LANGIT7.ID-, Jakarta- - Praktik memejamkan mata saat shalat sering dilakukan oleh sebagian umat Muslim dengan tujuan meningkatkan kekhusyukan. Namun, apakah hal ini benar-benar efektif dan sesuai dengan syariat Islam? Buya Yahya, pengasuh Lembaga Pengembangan Da'wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah, memberikan penjelasan mengenai hal ini.
Dalam sebuah kajian yang diunggah di kanal YouTube Al Bahjah TV, Buya Yahya menegaskan bahwa khusyuk dalam shalat tidak ada hubungannya dengan kondisi mata. "Khusyuk tidak ada urusannya dengan mata," ujar beliau. Beliau menjelaskan bahwa makna khusyuk yang sebenarnya adalah ketika hati dan pikiran mengikuti bacaan dalam shalat.
Buya Yahya memaparkan bahwa banyak orang keliru memahami arti khusyuk. "Selama ini, banyak orang yang menyangka khusyuk saat mengerjakan shalat yaitu kondisi hatinya benar-benar tenang," jelasnya. Padahal, menurut para ulama, khusyuk berarti tidak keluar dari apa yang dibaca dan merenungi bacaan-bacaan dalam shalat.
Mengenai hukum memejamkan mata saat shalat, Buya Yahya menyatakan bahwa sebagian ulama menganggapnya makruh. "Adapun masalah memejamkan mata (saat shalat), ulama mengatakan makruh. Kecuali ada hajat, ada sesuatu yang lebih penting lagi," terangnya.
Beliau juga menjelaskan bahwa saat menunaikan ibadah shalat, disunnahkan untuk melihat ke arah tempat sujud, kecuali ketika berada di Masjidil Haram di mana pandangan disunnahkan melihat ke arah Ka'bah.
Namun, Buya Yahya tidak menafikan adanya kondisi tertentu yang memungkinkan seseorang memejamkan mata saat shalat. Misalnya, jika seseorang shalat di tempat yang ramai dan banyak hal yang bisa mengganggu konsentrasi. "Mungkin kita shalat di pasar, tempat ramai. Kita lagi shalat, sebab kita orang laki-laki banyak mungkin wanita lalu lalang, kita pejam mata, ya (boleh). Agar terjaga bisa jadi," ucapnya.
Buya Yahya juga memberikan tips bagi mereka yang kesulitan memahami bacaan dalam bahasa Arab untuk tetap bisa khusyuk. Beliau menyarankan untuk membayangkan lafadz bacaan shalat. "Ikutilah lafadz bacaanmu, seolah-olah mata membaca Alhamdulillahi rabbil 'alamin (Al-Fatihah). Lafadz hurufnya yang dibayangkan," ungkapnya.
Terlepas dari perbedaan pendapat, Buya Yahya menekankan bahwa yang terpenting adalah memahami esensi khusyuk yang sebenarnya dalam shalat. Dengan pemahaman yang benar, diharapkan umat Muslim dapat menjalankan ibadah shalat dengan lebih bermakna dan sesuai dengan tuntunan syariat.
(lam)