LANGIT7-Jakarta,- - Banyak orang menghadapi kondisi darurat evakuasi bencana membuat mereka sulit untuk melaksanakan shalat tepat waktu.
Namun, perlu dipahami bahwa kewajiban shalat tidak pernah gugur, kecuali dalam tiga keadaan: kehilangan akal sehat, haid, atau nifas bagi perempuan. Bahkan di tengah keadaan darurat sekalipun, salat tetap menjadi kewajiban yang harus ditunaikan.
Dalam kondisi di mana salat tidak bisa dilakukan tepat waktu karena alasan darurat, Islam memberikan kelonggaran untuk melaksanakannya pada waktu yang memungkinkan, yaitu ketika situasi sudah aman dan tidak berbahaya. Hal ini menegaskan fleksibilitas syariat Islam tanpa mengurangi kewajiban utama seorang Muslim.
Namun demikian, penting untuk diingat bahwa dalil yang membolehkan qadha salat hanya berlaku bagi mereka yang memiliki uzur syar’i, seperti lupa atau tertidur, dan bukan bagi mereka yang sengaja meninggalkan salat.
Rasulullah Saw menegaskan hal ini dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah. Para sahabat bertanya kepada Nabi Saw tentang salat yang terlewat karena tidur.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya tidak ada masalah lalai kalau sedang tidur. Sesungguhnya lalai itu dalam keadaan jaga. Maka apabila lupa salah satu di antaramu atau sedang tidur (sehingga tidak mengerjakan salat), maka kerjakanlah salat apabila telah ingat” [HR. al-Tirmiżi].
Baca juga:
3 Ayat Al-Quran yang Jelaskan Muhasabah Akhir TahunPermasalahan kehilangan waktu salat dalam situasi evakuasi dapat dianalogikan dengan kasus seseorang yang tertidur atau lupa.
Kesamaan antara kedua situasi ini terletak pada unsur tidak sengaja yang menjadi penyebab terlewatinya waktu salat. Dalam keadaan seperti ini, Islam memberikan solusi untuk tetap melaksanakan salat begitu kondisi memungkinkan.
Penegasan ini menjadi penting dalam mengingatkan masyarakat bahwa salat adalah tiang agama yang tidak boleh diabaikan.
Bahkan dalam situasi sulit, Islam memberikan pedoman yang jelas untuk tetap menjalankan kewajiban tanpa memberatkan umat.
Dalam setiap kondisi, salat adalah manifestasi dari ketundukan seorang hamba kepada Tuhannya, sekaligus bukti bahwa syariat Islam selalu memberikan solusi yang memudahkan tanpa mengurangi esensi ibadah.
(ori)