LANGIT7.ID-, Jakarta- - Banyak orang khatam Al-Quran tapi jarang yang khatam terjemahannya. Meski tak harus hapal akan terjemahannya, tapi justru ketika memahami arti isi ayat-ayat Quran itulah kita bisa belajar menerapkan.
Seringkali Quran hanya sebatas dibaca dan tidak meninggalkan kesan, karena tidak ditadaburi.
Apa itu tadabur? tadabbur berarti merenungkan, menghayati, memikirkan, makna untuk kemudian menjadikannya sebagai sebuah pelajaran.
Dengan demikian dapat diartikan tadabbur ialah memperhatikan, merenungkan sesuatu di balik suatu perkara ataupun fenomena yang terjadi. Kata tadabbur lebih tepat digunakan untuk memperhatikan dan merenungkan teks, dalam hal ini Al-Quran.
“Mentadaburi Al-Quran membuat setiap ayat Quran membekas di jiwa dan menggerakkan hati untuk melakukan sesuatu setelah mengimani isinya, inilah yang disebut Quran sebagai petunjuk (al Furqon),” ujar Ustadz Wido Supraha dalam kajian Majelis Taklim Khoirotunnisa.
Jadi, Ustadz Supraha menyarankan, sebaiknya tidak hanya mengejar untuk mengkhatamkan Quran saja karena jika begitu kita tidak mendapatkan pelajarannya. Jiwa kita tidak terkesan dan tidak bergerak.
Adapun dalil mengenai tadabur Quran adalah sebagai berikut:
- QS Al Baqarah ayat 185 (terjemahan):
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
Baca juga:
Bagaimana Agar Amal Ibadah Diterima Allah SWT, Ini Penjelasan KH Miftachul Akhyar- QS Shad ayat 29 (terjemahan):
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.”
- QS Muhamad ayat 24 (terjemahan):
“Tidakkah mereka merenungkan Al-Quran ataukah hati mereka sudah terkunci?”
- QS Al Jumuah ayat 5 (terjemahan):
“Perumpamaan orang-orang yang dibebani tugas mengamalkan Taurat, kemudian tidak mengamalkannya, adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab (tebal tanpa mengerti kandungannya). Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.”
Fase Turunnya Al QuranPada kesempatan yang sama, Ustadz Supraha menjelaskan pula mengenai beberapa fase turunnya Al-Quran:
1. Fase di mana Al-Quran turun langsung dari Lauhul Mahfudz ke langit dunia (Baitul Izzah) di bulan Ramadan pada malam Lailatul Qadar. Kemudian diturunkan lagi sampai ke dalam jiwa Nabi Muhammad Saw di usia beliau yang ke-40.
“Jadi Islam tidak mengenal kata tua atau terlambat dalam mempelajari Quran, bahkan Nabi saja baru belajar ngaji Quran di usia 40. Saat itu turun surah pertama (QS Al Alaq). Sebaiknya kalau kita belajar Al-Quran dengan serius, tadaburilah niscaya kita insya Allah jadi pintar, percaya diri,” imbuhnya.
2. Kemudian fase turunnya surah makkiyah yang pendek-pendek dan ada di juz 30, lanjutnya, terjadi dalam kurun usia Rasulullah 40-53 tahun. Isinya lebih banyak tentang keimanan akan Rabb, nabi, manusia, adab, dan kiamat.
“Yang diajarkan tauhidnya dulu. Why-nya ditanamkan dulu. Kenapa harus shalat, dan sebagainya. Dan why ini ada di surat-surat makkiyah.” Juz 30 semua surat makkiyah kecuali Al Zalzalah dan An Nashr.
3. Fase turunnya surat Madaniyah hanya 26 surat tapi semuanya panjang sepanjang kurun usia Rasulullah 54-63 tahun. Isinya lebih banyak tentang amalan saleh.
Tadabur Quran berawal dari mengambil pelajaran dari setiap ayatnya.
Contoh dari QS Al Baqarah 1-25, ada 3 tipe manusia: orang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik (bajunya muslim tapi memusuhi Islam).
4. Ketika diturunkannya di jaman Rasulullah Quran tidak ada tanda bacanya. Baru sekitar tahun 170 Hijriyah mulai lengkap tanda baris (syakal), dan 218 Hijriyah mulai disepakati adanya juz (bagian). 1 juz terdiri dari 10 lembar dan 2 hizb dan 8 rubu. Setiap rubu ada temanya.
Supaya memudahkan Anda melakukan tadabur Quran, Ustadz Supraha memberi tips-nya yaitu:
a. Tilawah 1 lembar sebelum dan sesudah shalat, pada 5 waktu shalat maka ada dapat 1 juz ditambah dengan membaca terjemahannya.
b. Tadabur berawal dari membaca Al Quran, membaca terjemahan dan tafsir.
c. Jika melakukan tadabur tanpa guru, maka nikmati bacaannya tetapi jangan menghakimi isinya (karena kadang perlu penjelasan dari yang lebih paham).
d. Jika terdapat pertanyaan dapat memberi tanda pada mushaf dan ditanyakan kepada guru pada majelis ilmu.
(ori)