LANGIT7.ID-, Jakarta- - Bahaya kufur atas nikmat yang dianugerahkan Allah Swt sangatlah besar. Bahkan disebutkan bahwa kufur akan nikmat Allah Swt adalah hina dan tanda kerendahan diri seseorang adalah jika ia kufur terhadap nikmat-Nya.
“Kufur nikmat adalah hina, maksudnya tidak mensyukuri nikmat merupakan tanda kerendahan diri seseorang.” (Syekh M Nawawi Banten, Nashaihul Ibad, [Indonesia, Daru Ihayil Kutubil Arabiyyah: tanpa tahun], halaman 7).
Sebelum lebih lanjut membahas kufur nikmat, Ustad Taufik Al Miftah mengajak kita mengenal dahulu apa itu kufur.
Baca juga:
Gus Baha: Islam Itu Sederhana, Perbuatan Mubah Bisa Dilakukan untuk Tinggalkan Maksiat“Apa itu khufur? Khufur itu lawan dari syukur jadi kufur berarti dia tidak bersyukur,” ujar Ustad Taufik dalam tausyiahnya di Majelis Taklim Khoirottunisa, Bintaro, Tangerang Selatan, beberapa hari lalu.
Padahal ada banyak sekali limpahan nikmat Allah Swt kepada hamba-Nya, tetapi sering dari kita tidak menyadari hal itu dan bahkan lupa untuk mensyukurinya.
Seperti tercantum dalam Al Quran surah An Nahl ayat 18 terjemahan:
“Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Ada begitu banyak nikmat Allah Swt, saking banyaknya sampai kita susah mensyukuri.
“Lalu kapan ibu-ibu mensyukuri nikmat Allah? Jawabannya, kalau dapat nikmat. Kapan Allah kasih nikmat? Setiap saat. Maka bersyukur setiap saat harusnya,” imbuh Ustad Taufik.
Rasa syukur menurut Ustad Taufik, bisa diwujudkan dengan tiga cara yaitu syukur dengan lisan, hati dan amal (gerakan).
1. Kufur dengan lisannya yaitu saat dapat nikmat tidak mengucap masya Allah maupun alhamdulillah.
2. Kufur dengan hatinya, dia tidak meyakini bahwa rezeki atau nikmat itu di dapat dari Allah. Misal saat karir bagus dia
bilang karena saya bekerja dengan baik, jadi secara tidak langsung ia mengakui hal itu bukan karena Allah.
3. Kufur perbuatan. Ketika seseorang menggunakan nikmat yang Allah berikan di jalan kemaksiatan. Misal dikasih
lisan untuk bicara yang baik tapi digunakan untuk berkata buruk, adu domba, gossip.
Penyebab kufur nikmat
Kufur nikmat tidak muncul begitu saja melainkan ada sebabnya. Salah satu penyebab seseorang kufur nikmat adalah, selalu melihat ke atas tanpa mau melihat ke bawah.
Rasulullah Saw mengatakan, “Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian itu lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu,” (HR Bukhari dan Muslim).
Lantas bagaimana agar kita menjadi pribadi yang tidak kufur nikmat? Ustad Taufik Al Miftah berujar, yang paling penting adalah respons kita terhadap nikmat itu sendiri. Seorang mukmin paling tidak melakukan 4 hal ini:
1. Harus menyadari nikmat itu datang dari Allah sehingga tidak membuat diri kita sombong.
2. Jangan merasa paling pantas dan paling mulia atas nikmat.
Misalnya saat memiliki harta lebih, ia tidak mau berzakat atau bersedekah karena menganggap semua harta
miliknya adalah hasil kerja kerasnya sendiri.
3. Banyak-banyak mengucapkan alhamdulillah sebagai wujud syukur.
4. Dalam upaya terhindar dari kufur boleh menceritakan nikmat yang didapat kepada orang lain. Tapi perlu diingat hal
ini dilakukan jangan niatnya untuk menjatuhkan orang tapi niatnya untuk mensyukuri nikmat.
Terakhir namun paling penting adalah mensyukuri nikmat yang diberi Allah Swt dengan cara shalat seperti disebutkan dalam surat Al Kautsar ayat (1-2):
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah”.
“Apa hubungan dikasih nikmat kok disuruh sholat bukan Syukur? Al Quran nggak mungkin salah. Maka sebagian ulama tafsir mengatakan, ternyata puncak yang paling tinggi seorang hamba bersyukur pada Allah ya sholat. Kalau kita merasa hamba Allah yang pandai bersyukur maka sholat, perbaiki sholatmu, jangan tinggalkan sholat,” pungkas Ustad Taufik.
(ori)