Agna Mawla Santika
Mahasiswa IKOPIN University Bandung
LANGIT7.ID-Pendidikan dalam Islam memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Sebagai agama yang sempurna, Islam memberikan perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan sebagai bekal hidup manusia di dunia dan akhirat. Hal ini dapat dilihat dari berbagai ayat Al-Quran dan hadits yang menekankan pentingnya mencari ilmu bagi setiap muslim.
Dalam pandangan Islam, ilmu tidak hanya terbatas pada pengetahuan agama saja, tetapi mencakup berbagai bidang yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Islam mengajarkan keseimbangan antara ilmu dunia dan akhirat, dimana keduanya harus dikuasai untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki. Karena itu, seorang muslim dituntut untuk terus belajar dan mengembangkan diri.
Urgensi mencari ilmu dalam Islam ditunjukkan dari wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Perintah "iqra" (bacalah) mengindikasikan betapa pentingnya proses pembelajaran dan penguasaan ilmu bagi umat Islam. Ini menjadi landasan fundamental bahwa mencari ilmu adalah kewajiban yang tidak bisa ditawar bagi setiap muslim.
A. Urgensinya Ilmu Menurut Ajaran IslamIslam sebagai agama mewajibkan kepada seluruh umatnya untuk mencari ilmu. Karena hukum mencari ilmu itu wajib, maka berdosalah bagi manusia yang mengaku muslim yang tidak mau mencari ilmu. Wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. di Gua Hira adalah surat yang di dalamnya berisi perintah membaca yang dapat dimaknai perintah mencari ilmu. Perintah itu terdapat dalam surat al-'Alaq ayat 1-5 sebagai berikut:
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ayat al-Quran tersebut dapat dipahami bahwa belajar merupakan kewajiban manusia, salah satu materi pelajaran yang utama adalah belajar membaca. Apa saja yang harus dibaca atau dipelajari? Jika merujuk kepada ayat-ayat itu, menurut Beni Ahmad Saebani (Ilmu Pendidikan Islam, Pustaka Setia, Bandung, 2010:98) yang harus dipelajari adalah sebagai berikut:
1. Belajar memahami wujud Allah dengan ilmu tauhid, sehingga nilai-nilai keilahian menjadi barometer dan tujuan pendidikan dalam Islam
2. Belajar tentang proses penciptaan yang dilakukan Allah terhadap alam dan isinya, sehingga manusia meyakini tugasnya sebagai khalifah dan berkewajiban memelihara jagat raya ini
3. Belajar menyelidiki aspek biologis manusia dan semua makhluk Allah
4. Belajar tentang asal usul penciptaan manusia, sehingga melahirkan pendidikan di bidang ilmu kedokteran
5. Belajar tentang perkembangan intelektualitas manusia, sehingga manusia semakin dewasa dalam menghadapi masalah dan memecahkannya
6. Belajar tentang semua ilmu pengetahuan yang meningkatkan kecerdasan manusia, yang memberi tahu kepada semua yang belum tahu
Ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan agama Islam berguna untuk bekal kehidupan manusia yang beriman kepada Allah swt. dan Rasulullah saw. dikarenakan ilmu agama Islam menjadi penuntun kehidupan ukhrawi orang beriman, menjadi pedoman dalam melaksanakan ibadah dan bermuamalah atau bergaul dengan sesama manusia. Bahkan, ilmu agama Islam sebagai ilmu dapat mengantarkan orang beriman mendapatkan pahala dari Allah swt.
B. Pendidikan Menurut al-Quran dan al-SunnahAl-Qur'an dan al-Hadits mewajibkan umat Islam mencari ilmu dan membangun lembaga pendidikan Islam, karena dengan ilmu pendidikan Islam, maka umat Islam akan terhindar dari pendidikan yang berbasis kepada kepada nilai-nilai sekuler dan faham liberalisme. Pendidikan Islam dibangun bukan hanya sekadar pengguguran kewajiban, tetapi sebagai cita-cita dan tujuan hidup umat Islam. Karena mencari ilmu dan membangun lembaga pendidikan merupakan kewajiban, maka ajaran Islam pun mewajibkan kepada umatnya untuk mendidik.
