LANGIT7.ID-, Jakarta- - Danny Jin baru mengetahui dirinya keturunan Palestina saat berusia delapan tahun. Rapper berdarah campuran Palestina-Jepang berusia 19 tahun ini mengungkapkan bahwa ayahnya jarang membicarakan asal-usul Palestinanya selama masa kecil Danny. Satu-satunya petunjuk bahwa dia memiliki darah Arab adalah kebiasaannya makan za'atar.
Melansir The New Arab, seiring bertambahnya usia, Danny Jin mulai memahami alasan di balik keengganan ayahnya membahas negara asalnya. Ternyata, kakeknya yang sedang kuliah di Mesir tidak pernah bisa kembali ke tanah kelahirannya sejak 1967.
Setelah menikah, kakek Danny pindah ke Kuwait. Namun, mereka terpaksa menjadi pengungsi untuk ketiga kalinya ketika semua warga negara Yordania diperintahkan meninggalkan Kuwait saat Perang Teluk Pertama. Akhirnya, keluarga mereka menetap di Prancis dan berhasil membangun kehidupan yang layak. Pengalaman traumatis akibat pengungsian berulang membuat kakeknya menasihati ayah Danny dan saudara-saudaranya untuk fokus meraih kesuksesan dan melupakan masa lalu.
Namun, sejak Oktober 2023, rapper yang berbasis di Tokyo ini mengakui bahwa musiknya mulai bernuansa politis. Dia menyadari bahwa media dan saluran berita Jepang hanya melaporkan berita umum tentang Gaza. Hampir semua orang yang dia kenal tidak memahami situasi sebenarnya di sana.
Danny Jin menjelaskan bahwa kurangnya pemahaman masyarakat Jepang tentang Palestina bukan kesalahan mereka. Hal ini berakar dari sistem pendidikan negara tersebut. Dalam pelajaran sejarah, Palestina tidak pernah dibahas secara mendalam.
"Mereka masih menganggap ini sebagai masalah agama. Mereka pikir ini adalah perang yang seimbang antara Israel dan Hamas. Mereka tidak pernah berpikir bahwa ini adalah bentuk pendudukan. Mereka mengira semua ini baru dimulai setelah 7 Oktober," ujar Danny Jin.
Dia melanjutkan, "Saya bersekolah di SD, SMP, dan SMA Jepang. Hanya ada satu bagian kecil di satu halaman yang menyebutkan ada masalah antara Israel dan Palestina karena agama."
Kemarahan Danny Jin terhadap kekejaman yang terjadi di Gaza dan keprihatinannya atas kurangnya kesadaran masyarakat Jepang tercermin dalam musiknya. Lagu berjudul "Anger" mengekspresikan frustrasinya terhadap informasi yang menyesatkan tentang Palestina yang disajikan oleh media arus utama seperti BBC dan CNN.
Dia mengungkapkan bahwa lagu tersebut membantunya menyalurkan amarah dan keputusasaannya. Setelah membuat lagu itu, dia memiliki gambaran yang lebih jelas tentang perdamaian yang dia inginkan untuk rakyat Palestina. Hal ini kemudian menginspirasi terciptanya lagu "Peace".
"Saya ingin tidak ada diskriminasi. Orang-orang membedakan antara damai dan tenang. Misalnya, Palestina sedang dalam pendudukan, kan? Dan ketika Hamas atau warga Palestina melawan, orang-orang mengatakan mereka merusak perdamaian," jelasnya.
"Tapi tidak, mereka sedang dijajah. Mungkin terlihat damai dan tenang, tapi sebenarnya tidak. Mereka berada di bawah pendudukan dan diskriminasi; mereka tidak memiliki hak. Dan saya tidak ingin menyebut itu sebagai perdamaian. Jadi, orang Jepang salah memahami situasi di Palestina."
Musim panas lalu, Danny Jin merilis lagu berjudul "Boycott". Selama beberapa minggu, dia telah mengikuti aksi protes pro-Palestina di Tokyo. Meski demonstrasi di Jepang tidak sebesar di Eropa, dengan jumlah peserta terbanyak mencapai 5.000 orang, Danny belajar tentang konsep boikot terhadap perusahaan-perusahaan yang memiliki hubungan dengan Israel melalui aksi-aksi tersebut.
