LANGIT7.ID-Buku karya journalis senior Nasihin Masha tentang “Praksis Pancasila Pengalaman Edeologi di Perusahaan Gobel” memang sangat menarik. Buku yang membedah perjalanan panjang pendiri Panasonic Gobel, Thayeb M.Gobel, berhasil memberikan banyak inspirasi tentang bagaimana mengelola sebuah perusahaan, memperlakukan karyawan yang semuanya dikaitkan dengan implementasi dan refleksi dari pribadi Thayeb yang Pancasilais dan religius. Semuanya merupakan cerminan visi Thayeb yang menjadikan dirinya seorang pribadi manusia langka, karena tidak semua pengusaha bisa melakukan seperti dia.
Banyak pengusaha sering bersikap berseberangan dengan karyawan dan banyak pula yang menjadikan karyawan sebagai kambing hitam.
Baca juga:
Dari Buku Praksis Pengalaman Ideologi di Perusahaan Gobel (2) Karyawan Diberi Saham, Bonus, Diberangkatkan Haji dan UmrohSeperti yang dikisahkan Rachmat Gobel, penerus dari Thayeb M.Gobel yang tidak lain adalah pewaris kerajaan bisnis Panasonic Gobel, dalam acara launching buku Nasihin di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) belum lama ini, sangat menyentuh. Rachmat Gobel bertutur bahwa ayahnya, dalam memperlakukan karyawan tidak semena mena. Ayahnya, tidak pernah berfikir tentang perusahaan yang performentnya menurun, kemudian mengambil jalan pintas memangkas semua karyawan. Ayahnya memilih jalan lain agar karyawannya tetap bisa bekerja. Kisah Thayeb ini, sungguh sangat langka. Kebanyakan, karyawan dijadikan korban. Maka, jika ada Thayeb-Thayeb lain, tentu Indonesia menjadi negara besar karena tidak ada sumber daya manusia yang dipinggirkan.
Seperti dalam salah satu bab buku karya terbaik Nasihin ini, terungkap pribadi Thayeb yang sangat memperhatikan karyawannya di bidang perumahan. Ada istilah menarik:CIKAGO. Ini bukan nama kota di Amerika, tetapi ini Indonesia. Thayeb memberikan istilah CIKAGO, yang merupakan akronim dari cicilan karyawan Gobel.
Baca juga:
Dari Buku Praksis Pancasila Pengalaman Idieologis di Perusahaan Gobel (bagian 1): Masjid dan Berhijab Diprotes Jepang, Tapi..?Pada 1985, perusahaan memberikan fasilitas perumahan di kompleks yang diberi nama lembah hijau.. Perumahan ini dibangun oleh yayasan perumahan Gobel. Ada 500 rumah yang dibangun. Nama nama jalannya pun unik. Sesuai dengan nama produk yang dihasilkan di perusahaan. Ada jalan radio, jalan kipas angina, dan sebagainya. Salah satu karyawan, Anton yang sudah berusia 70 tahun, yang bekerja sejak 1975 mengaku masih ingat benar, saat itu harga rumahnya 9 juta untuk type 45/100. Cicilannya Rp 61.250 per bulan. “Uang mukanya dipotong dari uang bonus, uang cuti dan sebagainya. Intinya tidak ada duit yang keluar dari kantong. Semua sudah diurus oleh kantor,” kata Anton berkisah.
Tentu sangat langka, sebuah perusahaan menyediakan perumahan bagi karyawannya. Umumnya adalah instansi pemerintah. Bahkan instansi pemerintah pun kini sudah tidak lagi memberikan fasilitas perumahan. Semua harus beli melalui mekanisme pasar yang disediakan oleh perushaan property.
