LANGIT7.ID-, Jakarta- - Langkah strategis diambil Kementerian Agama (Kemenag) dalam menyelesaikan perbedaan pandangan tentang pengelolaan dana haji. Melalui pendekatan kekeluargaan, Menteri Agama Nasaruddin Umar mengunjungi kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Menteng, Jakarta Pusat, menghadirkan optimisme baru dalam penyelesaian isu sensitif ini.
Pertemuan yang berlangsung hangat ini menjadi titik cerah di tengah dinamika pendapat tentang pemanfaatan hasil investasi setoran awal biaya haji (Bipih). Sebelumnya, MUI mengeluarkan fatwa yang mengharamkan penggunaan hasil investasi untuk pembiayaan jamaah lain, sementara Mudzakarah Perhajian Indonesia memandang hal tersebut dari perspektif berbeda.
Nasaruddin Umar, yang juga dikenal sebagai imam besar Masjid Istiqlal, menekankan pentingnya membangun jembatan komunikasi dalam menyelaraskan berbagai pandangan. Beliau mengungkapkan kedekatan personalnya dengan pimpinan MUI sebagai modal penting dalam mencari solusi.
"Kita memiliki landasan yang sama dalam memahami persoalan ini. Saya dan Pak Niam berasal dari perguruan yang sama, bahkan dalam ilmu silat pun kami satu aliran. Ini menjadi modal penting untuk menyelesaikan semua persoalan secara bertahap," kata Menteri Agama Nasaruddin Umar, dikutip Rabu (20/11/2024).
Dalam suasana yang penuh kekeluargaan, Menag menyampaikan pandangannya bahwa perbedaan yang ada bukan merupakan hal yang fundamental. Menurutnya, perubahan pola pikir dan asumsi dapat membuka jalan bagi terciptanya kesepahaman.
"Secara substansi tidak ada perbedaan mendasar, perubahan asumsi dan pola tentu akan membawa perubahan pada implementasinya, ini sejalan dengan prinsip-prinsip hukum yang kita pahami bersama," ujar dia.
Sikap terbuka Kemenag terhadap masukan dan kritik memperlihatkan komitmen lembaga ini dalam menjaga amanah umat. Nasaruddin menekankan pentingnya pengawasan berkelanjutan, terutama dalam aspek keagamaan yang memiliki dimensi pertanggungjawaban dunia dan akhirat.
"Kami sangat mengapresiasi dan terbuka untuk setiap masukan dan kritik yang membangun. Karena urusan agama bukan hanya soal pertanggungjawaban di dunia, tapi juga di akhirat. Ini yang harus kita jaga bersama-sama," ujar dia.
(lam)