Dr. Beni Ahmad Saebani,M.Si
(Dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung)
LANGIT7.ID-Dalam pendidikan formal terdapat tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan bidang studi, dan tujuan instruksional. Dilihat dari out putnya, ada tujuan individual dan tujuan sosial. Dalam bidang studi (kurikulum), tujuan pendidikan terbagi kepada tujuan keagamaan, tujuan intelektual, tujuan kultural, tujuan material, dan tujuan psikis.(Afifuddin dkk. : 2004:46)
Menurut Munzir Hitami (2004:35) tujuan pendidikan Islam adalah untuk menghambakan diri kepada Allah. Pendidikan merupakan proses meemanusiakan manusia dengan mewujudkan pandangan hidupnya sebagai hamba Allah. Menurut Munzir, tujuan hidup muslim sebagai tujuan umum pendidikan Islam ada tiga macam, yaitu: (1) Tujuan teleologis, yakni kembali kepada Tuhan; (2) Tujuan aspiratif, yaitu kebahagiaan dunia-akhirat; dan (3) Tujuan direktif, yaitu menjadi hamba Allah yang ikhlas.
Menurut Ali Khalil Abu Aynayn (1980:155) tujuan akhir pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang selalu menghambakan diri dengan ikhlas kepada Allah dalam segala aspek kehidupan. Pandangan tersebut berdasarkan ayat Al-Qur'an surat Adz-Dzariyat ayat 56, artinya: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku" (Adz-Dzariyat:56).
Baca juga:
Kolom Pakar: Filsafat Nietzsche 'KEMATIAN TUHAN'Adapun Bustomi (1974:9) mengatakan bahwa tujuan umum pendidikan Islam bukan hanya meningkatkan intelektualitas anak didik dengan berbagai ilmu pengetahuan. Selain itu, pendidikan bertujuan meningkatkan sikap mental atau akhlak anak didik, yaitu akhlak yang mulia dengan mengacu kepada akhlak Rasulullah saw. Sebagaimana al-Abrasyi menegaskan bahwa tujuan pendidikan Islam yang utama adalah mendidik akhlak dan jiwa siswa, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, memersiapkannya untuk suatu kehidupan yang tertanam kejujuran, kecerdasan, dan kehati-hatian dalam pergaulan hidup sehari-hari. Maka tujuan pokok pendidikan Islami ialah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa (Al-Abrasyi, 1975:10). Juga Ahmad Tafsir menegaskan bahwa ada tiga tujuan pendidikan islami, yaitu: (1) Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku, jasmani dan rohani, dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan akhirat; (2) Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat, tanggung jawab sebagai anggota masyarakat; (3) Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat. (Ahmad Tafsir, 2004:49)
Dengan beberapa uraian mengenai tujuan pendidikan Islami dapat dipahami bahwa substansi pendidikan dalam konsepsi ajaran Islam adalah mengembangkan pola pikir anak didik supaya memiliki kecerdasan intelektual, membina mentalitas anak didik supaya memiliki kepribadian dan karakter yang jujur, amanah, dan penuh kedewasaan, dan membina perilaku anak didik supaya berakhlak mulia dalam pergaulannya dengan masyarakat.
Baca juga:
Kolom Pakar: Kritik Ideologi Madzhab Frankfrut Jurgen HabermasMetode Konstruktif Tujuan Pendidikan IslamMenurut al-Nahlawy (1965:67) tujuan pembelajaran adalah mengasah akal pikiran anak didik agar merenungkan kejadian alam semesta untuk meningkatkan keimanan kepada Sang Pencipta, dan menumbuhkan potensi dan bakat yang terdapat pada setiap anak didik, serta memberikan perhatian terhadap potensi dan kekuatan yang terdapat pada anak didik sebagai rasa tanggung jawab untuk menggantikan generasi yang telah lanjut usia.