Setelah manusia menemukan ilmu melalui pendidikan, maka dalam ajaran Islam semua orang yang berilmu wajib mengamalkannya, karena bagi yang mengingkari ilmunya dinyatakan berdosa, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah SWT. surat al-Shaf ayat 3 sebagai berikut:
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللّٰهِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا لَا تَفْعَلُوْنَ
"Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan."
Dalam hadits Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, Rasulullah saw. Bersabda, yang artinya: "Barangsiapa Allah menghendaki kebaikan baginya, maka ia akan memahamkan atau mencerdaskan kepadanya tentang agama."
Hadits tersebut merupakan pernyataan Allah yang mengandung perintah, bahwa siapapun dari manusia yang menginginkan memperoleh kebaikan, hendaknya ia mencari ilmu agama. Meningkatkan pemahamannya tentang Islam. Mengkaji al-Qur'an dan al-Sunnah dengan berbagai metode dan pendekatan yang benar. Islam maju karena umatnya kuat dalam ilmu pendidikan.
C. Tanggungjawab Orangtua Mendidik AnakKewajiban mendidik diarahkan kepada ruang lingkup objek pendidikan yang jelas, yaitu:
a. Pendidikan dalam keluarga
b. Pendidikan di sekolah
c. Pendidikan di lingkungan masyarakat. (Hamdani Hamid, Pengembangan Pendidikan Islam, (Pustaka Setia, Bandung, 2015:28)
Seorang ayah berkewajiban mendidik anak-anaknya, demikian pula dengan seorang ibu, wajib mengajarkan kebaikan kepada anak-anaknya. Suami harus menjadi tauladan bagi isterinya, menjadi pemimpin yang mengayomi, sedangkan isteri harus taat dan berbakti kepada keluarganya dengan dasar ilmu agama.
Berbagai tanggungjawab yang paling menonjol dan mendapat perhatian besar dalam Islam adalah tanggungjawab orangtua terhadap anak-anaknya yang berwenang memberikan pengarahan, pengajaran dan pendidikan. Hal ini terbukti dengan banyaknya ayat maupun hadits yang memerintahkan kepada para orang tua untuk memikul tanggung jawabnya serta memberi peringatan jika meremehkan kewajiban-kewajiban mereka.
Di antara ayat-ayat al-Qur'an yang mengisyaratkan tentang tangung jawab tersebut terdapat pada surat Thaha ayat 132 yang berbunyi sebagai berikut:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًا ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَٱلْعَٰقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya."
Nabi muhammad saw, bersabda:
علموا اولاد كم واهليكم الخير واد بوهم
"Ajarkanlah kebaikan kepada anak-anak kamu dan keluargamu dan didiklah mereka." (HR. Abdul-Razak dan Syaid bin Mansyur)
Dan hadits yang lainnya, sebagai berikut:
ادبوا اولادكم على ثلاث حصال حب نبيكم وحب ال بيته وتلاوة القران
"Didiklah anak-anakmu dalam tiga hal; mencintai nabimu, mencintai ahli baitnya dan membaca al-Qur'an." (HR. Ath-Thabrani).
Pada hakikatnya, tanggung jawab pendidikan itu adalah tanggung jawab yang besar dan penting, sebab pada tatanan operasionalnya, pendidikan merupakan pemberian bimbingan, pertolongan dan bantuan dari orang dewasa atau orang yang bertanggung jawab atas pendidikan kepada anak yang belum dewasa. Dewasa dari segi rohaniah dan jasmaniah di dalam ketaqwaan kepada Allah swt, yang ditampilkan berupa tnaggungjawab sendiri atas semua sikap dan tingkah lakunya pada diri sendiri, masyarakat dan pada Allah swt. (Hasas Basri, Ilmu Pendidikan Islam, Pustaka Setia, Bandung, 2012:78)
Dalam pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah swt kepada orang tuanya, karena itu, orang tua harus menjaga, memelihara dan menyampaikan amanah itu kepada yang berhak menerimanya. Karena manusia adlaah milik Allah swt, maka orang tua harus mengantarkan anaknya melalui bimbingan, pengarahan dan pendidikan untuk mengabdi kepada Allah swt. Dilihat dari hubungan dan tanggungjawab orang tua terhadap anaknya, maka tanggungjawab pendidikan itu pada dasarnya tidak bisa dibebankan kepada orang lain, sebab selain orang tua, dalam memikul tanggungjawab pendidikan itu hanyalah merupakan keikutsertaan. Dengan kata lain, tanggungjawab pendidikan yang dipikul oleh para pendidik selain orang tua adalah pelimpahan tanggungjawab dari orang tua karena satu atau lain hal tidak mungkin melaksanakan pendidikan anaknya secara sempurnan.
