Prof Dr.Bambang Setiaji
Banyak mungkin tidak menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi bukanlah beban pemerintah saja. Bahkan sebenarnya yang tumbuh itu adalah masyarakat, dalam hal ini adalah tugas para pengusaha. Pertumbuhan ekonomi tidak lain adalah meningkatnya jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat. Tugas pemerintah hanyalah membuat stimulus, mengatur sistem berusaha yang sehat, sampai dengan pengawasan, tetapi siapa yang tumbuh tidak lain adalah masyarakat sendiri terutama para pengusaha, agar menghasilkan barang dan jasa lebih banyak lagi.
Pertumbuhan ekonomi atau pertambahan barang dan jasa, bisa terjadi karena unit usaha yang ada melakukan ekspansi dan adanya usaha baru yang dibangun oleh wirausahawan baru. Para usahawan baik yang lama dan yang baru adalah para pejuang dengan dua tugas utama yaitu menambah barang dan jasa supaya bagian per orang atas barang dan jasa meningkat – kemiskinan berkurang, dan tugas kedua yang juga bernilai amal sholih adalah memberi lapangan kerja rakyat. Dengan adanya kewiraswastaan dimungkinkan memberi uang kepada masyarakat berupa upah bisa tiap bulan, tiap minggu, atau tiap hari. Dengan upah itu pengusaha mengentaskan kemiskinan, dan dengan pekerjaan itu juga memberikan martabat atau harga diri. Pengusaha dalam kerangka berpikir seperti itu sungguh sangat mulia.
Baca juga:
KOLOM EKONOMI SYARIAH: Agama Islam Dorong Ummatnya Bekerja, Melarang MenganggurPandangan yang kurang baik kepada profesi pengusaha berasal dari feodalisme, yang sangat mengidolakan kepriyayian. Padahal konstruksi tugas mulainya seorang pengusaha sangat agamis.
Islam tidak anti pengusaha dan bisnis, di samping ajaran dari Al Quran untuk selalu bertebaran di bumi mencari karunia Allah, dalam kesejarahan juga maujud pengusaha pengusaha Muslim pada generasi awal. Nabi SAW sendiri juga seorang pedagang terpercaya. Para sahabat, baik ajaran dan praktek empirik kewirausahaan ada dalam Islam. Perdagangan, pinjam meminjam, gadai, menempati bab bab yang besar dalam kitab fikih.
Indonesia yang kini berada pada kategori menengah diukur dari pendapatan perkapita yang menggambarkan tingkat kepengusahaan dan kapasitasnya dalam menghasilkan barang dan jasa. Keadaan kita dikhawatirkan terjebak dalam klaster sekarang (midle income trap), yaitu ketika ekonomi hanya menawarkan dari itu ke itu saja. Jagat kepengusahaan baru kita dipenuhi dengan ide restoran, kuliner, dan pakaian.
Dua industri paling tua setua peradaban manusia itu sendiri. Untuk menembus negara maju transformasi ekonomi kearah tumbuhnya industri industri yang berbasis pengetahuan, riset, dan teknologi sangat penting. Dalam hal yang terkahir ini jagat kewirausahaan benar benar memanggil. Kampus sangat diharapkan dengan riset risetnya, BRIN demikian juga sangat diharapkan.
Dunia Islam adalah dunia yang tertinggal dalam mengembangkan industri berbasis ilmu pengetahuan, riset, dan teknologi. Partisipasi dunia Islam diharapkan meloncat ke industri berbasis baterai yang rendah emisi, misalnya mobil dan motor listrik, alat alat komunikasi dan komputasi, dan indsustri berbasis artificial inteligent dan mesin yang belajar berbasis informasi internet.
Dunia Islam adalah pasar dengan 2,4 milyar orang, dua kali dari China yang digdaya sekarang. Dunia Islam dikaruniai dengan modal petro dollar di timur tengah yang bisa dipadukan dengan tenaga murah dan cukup terdidik seperti Indonesia, Banglades, Mesir dan banayak lagi. Semua ini perlu dirajut kembali dari keasyikan persaingan dan perpecahan, serta dari enak enak, comfort zone, hanya menikmati petro dollar, dan digunakan untuk loncat ke industri kemewahan, mall, hotel, dan jagat kemewahan yang lain.
Jagat kewirausahaan berbasis ilmu pengetahuan sungguh memanggil.(Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah)
(lam)