![Dari Buku Praksis Pancasila Pengalaman Ideologi di Perusahaan Gobel (3): Karyawan Dibangunkan Perumahan Tanpa Uang Muka]()
Namun tidak bagi perusahaan Gobel. Pada 2008 kembali membangun perumahan. Kali ini di Cilangkap. Jarak dari kantor berkisar 12 km. Namun pembangunannya tidak lagi dilakukan oleh yayasan, tetapi bekerjasama dengan perusahaan property. Kini di tahun 2023, Kopkar Gobel kembali membangun perumahan lagi. Namanya Kopkar Gobel Residence. Lokasinya dekat jalan Tole Iskandar, Depok. Jarak dari kantor ke perumahan berkisar 8km. Ada sekitar 80 rumah dan 7 ruko dibangun di lahan seluas 1 hektar. “Sekarang makin sulit mencari lahan. Apalagi yang dekat. Sekarang umumnya sudah kearah Balaraja yang sudah lebih dekat ke Banten,” kata Mustari, ketua koperasi Gobel.
Harga rumahnya pun relative masih terjangkau: 625 juta. Harga ini untuk type 36/60. Itu jika menggunakan harga kredit KPR. Jika menggunakan harga tunai untuk karyawan Rp520 juta, sedangkan nonkarywan terkena harga Rp 585 juta.
Bagi Thayeb, memperhatikan segala urusan karyawan adalah hal yang fundamental. Karena Thayeb menganggap semua karyawan adalah keluarga besarnya. “Hubungan saya dengan saudara-saudara (karyawan) bukan sebagai atasan terhadap bawahan, tidak pula terbatas antara yang memimpin dan yang dipimpin, tetapi lebih dari itu menjurus kepada hubungan seorang bapak dengan anaknya. Sebagai seorang bapak, saya merasa bertanggungjawab terhadap masa depan karyawan perusahaan, bagi kehidupan yang lebih berbahagia,” ujar Thayeb saat pidato ulang tahun National Gobel pada 1978.
Rachmat Gobel yang menjadi penerus Thayeb lebih jauh menyatakan bahwa sukses seseorang berawal dari keharmonisan dalam kehidupan rumah tangganya. Selain itu, kata Rachmat, keuntungan sebuah perusahaan justru diperoleh dari kinerja karyawan terkecil yang ada di level bawah. Maksud pernyataan Rachmat adalah jika suatu perusahaan ingin sukses maka perhatikan semua urusan karyawan agar rumah tangga karyawan damai, tentram dan bahagia. Tak akan ada kedamaian di mana pun ketika di rumahnya kisruh. Begitu pula, Rachmat berprinsip bahwa keberhasilan besar perusahaan tak akan terjadi bila hal-hal yang terlihat kecil justru berantakan. Dengan demikian tidak ada pekerjaan besar atau pekerjaan kecil tidak ada pegawai level atas atau level bawah, semuanya adalah sama penting dan sama strategisnya.
Dalam kontek ini Thayeb sangat memperhatian kerapian, kedisiplinan, dan ketertiban di segala hal dan semua lini. Cpntoh sederhana adalah soal rambut. Tidak boleh ada karyawan yang rambutnya menyentuh kerah baju atau menyentuh telinga. Hampir semua karyawan mengenang tentang ketegasan Thayeb soal prinsip prinsip ini. Tangannya tak segan melayang menampar karyawan yang tidak tertib memangkas rambut. Tetapi kemudian Thayeb memberikan uang dengan jumlah yang sangat berlebih kepada yang bersangkutan untuk segera potong rambut. Bahkan ada candaan jika sedang tak punya uang, maka panjangkan rambut, nanti akan dapat uang walau harus terkena tempeleng dulu. Namun Thayeb akhirnya menyediakan tukang pangkas rambut di lingkungan pabrik agar karyawan tertip potong rambut secara gratis. Hal ini tetap terwariskan hingga kini walau dengan pengaturan yang berbeda.
Maksud bercerita soal rambut yang sederhana ini merupakan gambaran yang baik bagaimana group Gobel sangat memperhatikan hal hal kecil. Begitu pun juga soal perumahan karyawan, tak lepas dari sebuah pemikiran group Gobel tentang tata nilai kekeluargaan dan kesejahteraan bersama. Di mana, semua itu adalah wujud dari pengamalan nilai nilai Pancasila dan pribadi Thayeb yang sangat religius. Thayeb menilia rumah bagi karyawan adalah sebuah symbol kehormatan keluarga, maka, group Gobel sangat memperhatikan perumahan bagi karyawan (*)
(lam)