Ilmu Pendidikan Islam telah menunjukkan pada tataran konseptual proses pendidikan dalam keluarga sebagai realisasi tanggungjawab orangtua terhadap pendidikan anaknya, antara lain adalah aspek-aspek pendidik (Islam) yang sangat penting untuk diperhatikan oleh orang tua dalam mendidik anaknya. Aspek-aspek adalah aspek pendidikan ibadah, pokok-pokok ajaran Islam dan membaca al-Qu'ran, aspek pendidikan akhlak karimah, dan aspek pendidikan akidah Islamiyah.
Pokok-pokok pendidikan Islam dalam keluarga adalah membantu anak-anak memahami posisi dan perannya masing-masing, membantu anak-anak mengenal dan memahami norma-norma Islam agar mampu melaksanakannya untuk memperoleh Ridha Allah swt. Pendidik ibadah, khususnya pendidikan shalat, disebutkan dalam ayat 17 surat Luqman sebagai berikut:
يٰبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلٰوةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلٰى مَآ اَصَابَكَۗ اِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ
"Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruh manusia untuk mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya hal yang demikian itu termasuk diwajibkan (oleh Allah)" Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri."
Pendidikan shalat tidak terbatas tentang kaifiyat (tata cara) untuk menjalankan shalat yang lebih bersifat fiqhiyah (ilmu pemahaman ajaran Islam, hukum Islam), menurut Beni Ahmad Saebani, juga termasuk menanamkan nilai-nilai di balik ibadah shalat. Mereka harus mampu tampil sebagai pelopor amar ma'ruf nahyi munkar (memerintah kepada kebajikan melarang berbuat kemaksiatan) serta jiwa yang terpuji menjadi orang yang sabar. Pendidikan dan pengajaran al-Qur'an serta pokok-pokok ajaran Islam lain telah disebutkan dalam Hadits Nabi saw, yang diriwayatkan oleh Baihaqi dari Ali bin Abi Thalib.
خيركم من تعلم القران وعلمه
"Sebaik-baiknya dari kamu adalah orang yang belajar al-Qur'an kemudian mengajarkannya." (HR. Baihaqi).
Aspek berikutnya dalam pendidikan Islam pada keluarga adalah pendidikan aqidah Islamiyah. Aqidah adalah inti dari dasar keimanan seseorang yang harus ditanamkan kepada anak secara dini. Aqidah Islamiyah itu berkaitan dengan keyakinan anak sejak masih di dalam rahiem. Anak terus menerus digemleng agar memahami Dzat Allah yang Maha Esa dan sufat-sifatnya. Yang pertama ditekankan kepada anak adalah kehidupan yang rukun dalam rumah tangga. Orang tua memberi contoh dan teladan kepada anak dengan mengajak mereka melaksanakan shalat berjamaah, berlatih melakukan puasa Ramadhan dan berbagai kegiatan yang menciptakan watak dan kebiasaan anak dengan perbuatan yang baik menurut tuntunan agama, terutama ketauhidannya yang bulat dan utuh.
Hal ini telah disebutkan dalam Qur'an surat Luqman ayat 13, artinya sebagai berikut:
"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."
Praktik pendidikan Islam inilah yang dapat dipedomani bagi umat Islam menyangkut empat aspek utama, yakni: (1) pendidikan ibadah; (2) pendidikan nilai dan pengajaran al-Qur'an; (3) pendidikan akhlak karimah; dan (4) pendidikan 'aqidah Islamiyah. Luqman bukanlah orang yang berpendidikan tinggi atau orang yang sukses dalam harta, tetapi kebijaksanaannya dalam mendidik anak menjadikan ia diabadikan oleh Allah SWT. dalam al-Qur'an. Salah satu nama surat dalam al-Qur'an adalah surat Luqman. Dapat dibayangkan, betapa bijaksananya Luqman, al-Qur'an sebagai mukjizat terbesar telah mengabadikannya sebagai orangtua yang patut untuk ditiru dan diteladani.
Dalam surat Luqman ayat 12-13 Allah SWT. berfirman:
Artinya:"Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar."
Nasihat Luqman kepada anaknya terdiri dari beberapa bagian penting, yaitu sebagai berikut:
1. melarang anaknya berbuat syirik kepada Allah karena syirik merupakan perbuatan yang zhalim;
2. Menyuruh anaknya berbuat baik kepada kedua orang tua yang telah mengandung dan melahirkannya dengan susah payahl
3. Berterima kasih kepada Allah dan kedua orang tua;
4. Tidak mengikuti ajakan orang tua untuk berbuat syirik, tetap tetap berbuat baik kepada orang tua;
5. Bergaul dengan orang-orang yang selalu mengikuti jalan Allah;
6. Mendirikan shalat dan berbuat kebajikan dan menghindarkan diri dari kemunkaran;
7. Bersabar terhadap musibah yang dialami;
8. Berharap kepada Allah bahwa semua kebajikan akan digantikan dengan nikmat yang luar biasa dari Allah.
Penanggung jawab pendidikan Islam menurut ajaran Islam ialah sebagai berikut:
1. Seluruh manusia bertanggung jawab untuk mendidik dirinya sendiri, karena ajaran Islam menekankan tanggung jawab sendiri-sendiri dalam menghadapi masalah, maka semua orang berkewajiban selalu melakukan introspeksi, mawas diri, tepo seliro, kontrol diri, ibda binafsi, dan menghisab kehidupannya setiap saat. Agar senantiasa belajar dari berbagai kesalahan, kekhilafan, dan meningkatkan kehidupan yang lebih baik di masa depan;
2. Orang tua bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya dalam keluarga. Tanggung jawab itu dipikul karena semua bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka tergantung kepada orang tuanya apakah anaknya mau dimajusikan, mau diyahudikan atau dinasranikan, atau tetap dalam kefitrahannya, yakni menjadi manusia yang muslim dan berserah diri kepada Allah SWT. Tanggung jawab orang tua bukan hanya dalam mendidik, melainkan membiayai pendidikan, mencukup literatur bagi anak-anaknya, memberikan kebutuhan sekolahnya, dan mengajarinya di rumah sesuai dengan kemampuannya masing-masing;
3. Pendidikan adalah tanggung jawab pemerintah, karena memperoleh pendidikan merupakan hak rakyat yang dilindungi oleh Undang-undang Dasar 1945. Pemerintah atau negara berkewajiban meringankan biaya pendidikan, agar semua masyarakat dapat menjangkau pendidikan dengan biaya yang murah;
4. Pendidikan merupakan kewajiban para guru di sekolah;
5. Pendidikan merupakan kewajiban seluruh anggota masyarakat. Semua warga masyarakat berkewajiban mendukung Wajib Belajar Sembilan Tahun.
Tanggung jawab terbesar pendidikan Islam menurut ajaran Islam dipikul oleh orang tua anak, karena orang tualah yang menentukan pola pembinaan pertama bagi anak.
Ajaran Islam menekankan agar setiap manusia dapat memelihara keluarganya dari bahaya siksa api neraka, juga termasuk menjaga anak dan harta agar tidak menjadi fitnah. Yaitu dengan mendidik anak sebaik-baiknya. Pendidikan anak mutlak harus dilakukan oleh orang tuanya untuk menciptakan keseluruhan pribadi anak yang maksimal; mengetahui yang ma'ruf sekaligus mengamalkannya. Melalui pendidikan terhadap anak khususnya, orang tua akan terhindar dari bahaya fitnah dan terhindar pula dari bahaya siksa api neraka, sebagaimana firman Allah dalam surat At-Tahrim ayat 6:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
Tanggung jawab orangtua terhadap anak tercermin dalam surat Luqman ayat 12 yang intinya memberikan hikmah sebagai sebagai berikut:
1. Memberikan kesadaran kepada orang tua bahwa anak-anak adalah amanah;
2. Anak-anak adalah ujian yang berat dari Allah SWT. dan orang tua jangan berkhianat;
3. Pendidikan anak harus diutamakan;
4. Mendidik anak harus menggunakan strategi dan kiat-kiat yang dapat diterima oleh akal anak;
5. Orang tua tidak memaksakan kehendaknya sendiri kepada anak;
6. Menjaga anak untuk tetap menunaikan shalat dan berbuat kebajikan.
Al-Qur'an berfungsi sebagai "Pemberi Petunjuk kepada (jalan) yang lurus". Petunjuk-petunjuknya bertujuan memberi kesejahteraan dan kebahagiaan bagi manusia baik secara pribadi maupun kelompok, karena itu al-Qur'an menjadi dasar pendidikan Islam.