Demikian pula menurut Ibnu Khaldun bahwa salah satu tujuan pembelajaran sebagai ranah kognitif dalam pendidikan Islam dengan cara atau metode yang memberikan kesempatan kepada pikiran untuk aktif bekerja, karena hal ini sangat penting bagi berkembangnya pemikiran dan kematangan individu yang dapat bermanfaat bagi perkembangan intelektual anak didik sehingga memiliki berbagai ilmu pengetahuan, yang dapat menjadi alat bantu untuk dapat menjalani kehidupan dengan baik dalam masyarakat yang maju dan berbudaya, dengan demikian ilmunya akan menjadi modal untuk bekerja yang dapat dimanfaatkan untuk memperoleh rizki. (Ibnu Khaldun, 1968:826)
Ibnu Khaldum menegaskan bahwa konstruksi pendidikan adalah upaya yang amat serius untuk mempersiapkan manusia agar mampu melakukan syiar agama berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah dalam rangka memperkuat keimanannya, memersiapkan manusia agar memiliki akhlak karimah, dan memersiapkan manusia agar memiliki pendidikan vokasional dan professional, dikarenakan tujuan umum pendidikan Islam itu dimulai dari individu dan berakhir di masyarakat, juga dimulai dari dunia dan berakhir di akhirat. (Majid Irsan Kailani, 1985:36)
Baca juga:
Kolom Pakar: Paradigma Tentang Subyek dan Obyek Hukum Dalam Metodologi Hukum IslamDengan pemahaman tersebut, pendidikan bukan sekadar mentransfer ilmu pengetahuan, juga mendalaminya segala bentuk fungsi dari ilmu pengetahuan sehingga terbahas fungsi material dan imaterialnya, fungsi metafisiknya dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. sebagai Pemilik semua ilmu pengetahuan yang nyata dan yang gaib.
Ahmad Tafsir menegaskan kembali bahwa pendidikan merupakan metode dan strategi pembelajaran untuk membentuk anak didik sebagai muslim yang sempurna (insan kamil), atau muslim yang takwa, dan muslim yang beribadah kepada Allah. Muslim yang sempurna atau insan kamil adalah muslim yang memiliki jasmani yang sehat dan kuat, serta memiliki keterampilan, memiliki akal yang cerdas dan pandai, yang mampu menyelesaikan masalah secara cepat dan tepat, mampu menyelesaikan masalah secara ilmiah dan filosofis, memiliki dan mengembangkan sains, memiliki hati yang taqwa kepada Allah, sukarela menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, hati yang berkemampuan berhubungan dengan alam gaib. (Ahmad Tafsir, 2004:51)
Rekonstruksi pendidikan yang Islami dilakukan dengan metode pembelajaran yang bertujuan membentuk manusia sebagai anak didik yang bertakwa sebagai wujud manusia terbaik. Menjelaskan kepada anak didik tentang hubungan dan tanggung jawab dirinya sebagai bagian dari sistem sosial masyarakat, memperkenalkan manusia terhadap alam semesta agar dapat memahami hikmah penciptaannya, dan agar dapat mengambil manfaat dari padanya, dan memperkenalkan manusia akan Sang Pencipta alam semesta ini. Pendidikan yang utama merupakan perwujudan penyerahan mutlak kepada Allah, hamba Allah sebagai individu, masyarakat, dan manusia pada umumnya. (Ali Ashraf, 1989:2)
Baca juga:
Kolom Pakar: Filosofi Hukum Islam Tentang Cita HukumMenurut Husni Rahim, pendidikan dalam Islam berupaya mencetak manusia yang berakhlak mulia, hamba Allah yang beriman dan bertakwa. (Husni Rahim, 2001:30) Sebagaimana menurut Kartino Kartono bahwa pendidikan adalah mewujukan manusia sebagai warga negara yang baik, yang menyadari kewajiban morilnya terhadap bangsa dan negara, yang bertingkah laku menurut akhlak dan moralitas yang tinggi. Pendidikan harus membantu anak didik menjadi manusia yang mandiri dan dapat bergaul dalam masyarakat dengan sikap berbudaya yang manusiawi, mengembangkan kemampuan alamiah anak didik, sehingga mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya, dapat menyelesaikan permasalahan hidup yang dihadapinya, melakukan proses pengembangan potensi manusia ke arah yang lebih rasional. Dengan demikian, tujuan prinsipilnya adalah mengembangkan kesadaran diri setiap individu supaya mengenal jati dirinya dan menguasai keterampilan hidup sehingga dapat bergaul dalam masyarakat. (Kartini Kartono, 1999:218)
Dengan demikian akan memberikan kesempatan kepada pikiran untuk aktif bekerja, membuka akal untuk berpikir keras kepada hal-hal yang positif dan menjadikan manusia berilmu sebagai bekal kehidupannya. (Masaruddin Siregar, 1999:18) Juga membentuk manusia yang bersusila, cakap, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air. (Ngalim Purwanto, 2002:18)
Baca juga:
Kolom Pakar: Filosofi Hukum Islam Tentang Teori MaslahatSecara normatif pendidikan akan membantu perkembangan proses subjek-didik ke tingkat yang lebih baik sesuai dengan pandangan hidup manusia. Sebagaimana Noeng Muhadjir mengatakan bahwa pengembangan pembelajaran yang mendalam harus menyesuaikan dengan minat, bakat, dan kultur masyarakat anak didik, sehingga pendidikan yang diraih bermanfaat untuk kehidupan dan pergaulan di masyarakat. (Noeng Muhadjir, 2000:97) Hal itulah yang dimaksud dengan upaya mewujudkan hamba Allah yang menyadari hak dan kewajibannya kepada Allah dan sesama manusia. (Abdurrman Mas'ud, 2001:5)
Dengan demikian ada upaya meningkatkan keterampilan profesional manusia untuk bekal hidup di dunia, meningkat iman dan takwa, meningkatkan kemampuan menyatukan kepentingan dunia dan akhirat. Tujuan pendidikan adalah proses mewujudkan manusia yang berbudi luhur, berpikiran cerdas dan terampil, serta beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. (Azyumardi Azra, 2002:5)
Pembentukan akhlak siswa amat penting, karena di atas ilmu ada akhlak yang mencerminkan keberhasilan pendidikan. Dengan demikian membentuk kepribadian siswa menjadi manusia yang beriman, bertakwa, dan memiliki kemampuan intelektual, kecerdasan emosional, dan spiritual harus proporsional supaya tidak berat sebelah, karena ilmu tanpa iman bisa membahayakan diri manusia. Disinilah pentingannya menyempurnakan nilai-nilai insani melalui peningkatan ilmu pengetahua yang islami. (Fatiyah Hasan Sulaiman, 1986:31)
Baca juga:
Kolom Ekonomi Syariah: Trust di Dunia IslamRekontruksi pendidikan Islami yang utama adalah tercapainya akhlak yang sempurna, karena siswa sebagai anak didik adalah manusia sebagai hamba Allah SWT. Maka pendidikan yang Islami adalah untuk mewujudkan manusia yang beriman, bertakwa, cerdas, sehat jasmani dan rohani, memiliki keterampilan memadai, berakhlak mulia, memiliki kesadaran yang tinggi dan selalu introspeksi diri, tanggap terhadap persoalan, mampu memecahkan masalah dengan baik dan rasional, dan memiliki masa depan yang cerah baik di dunia maupun di akhirat.
Tujuan pendidikan harus bertitik tolak dari hakikat manusia sebagai hamba Allah yang memiliki tugas sebagai khalifah di muka bumi yang memegang peran sangat penting dalam mewujudkan manusia sebagai makhluk yang berakal. Dengan demikian, tujuan pendidikan harus sejalan dengan tujuan hidup manusia, yakni mencapai keridoan Allah di dunia dan di akhirat.
SimpulanIlmu pengetahuan dapat dicari dan dengan mudah ditemukan di Google, sehingga pendidikan di dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat, bukan sekadar mencari dan menemukan ilmu pengetahuan, yang lebih utama adalah membentuk dan mengembangkan karakter anak didik supaya memahami ilmu pengetahuan dan menerapkannya untuk kehidupan sehari-hari dengan kaidah keislaman yang berbasis kepada nilai-nilai keimanan dan ketakwaan.
Tujuan pendidikan bukan hanya proses transfer ilmu pengetahuan kepada anak didik, namun yang lebih utama adalah membentuk akhlak mulia anak didik sehingga memiliki kemandirian, kedewasaan, dan kebijaksanaan dalam bertindak. Anak didik diarahkan dengan nilai-nilai Islami dan dibiasakan mewujudkannya untuk perilaku atau tindakannya. Dengan kontruksi tujuan pendidikan dan pembelajaran ini maka arah dan langkah-langkah yang dilakukan oleh para pendidik sedapat mungkin mengembangkan bakat, minat, dan kearifan lokal yang ada dalam kehidupan sosialnya, sehingga anak didik menerapkan ilmu pengetahuan dengan perilaku yang beradab dan menghargai atau tidak keluar dari nilai kearifan lokal dalam pergaulan dengan semua elemen masyarakat.(*)
(lam)