LANGIT7.ID-, Jakarta- - Umat Muslim di Rarotonga, Kepulauan Cook (Cook Island) Selandia Baru bersyukur atas berdirinya Masjid Fatimah. Masjid yang terletak di dalam rumah keluarga Titikaveka ini adalah rumah ibadah umat Islam pertama dan satu-satunya di Kepulauan Cook.
Berdiri sejak tahun 2018, Masjid Fatimah berfungsi sebagai tempat beribadah dan refleksi bagi komunitas Muslim yang kecil namun beragam di Rarotonga.
Pemimpin komunitas Muslim Rarotonga, Mohammed Azam mengatakan, fungsi utama dari masjid ini adalah sebagai tempat berkumpul dan ibadah yang menarik, baik bagi Muslim lokal maupun wisatawan.
Baca juga:
Tafsir Surat Al-Furqan Ayat 67: Bijak Mengelola Keuangan KeluargaKomunitas Muslim di Rarotonga sangat beragam, seperti umat Islam dari Indonesia, Filipina, Fiji, India, bahkan warga lokal sendiri.
Sebagai satu-satunya masjid yang dikenal di Kepulauan Cook, Masjid Fatimah juga menyambut wisatawan Muslim yang berkunjung ke Rarotonga.
Terlepas dari tantangan yang sering dihadapi umat Islam secara global, komunitas di Rarotonga menemukan kenyamanan dalam lingkungan Kepulauan Cook yang hangat.
Setelah pembantaian Christchurch pada tahun 2019, warga Muslim di Rarotonga mengungkapkan rasa syukur atas lingkungan pulau yang aman dan tidak diskriminatif.
Shamneez Nisha, seorang warga yang memiliki hubungan keluarga dengan Christchurch, menyatakan lega karena tidak ada kerabatnya yang terkena dampak langsung, meskipun kejadian tersebut sangat menyedihkan.
Namun, ia menegaskan bahwa tinggal di Rarotonga memungkinkannya menjalankan syariat Islam dengan bebas, tanpa rasa takut.
Baca juga:
Menko PM Muhaimin Iskandar Nyatakan Judi Online Bencana SosialIstri Mohammed mengatakan menjadi seorang Islam dan menjadi penduduk Kepulauan Cook merupakan sebuah berkah baginya karena keduanya berjalan beriringan dalam hal cara hidup.
“Yang kami lakukan sebagai Muslim hanyalah berdoa dan kami semua menginginkan perdamaian, jadi ketika kami kembali ke tanah air saya, kami membangun masjid ini dan rumah keluarga kami di tanah saya dan memulai ini,” katanya, dikutip Islamic Information, Jumat (15/11/2024).
“Di sini juga banyak wisatawan yang datang dan salat,” ujarnya.
Meskipun masjid tersebut masih belum terdaftar dan teridentifikasi dengan jelas di peta satelit Google, masjid ini tetap terbuka bagi siapa saja yang ingin salat dengan tenang.
Terlepas dari tantangan yang dihadapi umat Islam secara global, komunitas Muslim di Rarotonga telah menemukan hiburan di lingkungan Kepulauan Cook yang hangat dan menerima.
Menyusul pembantaian tragis di Christchurch pada tahun 2019, warga Muslim di Rarotonga mengungkapkan rasa syukur atas keamanan dan kebebasan menjalankan keyakinan mereka di sini.
Salah satu warga, Shamneez Nisha, yang pindah ke Rarotonga sebelum tragedi Christchurch, angkat bicara pada tahun 2019, berbagi apresiasinya atas lingkungan Kepulauan Cook yang suportif dan non-diskriminatif.
“Saya punya keluarga di Christchurch, tapi tidak ada yang terkena dampaknya…Sungguh menyedihkan,” katanya saat itu, mengenang kejadian tersebut.
Namun, ia menegaskan bahwa tinggal di Rarotonga memungkinkannya menjalankan agamanya dengan bebas, tanpa rasa takut.
Istri Mohammed mengatakan menjadi seorang Islam dan menjadi penduduk Kepulauan Cook merupakan sebuah berkah baginya karena keduanya berjalan beriringan dalam hal cara hidup.
“Yang kami lakukan sebagai Muslim hanyalah berdoa dan kami semua menginginkan perdamaian, jadi ketika kami kembali ke tanah air saya, kami membangun masjid ini dan rumah keluarga kami di tanah saya dan memulai ini,” tutupnya.
(ori)