LANGIT7-Jakarta,- - Masjid memiliki peranan besar dalam peradaban Islam. Selain sebagai sarana beribadah, masjid juga kerap digunakan sebagai sarana pendidikan.
Di Indonesia, terdapat perbedaan pandangan tentang kapan Islam masuk ke Indonesia. Beberapa mengatakan pada abad ke-7 Masehi, sedangkan pendapat lainnya pada abad ke-13 Masehi.
Beberapa ahli sejarah mengatakan, penyebaran Islam di Indonesia erat kaitannya dengan perdagangan yang dibawa oleh pedagang Timur Tengah.
Baca juga:
Keindahan Masjid Biru UAE, Desain Bertingkat yang Memukau di Abu DhabiPulau Sumatera merupakan daerah yang pertama kali mendapatkan paparan agama Islam. Hal ini dikarenakan Sumatera berada dekat dengan Selat Malaka yang merupakan jalur perdagangan utama.
Seiring masuknya Islam ke Indonesia, maka pada saat itu pula masjid-masjid mulai dibangun. Berikut ini lima masjid tertua di Indonesia:
Masjid Saka Tunggal, Jawa Tengah Namanya Masjid Saka Tunggal Baitussalam. Masjid ini berlokasi di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon Banyumas, Banyumas, Jawa Tengah.
Masjid ini memiliki satu nama populer yang lebih dikenal, yaitu Masjid Saka Tunggal karena terdapat sebuah saka tunggal atau tiang penyangga tunggal di dalam masjid.
Dilansir dari Dunia Masjid Islamic Center, masjid dengan ukuran 12x18 meter ini dibangun pada tahun 1288 Masehi yang menjadikannya sebagai masjid tertua di Indonesia.
Salah satu keunikan dari Masjid Saka Tunggal adalah pada atapnya. Atap masjid ini terbuat dari ijuk kelapa berwarna hitam. Hal ini mengingatkan pada bangunan pura pada zaman Kerajaan Majapahit.
Masjid Wapauwe, Sulawesi Tengah Masjid Wapauwe berdiri berdampingan dengan reruntuhan gereja tua. Masjid yang didirikan pada tahun 1414 Masehi ini merupakan sebagai salah satu sarana penyebaran agama Islam di daerah Sulawesi Tengah.
Masjid Wapauwe sendiri memiliki arti “Masjid yang dibangun di bawah pohon mangga berabu.” Masjid Wapauwe telah mengalami perpindahan lokasi sebanyak dua kali disebabkan adanya konflik dan gangguan oleh penjajah Belanda.
Bentuk masjid tidak banyak berubah meski terjadi beberapa kali pemugaran hingga tahun 2008. Konstruksi bangunan berdinding gaba-gaba (pelepah sagu kering) dengan atap daun rumbia.
Salah satu peninggalan bersejarah dari Masjid Wapauwe adalah mushaf al-qur’an yang ditulis tangan oleh Imam Muhammad Arikulapessy pada tahun 1550 Masehi.
Mushaf ini pernah dipamerkan pada tahun 1991 dan 1995 di Masjid Istiqlal, Jakarta.
Masjid Kuno Bayan Beleq, Lombok Membahas tentang masjid tertua di Indonesia, maka tidak lepas dari salah satu masjid bersejarah di daerah Lombok, Nusa Tenggara Barat. Masjid ini terletak di ujung utara pulau Lombok, tepatnya Karang Bajo, Kec. Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.
Masjid ini bernama Masjid Kuno Bayan Beleq. Bayan adalah nama daerah tempat bangunan berdiri. Memiliki ciri bangunan yang unik dan tidak mengenal zaman, Masjid Kuno Bayan Beleq kerap menjadi ikon wisata bagi turis lokal.
Bentuk masjid yang beratapkan rumbia, tembok rendah dengan anyaman bambu serta serta beralaskan tanah dengan dasar bebatuan kali adalah nilai tersendiri yang dimiliki.
Uniknya, jika dilihat dari jarak dekat, Masjid Kuno Bayan Beleq ini memiliki konstruksi yang sama dengan rumah-rumah warga asli Masyarakat Bayan secara tradisional. Tidak diketahui secara rinci tentang pembangunan Masjid Kuno Bayan Beleq.
Dikutip dari laman Dinas Pariwisata Provinsi NTB, masjid ini diperkirakan telah berdiri sejak 500 tahun silam. Terdapat beberapa makam leluhur di sekitarnya.
Diyakini bahwa makam-makam yang ada di sekitar masjid tersebut dimiliki oleh para pendakwah pada masa silam. Hal ini sebagai salah satu saksi penyebaran agama islam di tanah Lombok.
Masjid Sunan Ampel, Surabaya Masjid Sunan Ampel berdiri dengan gaya arsitektur jawa kuno dengan sentuhan nuansa arab. Diketahui bahwa hal ini merupakan hasil dari akulturasi budaya lokal dan Hindu-Budha.
Dilansir dari laman Dunia Masjid Islamic Center, Masjid Sunan Ampel berdiri sejak abad ke-15 atau sekitar tahun 1421 M. Raden Achmad Rachmatulloh atau dikenal sebagai Sunan Ampel adalah pendiri masjid ini, dibantu oleh para sahabat dan santri-santrinya.
Uniknya, Ampel adalah sebuah daerah di utara Kota Surabaya yang dihuni oleh mayoritas penduduk Timur Tengah atau etnis arab.
Hal ini menjadikan kawasan ampel menjadi lokasi wisata yang kental dengan suasana Timur Tengah mulai dari barang yang diperjualbelikan hingga makanan yang diracik langsung oleh orang-orang berdarah arab.
Oleh karena itu, istilah kampung arab kerap disandingkan dengan daerah Ampel. Selain itu, jika melihat ke arah belakang masjid, maka #SobatWakaf akan menemukan komplek pemakaman Sunan Ampel.
Diketahui Sunan Ampel meninggal pada tahun 1481 M, sekitar 60 tahun setelah masjid berdiri dan aktif digunakan untuk berbagai kegiatan.
Masjid Sunan Ampel memiliki pengelolanya sendiri dengan basis dana wakaf. Tidak heran jika peziarah mendapati masjid ini selalu dalam keadaan bersih, tertata rapi, serta infrastrukturnya yang terjaga.
Namun sayangnya, kepengurusan nazhir belum resmi terbentuk sehingga pengelolaan masjid masih bersifat turun temurun. Terakhir, hingga tahun 2020, tercatat bahwa KH Ubaidillah adalah nadzir yang mengelola kebutuhan masjid.
Masjid Agung Demak Masjid Agung Demak menjadi salah satu percontohan arsitektur hingga saat ini. Memiliki alun-alun yang luas sebagai ruang gerak adalah ciri utama dari masjid ini.
Selain itu, kubah masjid Agung Demak berbentuk limas yang bersusun tiga serta mengusung gaya tradisional jawa, ternyata telah berdiri sekitar lebih dari 500 tahun.
Masjid Agung Demak didirikan oleh Raden Fatah pada tahun 1475 M, sehingga kini berusia sekitar 548 tahun. Masjid ini dibangun pada masa Kesultanan Demak.
(ori)