(Muhammad Zulvan, Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah)
LANGIT7.ID-, Jakarta- - Kata perundungan atau disebut juga bullying dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya adalah mengganggu; menjahili terus-terusan; membuat susah; menyakiti orang lain baik fisik maupun psikisnya berbentuk kekerasan verbal, sosial, dan fisik terus menerus dan dari waktu ke waktu, seperti pemanggilan nama individu dengan julukan tertentu. Dampak dari perundungan itu—kini telah banyak meresahkan dan masalah di berbagai sektor masyarakat, terutama psikologis, dimana perundungan mempengaruhi kesehatan mental dan kejiwaan korban. Anehnya dalam perkembangan kasus – kasus perundungan saat ini telah merambah ke ranah daring karena kemajuan teknologi, sehingga menjadikan korban mengalami pelecehan di ranah publik dan mengganggu normalitas kehidupan sehari – hari. Berangkat dari fenomena dan realitas itu, penulis ingin menguraikan bagaimana perundungan mempengaruhi kesehatan mental korban, termasuk kecemasan, depresi, dan trauma jangka panjang, serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan kognitif dan keberhasilan akademis.
Di kasus perundungan dinamika kekuasaan memainkan peran penting selama ini. Dominasi atau bahaya terhadap korban dibangun dengan memanfaatkan kekuatan fisik, sosial, atau psikologis. Dampaknya korban sering merasa terjebak dalam situasi di luar kendali mereka, yang menyebabkan ketakutan dan ketidakberdayaan yang nyata. Sebuah survei yang dilakukan oleh Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) menemukan bahwa individu yang dirundung sering kali mengalami penurunan harga diri dan perasaan rendah diri. Biasanya, mereka mulai berpikir bahwa jika sesuatu terus-menerus terjadi pada mereka, itu berarti mereka tidak layak untuk dihormati dan dicintai. Hal ini menyebabkan meningkatnya isolasi sosial dan menurunnya kesejahteraan mental mereka.Menjadi pelaku perundungan dapat menimbulkan rasa malu dan takut pada korbannya. Mereka mungkin suatu hari menjadi orang-orang yang dibicarakan di media karena menjadi pelaku perundungan, tetapi sekarang, sebagai remaja atau orang dewasa, mereka membela diri mereka sendiri setelah mengalami banyak kejadian penindasan secara emosional dan mental selama masa kecil mereka. Sebaliknya, individu tersebut memendam pengalaman tersebut dan percaya bahwa mereka berhak mendapatkannya atau sering kali merasa tidak berdaya untuk melawan. Perasaan tidak berdaya ini berdampak kuat pada kesejahteraan mental individu yang mengalami pelecehan. Informasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kemendikbud mengungkapkan bahwa perundungan di lingkungan sekolah sering kali menyebabkan korban merasa tidak aman dan enggan untuk masuk sekolah, sehingga mengakibatkan stres dan kecemasan.
Perundungan merupakan masalah yang meluas di berbagai sektor masyarakat, khususnya di lingkungan sekolah dan lingkungan sosial remaja. Perundungan dapat terjadi secara fisik, verbal, atau psikologis. Lebih jauh lagi, perundungan telah merambah ke ranah daring karena kemajuan teknologi. Meskipun korban perundungan mungkin memperlihatkan luka fisik, luka emosional mereka tetap tidak terlihat. Esai ini akan membahas bagaimana perundungan mempengaruhi kesehatan mental korban, termasuk kecemasan, depresi, dan trauma jangka panjang, serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan kognitif dan keberhasilan akademis.
Kemudian salah satu akibat psikologis yang sering terjadi akibat perundungan adalah gangguan kecemasan. Orang yang sering menjadi korban perundungan sering mengalami kecemasan sosial, gangguan kecemasan umum, atau bahkan serangan panik. Ketakutan konstan menjadi target perundungan dapat menyebabkan korban menjadi sangat hati-hati terhadap lingkungan sosial mereka, yang pada akhirnya mengganggu kehidupan sehari-hari mereka. Menurut Yayasan SEJIWA, yang menitikberatkan pada pencegahan perundungan di Indonesia, banyak korban perundungan mengalami kecemasan berlebih yang mempengaruhi kemampuan mereka dalam berinteraksi sosial, termasuk di luar lingkungan sekolah. Korban seringkali menghindari situasi sosial yang dianggap berpotensi risiko untuk menghindari pengalaman bullying yang berulang-ulang.
Selain kecemasan, depresi juga merupakan dampak umum dari bullying. Individu yang menjadi korban bullying sering kali mengalami perasaan putus asa, kurangnya motivasi, dan ketidaktertarikan pada tugas-tugas rutin mereka. Depresi ditandai dengan tanda-tanda seperti perubahan kebiasaan makan, gangguan tidur, kelelahan yang luar biasa, dan rasa putus asa yang mendalam. Sebuah penelitian oleh Yayasan Lentera Anak menunjukkan bahwa menjadi korban bullying selama masa kanak-kanak atau remaja dapat menyebabkan depresi jangka panjang di masa dewasa. Korban yang tidak memiliki dukungan yang tepat mungkin kesulitan untuk mengatasi trauma dan mungkin menanggung beban emosional untuk waktu yang lama.
Dampak Jangka PanjangPerundungan tidak hanya berdampak pada korban dalam jangka pendek, tetapi juga berdampak jangka panjang pada kesehatan mental mereka. Berbagai penelitian yang dilakukan di Indonesia telah menunjukkan bahwa individu yang pernah mengalami perundungan memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan stres pascatrauma. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menyatakan bahwa trauma akibat perundungan di masa kecil dapat menyebabkan masalah psikologis yang berlanjut hingga dewasa, yang mempengaruhi kemampuan korban untuk menjalin hubungan interpersonal yang positif dan mempercayai orang lain.
Dampak jangka panjang lain meliputi kekurangan kepercayaan diri dan kesulitan mempertahankan hubungan sosial yang baik. Banyak orang dewasa yang pernah diintimidasi mengaku sulit menjalin hubungan sosial yang solid karena takut akan perlakuan buruk lagi. Di lingkungan kerja, intimidasi juga bisa menyebabkan beberapa orang merasa sulit berinteraksi dan merasa kurang percaya diri untuk mencapai kesuksesan, baik dalam karir maupun kehidupan personal.
Trauma yang tidak ditangani dapat menyebabkan kecenderungan untuk menggunakan zat atau perilaku destruktif sebagai cara untuk mengatasi rasa sakit emosional yang dalam. APKI menyatakan bahwa korban perundungan yang tidak mendapatkan perawatan psikologis yang tepat memiliki risiko lebih tinggi untuk menunjukkan perilaku destruktif sebagai cara untuk mengatasi luka emosional mereka.
Perundungan tidak hanya mempengaruhi psikologis, tetapi juga dapat mempengaruhi perkembangan kognitif dan hasil belajar korban. Sering kali, anak-anak dan remaja yang sering menjadi korban bullying mengalami kesulitan fokus di sekolah, yang menyebabkan penurunan hasil belajar. Menurut laporan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, anak-anak bisa kesulitan fokus dan menyelesaikan masalah di lingkungan sekolah akibat tekanan dari bullying. Selain itu, para korban bullying seringnya memilih untuk tidak masuk sekolah guna menghindari orang yang melakukan kekerasan, hal ini menyebabkan penurunan dalam pencapaian akademis mereka.
Selain itu, orang yang menjadi korban perundungan sering menghadapi kesulitan dalam memperoleh keterampilan sosial dan emosional yang diperlukan untuk kehidupan mereka ke depan. Studi yang dilakukan oleh Lembaga Pengembangan Anak Indonesia menyarankan bahwa intimidasi yang terjadi saat masa kecil bisa menghambat kemajuan kognitif, mempengaruhi cara berpikir, dan menurunkan kemampuan memecahkan persoalan. Ini akan mempengaruhi kemampuan mereka dalam menghadapi tantangan akademis dan profesional pada masa yang akan datang.
Perlunya Intervensi DiniDengan mempertimbangkan dampak psikologis yang sangat merusak dari perundungan, intervensi awal sangat penting untuk mencegah kerusakan jangka panjang. Keterlibatan sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam menangani perundungan sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan aman dan mendukung bagi korban. Inisiatif pencegahan perundingan, diprakarsai oleh Kemendikbud dan Yayasan SEJIWA, bertujuan meningkatkan kesadaran akan resiko perundungan dan memperkuat budaya sekolah yang inklusif.
Terus, korban perundungan harus bisa mendapatkan layanan konseling psikologis untuk membantu mereka dalam proses pemulihan dari trauma yang dirasakan. Menurut Persatuan Psikolog Indonesia, terapi individu dan kelompok bisa membantu korban dalam menghadapi pengalaman mereka dan meningkatkan rasa percaya diri. Cara pengobatan ini bisa membantu orang untuk mengatasi rasa malu, takut, dan depresi, serta mempersiapkan mereka untuk menghadapi masa depan dengan lebih baik.
Dari kajian ini ada benang merah yang bisa kita tarik dalam kesimpulan dimana perundungan berdampak besar secara psikologis dan berlangsung lama terhadap kesejahteraan mental individu yang menjadi korbannya. Rasa takut, kesedihan, dan stres yang terus-menerus bisa dirasakan oleh korban, tidak hanya mempengaruhi kehidupan sosial dan emosional mereka, tetapi juga prestasi akademis dan prospek masa depan mereka. Memberikan dukungan yang memadai dan melakukan tindakan pencegahan penting bagi semua pihak, seperti sekolah, orang tua, dan masyarakat, dalam menghadapi korban. Dengan intervensi awal yang sungguh-sungguh, kita dapat mengurangi dampak perundungan serta memberikan kesempatan bagi korban untuk pulih dan tumbuh sebagai individu yang sehat secara mental dan emosional.
(lam)