LANGIT7.ID-, Jakarta- - Rasulullah sebagai seorang mualim atau guru bagi para sahabat dan kita semua merupakan contoh yang sempurna. Merujuk hal itu Kementerian Agama meluncurkan sebuah buku berjudul "Menjadi Guru Ala Nabi" yang menawarkan pendekatan pendidikan berbasis tradisi Islam.
”Buku ini hadir sebagai jawaban atas kebutuhan untuk mengembalikan sistem pendidikan Islam yang berbasis pada nilai-bilai Al Quran dan hadist-hadist Nabi yang relevan dengan teori pembelajaran modern,” ungkap Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemenag Thobib Al Asyhar yang juga merupakan pengarang buku tersebut pada gelaran Book talk di Jakarta, Senin (28/11).
Menurut Thobib, buku tersebut bukanlah karangan yang asal jadi dengan menggunakan kemudahan Artificial Inteligent (AI), melainkan hasil dari pemahaman nilai- nilai Bagaimana kita ingin mengembalikan sistem pendidikan Islam berbasis pada nilai-nilai Al Quran dan hadist-hadist nabi," ujar Thobib dalam diskusi peluncuran buku di Jakarta, Jumat (29/11/2024).
Thobib menjelaskan buku tersebut dilatarbelakangi oleh semangat untuk menggali kembali praktik-praktik pembelajaran yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW, para khalifah, dan tokoh-tokoh Islam lainnya.
Menurutnya, banyak prinsip pendidikan yang telah lama diterapkan dalam tradisi Islam, yang ternyata sangat relevan dengan teori-teori pembelajaran modern.
"Banyak praktik pembelajaran dan pendidikan yang ditunjukkan oleh Nabi dan para khalifahnya sangat relevan dengan konteks pembelajaran kekinian. Kami menggali Turats (kajian-kajian keislaman), yang sebenarnya sudah sangat kaya," kata Thobib.
Buku "Menjadi Guru Ala Nabi" mengangkat berbagai pendekatan dalam pendidikan yang telah lama dipraktikkan dalam tradisi Islam.
Misalnya, prinsip pembelajaran melalui bermain dan bercerita yang dikenal dengan pendekatan Montessori, yang ternyata sudah diterapkan dalam tradisi sufi melalui suhbah—proses bercengkerama dan bercerita sebelum memasuki materi pembelajaran.
"Dalam praktek Islam ternyata sudah dilaksanakan," kata Thobib.
Kemudian di pesantren ada tradisi Sorogan. Kata dia, Sorogan adalah praktik pembelajaran berbasis santri, di mana mereka mengembangkan metode berpikir kreatif dan berpikir kritis untuk mengembangkan kemampuan di dalam belajar.
"Itu teori yang sebetulnya sudah banyak dipraktikkan di dunia Islam. Rasulullah banyak mengajarkan kepada kita," kata dia.
Buku yang disusun dalam periode 1,5 bulan dengan referensi yang didasarkan pada kitab-kitab dan sumber-sumber otoritatif dalam Islam, bukan dari teori-teori modern atau sumber internet yang tidak terverifikasi.
Thobib berharap buku ini dapat menjadi referensi utama bagi guru-guru madrasah dan Pendidikan Agama Islam (PAI), serta membantu membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berakhlak mulia.
"Buku ini bisa menjadi rujukan bagi guru-guru madrasah dan PAI menjadi pedoman buku pintar. Agar madrasah menjadi bagian peradaban untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas," kata Thobib.
(lam)