Tujuan yang ingin dicapai dengan pembacaan, pendidikan (penyucian) dan pengajaran dalam konteks al-Qur'an tersebut adalah pengabdian kepada Allah melalui aktifitas yang diridoi-Nya. Hubungan orientasional antara perintah mendidik bagi orang tua terhadap anak-anaknya dengan pendidikan Islam, terlihat dalam implikasi dari tujuan pendidikan Islam, yaitu membentuk pengetahuan (kognisi), sikap (afeksi), dan prilaku (motorik) manusia yang sesuai dengan paradigma pendidikan Islam.
D. Pendidikan Orangtua Tangungjawab untuk Dunia dan AkhiratUpaya yang dilakukan oleh pendidik sebagai tanggung jawab dalam pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan anak dalam bertauhid atau menumbuhkan keyakinan teologis yang murni, sebagaimana firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 102 yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.
2. Menumbuhkan sikap dan jiwa anak yang selalu beribadah kepada Allah SWT. sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Zariyat ayat 56 yang berbunyi, sebagai berikut: Artinya : "Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku."
3. Memupuk akhlakul karimah, sebagaimana sabda Nabi SAW yang artinya:
"Hanya saja aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik." (HR. Ahmad)
4. Menciptakan pemimpin yang senantiasa amar ma'ruf nahi munkar. Sebagaimana firman Allah SWT, dalam surat Al-Baqarah ayat 30 yang artinya sebagai berikut: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
5. Menumbuhkan kesadaran ilmiah melalui kegiatan penelitian, tadabur dan tafakur baik terhadap kehidupan manusia maupun terhadap alam semesta sebagai makhluk Allah.
Untuk mencapai tujuan itu, orangtualah yang menjadi pendidik pertama dan utama. Menurut Ahmad Tafsir, kaidah ini ditetapkan secara kodrati. Artinya orangtua tidak dapat berbuat lain, mereka harus menempati posisi itu dalam keadaan bagaimanapun, karena mereka ditakdirkan menjadi orang tua dari anak yang dilahirkannya. Oleh karena itu, mau tidak mau mereka harus menjadi pendidikn utama dan pertama.
Dalam interaksi edukatif antara orangtua dengan anak dalam kapasitasnya sebagai peserta didik, orangtua sebagai pendidik harus sedapat mungkin memahami anaknya sebagai objek pendidikan. Kesalahan dalam pemahaman hakikat anak sebagai peserta didik akan menjadi kegagalan total. Beberapa hal yang perlu dipahami tersebut adalah:
a. Anak sebagai peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri, sehingga cara berintaraksinya pun tidak boleh disamakan dengan orang dewasa.
b. Anak mempunyai periode-periode perkembangan tertentu dan mempunyai pola perkembangan serta tempo dan iramanya. Implikasi dlaam pendidikan adalah bagaimana proses pendidikan itu dapat disesuaikan dengan pola dan tempo serta irama perkembangan anak.
c. Anak memiliki kebutuhan dan menuntut untuk memenuhi kebutuhan itu semaksimal mungkin. Kebutuhan anak menurut Maslow, mencakup kebutuhan biologis, rasa aman, rasa kasih sayang, rasa harga diri dan realisasi diri.
d. Anak sebagai peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang lain, baik perbedaan oleh faktor endogen (fitrah), maupun eksogen (lingkungan) yang meliputi segi jasmani, intelegensi, sosal, bakat, minat dan lingkungan yang mempengaruhinya.
e. Anak dipandangan sebagai kesatuan sistem manusia. Sesuai dengan hakikat manusia, anak sebagia makhluk monopluralis maka pribadi anak didik, walaupun terdiri dari banyak segi, merupakan satu kesatuan jiwa raga (cipta, rasa dan karsa).
f. Anak merupakan objek pendidikan yang aktif dan kreatif serta produktif. (Beni Ahmad Saebani, 2010:34)
Orangtua berfungsi sebagai pendidik bagi anak-anaknya, sedangkan anak-anak adalah titipan Allah atau amanah yang diberikan kepada orang tua. Sebagai titipan Allah swt, anak itu merupakan anugerah sekaligus ujian. Anak dirasakan sebagai anugerah oleh orang tuanya terlihat dari kasih sayang yang diberikan kepadanya, sebab anak adalah pelanjut hidup dari penyambung turunan. Kasih sayang orang tua kepada anak termasuk naluri asli manusia, bahkan naluri dari seluruh yang bernyawa. Orang tua merasa bahagia di hari tuanya dan rasa kerelaan menghadapi maut, kalau anak sudah besar dan memenuhi harapan, yakni ketika anak menjadi dewasa dan sholeh, sehingga anak mampu mendoakan orang tuanya untuk kebaikan dunia akhirat. Kebahagiaan orang tua tersebut tidak hanya disebabkan oleh anugerah berupa akhlak soleh, tetapi juga disebabkan oleh kemampuan orang tua itu menjalankan amanah untuk mendidik anaknya.
Di pihak lain, anak sebagai titipan Allah SWT, itu tidak sekadar sebagai anugrah bagi orangtua, tetapi dapat pula sebagai ujian atau fitnah. Pada kenyataannya tidak sedikit orangtua yang sibuk mencari nafkah sehingga dapat mengakibatkan orangtua lupa mengerjakan ibadah shalat dan puasa, dan yang lainnya dalam ajaran Islam.
Tanggungjawab orangtua dalam mendidik anak yang utama adalah membersihkan, mensucikan serta membawakan hati anak untuk bertakwa kepada Allah swt. Hal tersebut karena tanggung jawab orangtua dalam mendidik anaknya adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah sebagai pemberi amanat. Orangtua yang memelihara amanat tersebut dibuktikan dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak sehingga mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tugasnya sebagia hamba Allah, mampu berperan sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individual yang ditunjukkan oleh adanya ikatan kejiwaan anak sebagai tanda kasih sayang, kecintaan dan penghormatan terhadap setiap interaksi sosial. Dari ikatan kejiwaan ini lahir perasaan-perasaan mulia pada jiwa anak untuk membentuk sikap-sikap positif seperti pemaaf, tolong-menolong dan kecenderungan untuk mengutamakan kepentingan orang lain.
Orangtua yang mendapatkan amanah untuk membesarkan dan mendidik anak itu diuji seberapa jauh ia dapat sabar dan bertanggung jawab dalam mengemban amanat tersebut. Pertanggungjawaban itu tidak sekedar menyangkut masa kini, tetapi melibatkan juga masa depannya. Oleh sebab itu itu di mata orangtua, sang anak tidak saja tampil dalam kedudukannya sebagai anak pada umumnya, melainkan sebagai anak dari orangtua. Artinya, sebagai anak yang kehidupan dan perannya langsung melibatkan dan tergantung kepada orangtua yang bersangkutan yang harus dididik, dibimbing, dirawat dan diarahkan agar kelak dapat melaksanakan tugas dan pola hidupnya sebagia manusia dewasa.
E. SimpulanOrangtua sebagai pendidik dalam keluarga adalah profil manusia yang setiap hari didengar perkataannya, dilihat dan mungkin ditiru perilakunya oleh anak-anaknya. Oleh karena itu orangtua sebagai pendidik anak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Beriman kepada Allah dan beramal shaleh
2. Menjalankan ibadah dengan taat
3. Memiliki sikap pengabdian yang tinggi kepada dunia pendidikan
4. Ikhlas dalam menjalankan tugas pendidikan
5. Menguasai ilmu yang diajarkan kepada anak didiknya
6. Profesional dalam menjalankan tugasnya
7. Tegas dan berwibawa dalam menghadapi masalah yang dialami murid-muridnya
Sebagai pendidik yang cukup penting dalam membentu akhlak anak adalah sebagai berikut:
a. Selalu berbicara dengan bahasa yang santun
b. Selalu mendengarkan pendapat anak
c. Mengarahkan dan mengembangkan minat serta bakat anak
d. Memberikan pendidikan dengan metode yang tepat
e. Tidak otoriter
f. Senantiasa memberikan peluang dan kesempatan kepada anak untuk mengajukan pertanyaan
g. Sabar dalam menghadapi anak
h. Orangtua berkewajiban memahami perkembangan mentalitas atau emosionalitas anak karena perkembangan tersebut akan memengaruhi cara belajar anak.(*)
(lam)