LANGIT7.ID-, Jakarta- - WHO melaporkan pada Kamis bahwa terjadi kelangkaan parah untuk obat-obatan, makanan, tempat berlindung, dan bahan bakar di Gaza, terutama di wilayah utara. Organisasi kesehatan dunia ini mendesak Israel untuk mengizinkan lebih banyak bantuan dan memfasilitasi operasi kemanusiaan.
Organisasi Kesehatan Dunia menggambarkan situasi di lapangan sebagai "bencana".
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menjelaskan bahwa ketika perang Gaza pecah lebih dari setahun lalu setelah serangan mematikan Hamas pada 7 Oktober di Israel, hampir semua pengungsi berlindung di gedung-gedung umum atau bersama keluarga mereka.
"Sekarang, 90 persen tinggal di tenda," ungkapnya dalam konferensi pers di markas WHO di Jenewa.
Baca juga:
Kelompok Houthi Yaman Tegaskan Lanjutkan Serangan ke Israel Meski Lebanon Gencatan Senjata"Kondisi ini membuat mereka rentan terhadap penyakit pernapasan dan penyakit lainnya, ditambah cuaca dingin, hujan, dan banjir yang diperkirakan akan memperburuk kerawanan pangan dan kekurangan gizi," tambahnya.
Situasi sangat memprihatinkan di wilayah utara yang terkepung, di mana penilaian yang didukung PBB bulan ini menyatakan bahwa kelaparan mengancam. WHO dan mitranya minggu ini melakukan misi tiga hari ke utara, mengunjungi lebih dari selusin fasilitas kesehatan.
Tedros mengatakan tim menyaksikan "jumlah pasien trauma yang tinggi dan meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit kronis yang membutuhkan perawatan."
"Ada kekurangan kritis obat-obatan penting."
WHO "melakukan semua yang kami bisa -- semua yang diizinkan Israel -- untuk memberikan layanan kesehatan dan persediaan," tambahnya.
Dari 22 permintaan misi ke utara pada November, hanya sembilan yang difasilitasi, kata Rik Peeperkorn, perwakilan WHO di wilayah Palestina, kepada wartawan.
Dia berharap misi yang direncanakan pada Sabtu akan terlaksana ke dua rumah sakit yang tersisa yang masih berfungsi "minimal" di utara: Kamal Adwan dan Al Awda.
"Mereka membutuhkan segalanya," kata Peeperkorn.
Dia menggambarkan kurangnya bahan bakar yang sangat parah, memperingatkan bahwa "tanpa bahan bakar tidak ada operasi kemanusiaan sama sekali."
Sebagai catatan positif, Peeperkorn mengatakan WHO telah memfasilitasi evakuasi medis 17 pasien dari Gaza ke Yordania minggu ini, 12 di antaranya akan melanjutkan ke Amerika Serikat untuk perawatan.
Mereka termasuk dari hampir 300 pasien yang berhasil keluar sejak Israel menutup penyeberangan perbatasan utama Rafah Gaza pada awal Mei, kata Peeperkorn.
Namun sekitar 12.000 pasien saat ini menunggu di Gaza untuk dievakuasi karena alasan medis, katanya, menuntut koridor medis keluar dari wilayah tersebut.
"Jika kita terus dengan kecepatan ini, kita akan sibuk selama 10 tahun ke depan," ujarnya.
(lam)