LANGIT7.ID-, Jakarta- - Mungkin beginilah lahirnya sebuah kekuatan baru. Dari puing-puing masa lalu, dengan visi segar dan darah muda, muncul supremasi yang menciptakan logikanya sendiri. Spanyol telah melewati jalan terberat menuju Berlin. Mereka menaklukkan Italia, Kroasia, Jerman, dan kini Prancis. Rekor kemenangan terpanjang sejak 2010, final pertama sejak 2012. Ini bukti nyata bahwa tim ini layak dikenang.
Memuji Spanyol sebagai finalis yang pantas rasanya terlalu meremehkan. Mereka telah menghidupkan turnamen ini. Di tengah kebosanan taktik bertahan dan serangan yang loyo, Spanyol menunjukkan bahwa sepak bola masih bisa menjadi tontonan menarik. Tim wanita mereka sudah jadi juara dunia. Kini giliran tim pria yang punya kesempatan meniru: paduan keahlian, kerja keras, dan sedikit keajaiban.
Malam ini juga menjadi saksi sejarah. Lamine Yamal, 16 tahun, mencetak gol termuda sepanjang turnamen ini. Bukan cuma soal bakat, tapi juga sistem yang membesarkan dan mempercayainya tampil di semifinal. Dia membalas kepercayaan itu dengan gol spektakuler dari jarak 25 yard. Dani Olmo menambah gol penentu di menit 25. Tapi bukan cuma soal serangan, Spanyol juga punya mental baja.
Tertinggal lebih dulu, Spanyol bukannya ciut. Mereka malah makin agresif. Tim ini menolak jadi nomor dua. Di akhir laga, saat mereka mengontrol bola diiringi sorakan "olé", Prancis terlihat kehabisan akal. Tuduhan permainan "defensif" pada Prancis mungkin berlebihan. Bagaimanapun, ini tim yang dibangun di sekitar Kylian Mbappé. Lebih tepatnya, Prancis seperti kehilangan arah dan ide.
![Gol Ajaib Lamine Yamal Antar Spanyol ke Final Euro 2024, Prancis Tumbang]()
Bagi banyak pemain senior Prancis, ini mungkin jadi lagu perpisahan. N'Golo Kanté, Olivier Giroud yang pensiun, Antoine Griezmann, Adrien Rabiot, bahkan mungkin pelatih Didier Deschamps. Tidak ada aib besar di sini. Beberapa hal memang harus berakhir. Prancis punya bakat berlimpah, tapi butuh energi baru. Mereka perlu ide segar, bukan cuma bertahan dan berharap pada Mbappé. Bandingkan dengan kepercayaan Spanyol pada Lamine Yamal. Sementara itu, gelandang berbakat Warren Zaïre-Emery, 18 tahun, tidak diberi kesempatan sama sekali oleh Deschamps.
Awal laga sebenarnya milik Prancis. Randal Kolo Muani mencetak gol pembuka. Jesús Navas, bek kanan dadakan Spanyol berusia 38 tahun, dapat kartu kuning di menit 14. Bukan awal yang ideal saat harus menghadapi Mbappé selama 76 menit. Lalu bagaimana Spanyol bisa membalikkan keadaan? Jawabannya ada di mentalitas, bukan taktik.
Ini soal keyakinan, dan tim Luis de la Fuente punya itu berlimpah. Juga soal kepercayaan diri dan sistem permainan yang matang. Tidak ada Robin Le Normand di pertahanan? Bukan masalah, Nacho masuk dan tampil gemilang. Tidak ada Pedri? Olmo siap mengambil alih seperti saat melawan Jerman.
Kunci lainnya ada di pemain sayap. Tapi Lamine Yamal dan Nico Williams bukan pemain sayap biasa. Kedua gol Spanyol tercipta saat mereka bergerak ke tengah, membuat bingung pertahanan lawan. Setelah gol Kolo Muani yang tak terduga, Spanyol bukannya panik. Mereka malah semakin bersemangat.
![Gol Ajaib Lamine Yamal Antar Spanyol ke Final Euro 2024, Prancis Tumbang]()
Prancis mungkin berpikir bisa mengendalikan permainan. Bertahan, mengoper bola, lalu menyerang balik. Strategi ini mungkin berhasil melawan tim lain. Tapi Spanyol justru senang menghadapi tantangan. Olmo ke Álvaro Morata, lalu ke Lamine Yamal, dan... gol! Tembakan luar biasa ke sudut atas gawang. Sebuah pengingat bahwa dia masih remaja dengan bakat luar biasa.
Empat menit kemudian, umpan silang Navas gagal dihalau. Olmo ambil kesempatan. Dengan kaki dan tekad yang brilian, dia mencetak gol penentu yang menyentuh tumit Jules Koundé.
Prancis yang tadinya membiarkan Spanyol menguasai bola, kini berusaha merebut kendali. Tapi tidak banyak yang bisa mereka lakukan. Spanyol masih menciptakan peluang. Mike Maignan harus keluar jauh dari gawang untuk menghentikan Williams. Prancis sempat mengancam lewat sundulan Dayot Upamecano, tendangan Théo Hernandez, dan aksi Mbappé dari sayap kanan.
Namun meski Prancis terus menekan, mereka tidak bisa banyak protes dengan hasil ini. Kekuatan lama sudah mulai usang. Saatnya menyambut era baru.
(lam)