Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Senin, 17 Maret 2025
home lifestyle muslim detail berita

Nabi SAW Larang Meniup Makanan dan Minuman Panas, Ini 3 Alasan Ilmiahnya!

esti setiyowati Sabtu, 16 November 2024 - 17:19 WIB
Nabi SAW Larang Meniup Makanan dan Minuman Panas, Ini 3 Alasan Ilmiahnya!
Ilustrasi makanan panas. Foto: Pexels/Jana Ohajdova.
LANGIT7.ID-, - Rasulullah shalallahu alaihi wasallam adalah teladan bagi umat Islam. Setiap ajaran, anjuran bahkan kebiasaan Nabi SAW menyimpan maksud dan tujuan yang baik.

Ada satu kebiasaan unik yang dilakukan Nabi Muhammad saw saat makan, yaitu tidak meniup makanan yang panas. Rasulullah memerintahkan dan memberi contoh agar tidak meniup makanan yang panas.

Baca juga: 5 Kebiasaan Rasulullah SAW Jelang Tidur, Berwudhu hingga Miring Kanan

Diriwayatkan oleh Abu Dawud At-Tirmidzi tentang larangan meniup makanan atau minuman panas.

وعن ابن عباس رضي اللّه عنهما أن النبي نهى أن يتنفس في الإناء أو ينفخ فيه

Artinya, “Dari Ibnu Abbas RA, bahwa Nabi Muhammad SAW melarang pengembusan nafas dan peniupan (makanan atau minuman) pada bejana,” (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

Kemudian, dalam sebuah hadis riwayat Imam al-Bukhari memang disebutkan anjuran Rasulullah SAW untuk tidak meniup makanan.

إِذَا شَرِبَ أَحَدُكُمْ فَلاَ يَتَنَفَّسْ فِي الإِنَاءِ، وَإِذَا أَتَى الخَلاَءَ فَلاَ يَمَسَّ ذَكَرَهُ بِيَمِينِهِ

Artinya: Apabila kalian minum, janganlah bernafas di dalam suatu wadah, dan ketika buang hajat, janganlah menyentuh kemaluan dengan tangan kanan. (H.R al-Bukhari).

Bernapas dalam gelas memiliki arti yang sama dengan meniup makanan. Hadits di atas kemudian menjadi salah satu dalil larangan meniup makanan panas.

Baca juga: 9 Kebiasaan Nabi Muhammad SAW yang Teruji secara Ilmiah

Lalu, apa maksud Nabi Muhammad saw melarang untuk meniup makanan dan minuman yang masih panas?

Ada penjelasan ilmiah dari larangan Rasulullah saw tersebut.

Menyitir buku "The 10 Habits of Rasulullah" oleh Rizem Aizid, setidaknya ada tiga hikmah kesehatan dari larangan meniup makanan dan minuman panas.

"Meniup makanan atau minuman akan menciptakan pertemuan antara H20 dengan karbondioksida (CO2) sehingga menghasilkan H2C03," bunyi penjelasan dalam buku tersebut.

Dijelaskan lebih lanjut bahwa asam karbonat berbahaya bagi kesehatan, apabila kadanya terlalu berlebihan di dalam tubuh.

Efek berlebih dari asam tersebut adalah terjadinya acidosis pada tubuh. Acidosis sendiri adalah terlalu banyaknya kadar asam di dalam darah sehingga menaikkan derajat keasamannya.

Baca juga: Mengenal Istilah Kain Burdah, Kerap Digunakan Nabi Muhammad SAW

"Akibatnya dari tersebut adalah kelelahan, mual, turunnya tekanan darah, dan yang paling buruk ialah bisa menyebabkan koma dan kematian." lanjutnya.

Alasan medis selanjutnya dari larangan Nabi SAW itu adalah adanya partikel berbahaya di dalam mulut, yang berasal dari sisa makanan dan mulut yang membusuk dan menyebabkan bau mulut.

"Nah, ketika bau ini ditiupkan ke makanan atau minuman, ada senyawa (bakteri) yang berpindah dari mulut ke makanan. Maka, makanan tersebut selain menjijikkan, juga menjadi berbahaya untuk dimakan," jelas Rizem Aizid.

Rizem Aizid juga mengungkapkan mikroorganisme di dalam mulut yang bersifat baik (mutualisme) dan buruk (parasitisme) sebagai alasan dari larangan Nabi SAW.

"Mikroorganisme itu akan menempel pada makanan yang Anda tiup sehingga makanan menjadi tercemar dan berbahaya bagi kesehatan," paparnya.

Baca juga: 7 Pola Hidup Positif yang Dijalani Umat Muslim

(est)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Senin 17 Maret 2025
Imsak
04:32
Shubuh
04:42
Dhuhur
12:04
Ashar
15:12
Maghrib
18:08
Isya
19:16
Lihat Selengkapnya
QS. Ali 'Imran:64 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ تَعَالَوْا اِلٰى كَلِمَةٍ سَوَاۤءٍۢ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ اَلَّا نَعْبُدَ اِلَّا اللّٰهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهٖ شَيْـًٔا وَّلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُوْلُوا اشْهَدُوْا بِاَنَّا مُسْلِمُوْنَ
Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang Muslim.”
QS. Ali 'Imran:64 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan