LANGIT7.ID-Jogja; Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah Mada meluncurkan 12 buku seri kuliner yang ditulis oleh tiga Guru Besar. Ketiga orang Guru Besar yang berasal dari FTP tersebut adalah Prof. Dr. Ir. Murdijati Gardjito, Prof. Dr. Ir. Umar Santoso, dan Prof. Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Sc. Peluncuran buku seri kuliner diharapkan tidak hanya memperkaya kajian dunia akademik tetapi juga memperkuat identitas kuliner Indonesia di tingkat nasional dan internasional.
Dekan FTP UGM Prof. Eni Harmayani mengatakan peluncuran 12 buku menambah dari 3 buku seri kuliner yang sudah diluncurkan sebelumnya. Menurutnya buku ini sebagai milestone atau tonggak sejarah penting bagi dunia pangan di Indonesia. “Saya kira ini adalah karya monumental yang menjadi saksi sejarah warisan kuliner Indonesia. Buku ini tidak hanya meluncurkan satu karya, tetapi 15 karya monumental yang menyimpan kekayaan tradisi dan budaya kuliner Indonesia,” kata Eni Harmayani dalam peluncuran Buku Pesona Cita Rasa Indonesia, Sabtu (24/8) di auditorium Kamarijani Soenjoto FTP UGM.
Prof. Murdijati Gardjito mengatakan kekayaan kuliner Indonesia patut diapresiasi melalui pendokumentasian lewat publikasi buku. Ia menjelaskan bahwa buku pertama dalam seri ini membahas makanan pokok yang memberikan asupan gizi terbesar dalam tubuh. Buku seri pertama berhasil mencatat ada 208 jenis resep makanan pokok di Indonesia yang tidak hanya berbahan dasar beras, tetapi juga jagung, pisang, labu kuning, sagu, dan bahan-bahan lainnya. “Keanekaragaman pangan ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia tidak perlu khawatir akan keterbatasan bahan pangan, karena pilihan makanan pokok kita sangat beragam,” jelasnya.
William Wirjaatmadja Wongso, selaku konsultan gastronomi dan konsultan kuliner Indonesia, menyatakan bahwa karya-karya keanekaragaman pangan dan kuliner ini adalah sebuah mahakarya tentang budaya kuliner Indonesia secara akademis. Menurutnya penting untuk penerjemahan buku ini agar dunia internasional dapat memahami betapa kayanya kuliner nusantara. Namun, ia juga menggarisbawahi tantangan dalam mendidik praktisi budaya kuliner di Indonesia, terutama di tingkat SMK. “Kita lemah dalam pendidikan praktisi budaya kuliner. Sangat jarang kita menemukan juru masak Indonesia yang menguasai masakan tradisional, sehingga buku-buku ini harus dimiliki oleh sekolah-sekolah SMK agar generasi muda dapat belajar dan memahami keragaman kuliner Indonesia,” tambahnya.
Prof. Dr. Dra. Marwanti, M.Pd., salah satu pembahas lainnya yang merupakan Guru Besar dalam bidang Ilmu Pendidikan Vokasi Tata Boga Universitas Negeri Yogyakarta, menguraikan bahwa makanan memiliki berbagai macam fungsi, baik dalam aspek fisiologi, kesehatan, sosial, budaya, politik, diplomasi, maupun pengembangan pariwisata. “Buku ini tidak hanya menawarkan resep, tetapi juga cerita dan makna mendalam bagi masing-masing daerah di Indonesia. Bahasa yang digunakan juga mudah dimengerti, sehingga buku ini asik dan membuat pembaca hanyut dalam cerita sejarah makanan dari berbagai daerah,” ujarnya.
Chef Ragil Imam Wibowo, pendiri Nusa Gastronomi Indonesia memulai pembahasan dengan menyoroti bagaimana buku-buku ini melanjutkan warisan Mustika Rasa yang telah dipublikasikan pada tahun 1967. Baginya, buku ini bisa menjadi tameng untuk melindungi kebanggaan terhadap makanan Indonesia dari pengaruh luar negeri. “Makanan Indonesia sudah banyak ‘dikolonisasi’ oleh masakan asing, sehingga buku ini menjadi primbon penting untuk mempertahankan dan mempromosikan kekayaan kuliner kita,” tegasnya.
Ia juga berharap agar buku-buku ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar life skill di sekolah-sekolah dasar, sebagaimana yang diterapkan di Jepang. “Di Jepang, anak-anak SD sudah dikenalkan pada life skill untuk kehidupan, termasuk ilmu tentang gastronomi. Saya sangat berharap Indonesia dapat menerapkan hal serupa, karena semua yang diuraikan dalam buku ini sangat mumpuni, mulai dari bahan, cara memasak, hingga penyajian yang modern,” katanya.
Para pembicara dan pembahas sepakat bahwa kuliner adalah bagian integral dari jati diri bangsa Indonesia. Dengan upaya memperkenalkan dan melestarikan warisan kuliner, maka kita turut menjaga keberlanjutan budaya dan identitas bangsa di tengah arus globalisasi yang kian menggerus budaya bangsa. Oleh karena itu, buku-buku kuliner Indonesia yang ditulis para tiga orang Guru Besar ini diharapkan dapat menjadi referensi penting bagi para akademisi, praktisi dan generasi muda.(*/saf/ugm)
(lam)