LANGIT7.ID-, Jakarta- - Hannie Hananto merupakan salah satu desainer busana muslim yang cukup lama berkarier di dunia fesyen. Belasan tahun ia mendedikasikan diri sebagai desainer, menuangkan ide-ide briliannya menjadi koleksi busana yang disukai banyak orang.
Sepanjang karir sebagai desainer tentu Hannie, sapaan akrabnya, mengalami banyak hal baik itu naik maupun turun. Mengingat dalam dunia fesyen segala sesuatunya begitu dinamis dan itu terjadi sangat cepat.
Gempuran tren fesyen yang cepat berganti, serta lahirnya desainer muda yang terus menciptakan desain baru menjadikan bisnis fesyen sangat berwarna dan tidak pernah bisa ditebak. Siapa yang tidak kuat bertahan maka akan tertinggal.
Baca juga:
Intip Persiapan VoB Jelang Tampil di Glastonbury Festival 2024Hal tersebut disadari betul oleh Hannie. Ia tidak memungkiri bahwa di sepanjang karirnya selalu ada kendala dan godaan. Namun menyikapi hal itu, desainer yang memiliki brand Anemone ini punya rahasia tersendiri untuk tetap eksis.
Beberapa koleksi karya desainer muslim Hannie Hananto.Foto/ist“Rahasianya tetap bersabar. Saya berusaha untuk selalu tetap pada apa yang menjadi style saya, tapi kadang-kadang dalam perjalanan saya selalu ada godaan seperti ‘gimana ya kalau saya bikin kayak BS, atau bikin warna-warna kalem kayak RM?’,” ujar Hannie saat ditemui di Jakarta Convention Center, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Bagi Hannie tantangan yang dialaminya justru banyaknya godaan. “Apakah saya harus berganti style, tapi saya tidak mau karena takut orang jadi lupa dan melupakan ciri khas saya. ‘kok kamu jadi kayak gini?’,” tambahnya.
Konsistensi terhadap karya menjadikan Hannie tetap bertahan dan bisa dikenal hingga kini. Meski diakui oleh mantan Ketua Indonesian Fashion Chamber (IFC) Jakarta ini, masa pandemi covid bisnisnya sempat mengalami dampak yang sangat drastis.
Karena saat itu situasi dan kondisi tidak leluasa untuk melakukan aktivitas yang sebelumnya biasa dilakuka, Hannie pun harus mengubah sistem pekerjaan, termasuk harus merelakan fashion show dan bazaar di sebuah kota, meski dirinya sudah menyiapkan koleksi yang cukup banyak.
Akhirnya koleksi tersebut pun dijual melalui media sosial Instagram dan Tik Tok. Tak hanya itu, dia juga merilis koleki masker kain yang sesuai dengan gaya desain mereknya.
Hannie memiliki tiga label untuk koleksi-koleksinya yaitu Anemone by Hannie Hananto, Hannie Hananto dan Han by Hannie Hananto.
Untuk label Han style-nya lebih ke wastra yaitu kain batik dan tenun. Di Indonesia sendiri ada empat Wastra atau kain tradisional yang sudah mendunia, yaitu kain batik, kain ikat, kain songket dan kain tenun.
“Anemone itu print, biasanya koleksi Anemone ini merupakan kerja sama dengan Lembaga dan Perusahaan. Lalu Hannie Hananto style-nya hampir pop art dan tepatnya simple,” jelas desainer yang dulunya berprofesi sebagai arsitek ini.
Jika ditarik benang merah, lanjutnya, sebenarnya dari ketiga label miliknya ada kesamaan yakni cenderung sedikit sporty dan modern.
Menurutnya, busana Muslimah sangat dinamis dan naik turun seperti kurva. Beberapa tahun lalu sebelum pandemi, dinamikanya lebih dari sekarang. “Kalau sekarang kurva menurun, entah itu karena ekonomi atau tidak. Juga pemakainya banyak yang berganti,” tutupnya
(ori)