sebagai pribadi yang berilmu, kreatif, dan mandiri.
Baca juga:
Usia Tepat Bayi Boleh Mengonsumsi Makanan PadatDalam teori kecerdasan dasar dari seorang profesor Harvard University, Howard Gardner disebut bahwa kecerdasan terbagi antara lain yaitu kecerdasan bahasa, matematis logis, spasial, kinestetis jasmani, musikal, interpersonal, dan intrapersonal.
Sementara untuk ABK keterbatasan fisik bukanlah hambatan seseorang untuk berkarya apalagi di bidang seni. Terbukti bahwa anak-anak berkebutuhan khusus kebanyakan memiliki kelebihan khusus dan perasaan yang peka.
Kuncinya adalah satu yaitu berusaha untuk mengidentifikasi bakat dan potensi yang dimiliki ABK. Jika sudah diketahui apa minat dan bakatnya, maka orangtua selayaknya terus menstimulasi dan mendukung bakat yang dimiliki sang anak.
Ibarat sebuah mutiara yang terbenam dalam lumpur, jika dibersihkan dan diasah mereka akan menjadi cemerlang.
Menurut Koordinator Inklusi Sekolah Dasar Islam Plus Baitul Maal (salah satu sekolah yang menerima murid ABK), Istia Rini, pihaknya berupaya menemukan bakat murid ABK dengan cara terus menstimulasi mereka. Misalnya, dengan menyediakan fasilitas untuk melatih life skills yang dimiliki anak didik.
“Semua guru termasuk wali kelas dan guru pendamping selalu berdiskusi terkait bagaimana cara menemukan bakat siswa-siswi ABK. Sebab kebanyakan minat dan bakatnya justru baru ketahuan saat di sekolah,” ungkap Istia saat ditemui di Tangerang.
Dengan demikian penting sekali untuk orangtua dan didukung oleh pihak sekolah menyediakan fasilitas khusus seperti perlengkapan untuk cooking class hingga fashion design sebagai wujud aktivitas yang berhubungan dengan life skills.
“Semua itu dilakukan untuk menstimulasi motorik siswa. Kadang kami bantu menemukannya dengan melihat dahulu kondisi anak,” imbuh Isti.
Tidak ketinggalan dukungan orangtua untuk terus menstimulasi motorik anak mereka yang berkebutuhan khusus, seperti pada bidang olahraga yaitu renang. Atau pilihan lain seperti menghapal Al Quran, belajar animasi, bidang IT dan masih banyak lainnya
(ori)