LANGIT7.ID-, Jakarta- - Menjaga keharmonisan keluarga bukanlah perkara mudah, terutama ketika ada anggota keluarga yang berbuat zalim. Namun, Islam mengajarkan cara bijak menghadapi situasi tersebut. Kisah Nabi Yusuf AS menjadi teladan sempurna bagaimana menyikapi kedzaliman saudara dengan penuh kesabaran dan kemuliaan.
Dalam Surah Asy-Syura ayat 43, Allah SWT berfirman, "Tetapi barangsiapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia." Ayat ini menegaskan bahwa memaafkan adalah sikap terpuji, meski hati terasa terluka.
Rasulullah SAW juga mengajarkan pentingnya menjaga silaturahmi, bahkan ketika diperlakukan tidak adil. Dalam hadits riwayat Bukhari nomor 5991, beliau bersabda, "Bukanlah orang yang menghubungkan silaturahmi itu orang yang membalas (kebaikan), tetapi orang yang menyambung silaturahmi adalah yang ketika orang lain memutuskannya, dia tetap menghubungkannya."
Kedzaliman memang merupakan dosa besar dalam Islam. Rasulullah SAW mengingatkan dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, "Sesungguhnya kedzaliman itu adalah kegelapan pada hari kiamat." Allah SWT pun menegaskan dalam Surah Ibrahim ayat 42 bahwa Dia tidak akan membiarkan kezaliman tanpa balasan.
Kisah Nabi Yusuf AS menjadi contoh nyata bagaimana menghadapi kedzaliman saudara. Meski dibuang ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya, Yusuf AS tidak membalas dendam. Bahkan ketika memiliki kekuasaan, ia memilih memaafkan. Dalam Surah Yusuf ayat 92, Nabi Yusuf AS berkata, "Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang."
Menghadapi kedzaliman saudara memang berat, namun Islam memberikan panduan jelas. Dengan meneladani Nabi Yusuf AS, bersabar, dan memaafkan, keluarga yang dizalimi dapat meraih kemuliaan di sisi Allah. Sementara bagi pelaku kedzaliman, ancaman hukuman di dunia dan akhirat menjadi peringatan serius untuk segera bertaubat dan memperbaiki kesalahan.
Melalui ajaran Islam dan teladan para nabi, kita belajar bahwa memaafkan adalah jalan mulia yang membawa kedamaian dalam keluarga. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, keluarga Muslim dapat mengatasi berbagai tantangan dan membangun hubungan yang lebih kuat dan harmonis.
(lam)