LANGIT7.ID-, Jakarta- - Tidak bisa dipungkiri persoalan mendasar yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah masalah sosial, oleh karena itu Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti mengajak pada persatuan dan memperkuat kerja sama.
Hal itu disampaikan oleh Mu’ti pada Selasa (25/6) dalam Pembukaan Jambore MCC LKSA ke-3 Panti Asuhan Muhammadiyah-’Aisyiyah se-Jawa Tengah di Kabupaten Banyumas yang diikuti oleh 2.000 peserta.
Di sisi lain, kata Mu’ti perekonomian Indonesia tumbuh dengan angka lumayan, akan tetapi situasi sosial sedang tidak baik-baik saja. Terdapat banyak masalah sosial yang dihadapi bangsa Indonesia, terlebih yang terkait dengan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Baca juga:
Dubes Jepang Kunjungi PP Muhammadiyah: Bahas Moderasi Islam dan Isu Timur TengahSelain itu juga situasi sosial sedang tidak baik-baik saja ketika dikaitkan dengan tujuan Indonesia Emas 2045. Menurut beberapa ahli, alih-alih mencapai Indonesia Emas 2045, mereka khawatir akan menjadi Indonesia Cemas 2045.
“Ada banyak masalah sosial yang kita hadapi sekarang ini, misalnya di kalangan generasi muda kita menghadapi masalah tingginya pengguna narkoba. Kita melihat masalah keluarga – masalah yang berkaitan dengan keharmonisan keluarga juga menjadi masalah sosial yang tidak sederhana,” ungkap Abdul Mu’ti.
Masalah sosial lain yang menjadi sorotan Abdul Mu’ti saat ini adalah kekerasan, dan juga judi online yang asetnya mencapai ratusan triliun rupiah. Berbagai masalah sosial tersebut tidak boleh dipandang sebagai situasi sosial yang biasa-biasa saja.
“Kalau keadaan ini dibiarkan, tidak segera kita atasi dan tidak diambil langkah konkrit untuk menyelesaikannya maka alih-alih kita meraih Indonesia Emas 2045, yang kita peroleh bisa jadi Indonesia Cemas 2045,” ungkapnya.
Meski demikian, Guru Besar Bidang Pendidikan Islam tidak ingin bangsa Indonesia pesimistis. Dia beralasan karena pondasi sosial politik Indonesia masih sangat kuat, oleh karena itu persatuan terus dikokohkan, kerukunan harus diperkuat, dan kerja sama harus terus dipelihara dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.
Maka Muhammadiyah yang sejak awal berdiri pada 1912 telah berkomitmen tinggi dan memiliki perhatian serius terhadap persoalan yang dihadapi kelompok lemah dan tertindas. Melalui berbagai Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) berusaha berbuat konkrit agar masalah sosial dapat diselesaikan.
“Muhammadiyah tidak hanya berhenti pada menyampaikan kritik yang korektif, tetapi kritik Muhammadiyah itu diikuti dengan langkah yang konstruktif. Muhammadiyah menyampaikan catatan atas beberapa masalah kita, tapi kemudian giat berbuat sesuatu dengan langkah-langkah nyata,” kata Mu’ti.
(ori)