Pada tahun 2022, Jepang merupakan negara perdagangan terbesar kedelapan dengan Israel. Namun, investasi tersebut menurun sejak Oktober 2023. Hingga akhir 2023, Jepang hanya menginvestasikan $662 juta, jauh lebih rendah dibandingkan $1,55 miliar pada tahun 2022 dan $3 miliar pada tahun 2021. Perusahaan-perusahaan Jepang menyebutkan kekerasan yang berkelanjutan di Gaza sebagai alasannya.
Dalam aksi protes itulah Danny Jin bertemu dengan seorang produser musik yang setuju untuk menggarap lagu "Boycott", di mana Danny menyebutkan nama-nama perusahaan yang mendanai Israel. Mereka merekam video musik bersama para demonstran pro-Palestina setelah aksi protes.
Danny mengungkapkan bahwa respons masyarakat Jepang terhadap musiknya sangat menggembirakan. Dia menjelaskan bahwa di Jepang, orang-orang cenderung tidak menyukai seni yang bersifat politis dan lebih memilih untuk bersikap netral. Meskipun dia mengkategorikan musiknya sebagai musik perlawanan, bahkan teman-temannya yang apolitik mengatakan mereka menikmati musik Danny dan beberapa di antaranya mulai menghadiri aksi protes.
"Banyak orang mengatakan lagu-lagu saya sangat mudah dinyanyikan dan disorakkan dalam aksi protes. Banyak teman saya yang tidak tertarik politik, tapi mereka mendengarkan dan mengatakan lagunya keren. Saya tidak yakin apakah setelah mendengarkan mereka mulai melakukan boikot, tapi setidaknya saya bisa memberi informasi melalui musik saya," tambahnya.
"Bagi orang Jepang, musik perlawanan adalah sesuatu yang sangat jarang."
Danny Jin mengaku bahwa masa kecilnya lebih didominasi oleh budaya Jepang daripada Palestina, dan sayangnya pengaruh Palestina tidak terlalu kuat. Namun, sesuatu telah berubah belakangan ini. Sejak Oktober 2023, ayahnya mulai terbuka tentang sejarah keluarga mereka. Perlahan tapi pasti, Danny merasakan rumah mereka mulai memiliki nuansa Palestina yang lebih kental. Mereka sering mengunjungi restoran Arab dan Danny mulai menjelajahi musik hip-hop Palestina.
"Baru-baru ini ayah saya menceritakan hal-hal yang sangat spesifik," katanya.
"Itu adalah kejutan besar; saya tidak tahu betapa sulitnya, berpindah-pindah, menjadi pengungsi setelah 1967 dan kemudian harus meninggalkan Kuwait. Saya sangat terkejut mengetahui betapa sulitnya masa yang dialami keluarga saya."
"Tapi pada saat yang sama, saya juga bangga pada ayah saya dan saudara-saudaranya karena mereka telah berhasil. Saya merasa bersyukur kepada ayah saya karena sampai saat ini saya tidak tahu bahwa keluarga saya adalah pengungsi. Saya bersyukur telah tumbuh dalam lingkungan yang baik."
Danny belum pernah mengunjungi Palestina. Bahkan dengan paspor Jepang, dia yakin otoritas Israel akan menahannya untuk diinterogasi karena nama belakangnya yang berasal dari Palestina. Namun, dia berencana untuk kembali begitu Palestina bebas dan tidak berencana berhenti melantunkan rap tentang Palestina, bahkan setelah gencatan senjata permanen diberlakukan di Gaza.
Pengalamannya dalam membuat rap tentang Palestina telah mendorongnya untuk mulai membuat musik tentang berbagai topik sosial-politik lainnya.
Dia menambahkan, "Saya berharap perusahaan-perusahaan Jepang berhenti berinvestasi di Israel dan masyarakat Jepang menjadi lebih teredukasi tentang Palestina."
"Agar itu terjadi, kita harus berdemonstrasi; itulah alasan terbesar kita melakukan aksi-aksi ini. Pada akhirnya, kitalah yang harus mengubah masalah yang ada dalam masyarakat Jepang ini."
(lam)