Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Rabu, 15 Januari 2025
home global news detail berita

Asal Muasal Tahun Baru Dirayakan 1 Januari, Padahal Sebelumnya Sempat di Maret

lusi mahgriefie Senin, 09 Desember 2024 - 13:15 WIB
Asal Muasal Tahun Baru Dirayakan 1 Januari, Padahal Sebelumnya Sempat di Maret
ilustrasi
LANGIT7-Jakarta,- - Tanggal 1 Januari setiap tahun dunia merayakannya sebagai tahun baru. Masing-masing negara punya tradisi sendiri dalam perayaan pergantian tahun. Pernah kah terbesit mengenai siapa yang menentukan tanggal tersebut jadi tahun baru, dan bagaimana sejarahnya?

Dari berbagai sumber disebutkan bahwa dalam kalender republik Romawi dan kalender Julian mengakui tanggal 1 Januari sebagai awal Tahun Baru. Tanggal tersebut dipilih sebagian untuk menghormati Janus, dewa permulaan Romawi dan nama bulan tersebut. Mengutip dari britanicca.com.

Meskipun umat Kristen abad pertengahan berusaha mengganti 1 Januari dengan tanggal-tanggal yang lebih penting secara keagamaan, Paus Gregorius XIII membuat revisi kalender yang secara resmi menetapkan tanggal 1 Januari sebagai Hari Tahun Baru pada tahun 1582.

Tanggal tersebut secara bertahap diadopsi di Eropa dan sekitarnya; kemudian menyebar ke negara-negara yang tidak memiliki tradisi Kristen yang dominan.

Kalender Romawi Pertama

Pada masa itu manusia telah menandai waktu di kalender setidaknya selama 10.000 tahun, namun metode yang mereka gunakan bervariasi sejak awal.

Masyarakat Mesolitikum di Inggris melacak fase bulan. Orang Mesir kuno memandang ke arah matahari. Dan orang Tiongkok menggabungkan kedua metode tersebut ke dalam kalender lunisolar yang masih digunakan sampai sekarang.

Namun kalender modern yang digunakan di sebagian besar dunia berkembang pada masa Republik Romawi. Meskipun kalender ini dikaitkan dengan Romulus, pendiri pemerintahan dan raja pertama, kemungkinan besar kalender tersebut dikembangkan dari sistem penanggalan lain yang dirancang oleh orang Babilonia, Etruria, dan Yunani kuno.

Baca juga:KAI Wisata Siapkan Java Priority Khusus selama Libur Akhir Tahun

Berkembangnya pengetahuan ilmiah dan berubahnya struktur sosial bangsa Romawi pun mengubah kalender resmi mereka beberapa kali, sejak berdirinya republik ini pada tahun 509 sebelum masehi (SM) sampai pembubarannya pada tahun 27 SM. Melansir dari nationalgeographic.com.

Awalnya hanya ada 10 bulan dalam satu tahun; mencakup enam bulan dengan 30 hari, dan empat bulan dengan 31 hari, jadi total ada 304 hari dalam setahun.

Penanggalan tahun baru dimulai pada bulan Maret (Martius), yang diambil dari nama dewa Romawi Mars. Hal ini berlanjut hingga bulan Desember, yang merupakan waktu panen di wilayah Roma yang beriklim sedang.

Empat bulan pertama diberi nama berdasarkan dewa seperti Juno (Juni); enam bulan terakhir diberi nomor secara berurutan dalam bahasa Latin, sehingga memunculkan nama bulan seperti September (bulan ketujuh, diambil dari kata Latin untuk tujuh, septem). Ketika panen berakhir, begitu pula kalendernya; bulan-bulan musim dingin tidak disebutkan namanya.

Kalender Lunar Roma

Kalender 10 bulan tidak bertahan lama. Pada abad ketujuh SM, sekira masa pemerintahan raja kedua Roma, Numa Pompilius, kalender mengalami perubahan bulan.

Revisi tersebut melibatkan penambahan 50 hari dan meminjam satu hari dari masing-masing 10 bulan yang ada, untuk membuat dua bulan musim dingin baru yang panjangnya 28 hari: Ianuarius (menghormati dewa Janus) dan Februarius (menghormati Februa, festival pemurnian Romawi).

Sayang kalender baru ini dianggap sama sekali tidak sempurna. Karena orang Romawi percaya bahwa angka ganjil membawa keberuntungan, mereka berusaha membagi tahun menjadi bulan-bulan ganjil; satu-satunya pengecualian adalah bulan Februari, yang merupakan akhir tahun dan dianggap sebagai tahun sial.

Persoalan lain yaitu kalender mengandalkan bulan, bukan matahari. Karena siklus bulan adalah 29,5 hari, kalender sering kali tidak sinkron dengan musim yang ingin ditandai.

Kemudian pada tahun 45 SM, Julius Caesar menuntut versi reformasi yang kemudian dikenal sebagai kalender Julian.

Kalender ini dirancang oleh Sosigenes dari Alexandria, seorang astronom dan matematikawan yang mengusulkan kalender 365 hari, dengan tahun kabisat setiap empat tahun. Meskipun dia telah melebih-lebihkan lamanya tahun sekira 11 menit, sebagian besar kalender sekarang sudah sinkron dengan matahari.

Inovasi lain dari kalender baru Caesar yaitu tahun baru dimulai pada 1 Januari. Meskipun kalender Julian masih bertahan selama berabad-abad, tanggal tahun barunya tidak selalu dihormati oleh para penganutnya. Sebaliknya, umat Kristiani merayakan tahun baru sebagai hari raya mereka.

Terlepas dari beberapa penyesuaian yang dilakukan oleh penguasa Romawi lainnya, kalender Julian sebagian besar tetap sama hingga tahun 1582, ketika Paus Gregorius XIII menyesuaikan kalender agar lebih akurat mencerminkan jumlah waktu yang dibutuhkan Bumi untuk mengelilingi matahari.

Kalender lama panjangnya 365,25 hari; kalender baru panjangnya 365,2425 hari. Kalender baru ini juga menggeser tanggal yang sempat bergeser sekitar dua minggu, kembali sinkron dengan pergantian musim.

Akhirnya hanya dengan reformasi Gregory pada tahun 1582, tanggal 1 Januari benar-benar ditetapkan sebagai awal tahun baru bagi banyak orang.

Meskipun dunia modern sebagian besar menggunakan kalender Gregorian, kalender lain masih tetap ada. Akibatnya, budaya yang berbeda mengakui tanggal yang berbeda sebagai awal tahun baru untuk mengadakan festival, ritual, dan hari libur. Seperti contohnya Nowruz, Rosh Hashanah, dan Tahun Baru Imlek.

(ori)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Rabu 15 Januari 2025
Imsak
04:17
Shubuh
04:27
Dhuhur
12:06
Ashar
15:30
Maghrib
18:18
Isya
19:33
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Ikhlas:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ
Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa.
QS. Al-Ikhlas:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan