Dr. Beni Ahmad Saebani. M.Si.
Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung
LANGIT7.ID-Kelebihan dukun bukan hanya mampu mengobati orang yang sakit dengan memberi mantra dan jampi-jampi, melainkan terkadang sukses menerawang masa depan seseorang, meramal kehidupan kelamnya, memberi jampi untuk perjodohan, naik pangkat, pekerjaan yang mendatangkan penghasilan yang banyak dengan cepat, menemukan barang yang hilang, mengirim santet dan membalas penyantet, alhasil soal lahir dan batin, syahadah dan ghaibah mampu diselesaikan dengan caranya yang unik, menurut orang yang memercayainya. Ini dukun yang asli bukan yang palsu atau dukun ori bukan kawe.
Dukun dalam bahasa Inggris disebut Clairvoyant (dukun/tabib), profesi sebagai penyembuh penyakit. Dukun disebut juga Psychic (cenayang/peramal), profesi sebagai cenayang atau peramal. Adapun dalam istilah syariat disebut thaghut, yakni manusia yang dianggap suci oleh para pengikutnya, dipuja dan disembah. Menurut Muhammad Maslihun, dalam Praktik Perdukunan dari Akidah Islam (2021 : 9) dukun adalah solusi bagi permasalahan masyarakat tradisional bahkan primitif dikarenakan belum terjadi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tentu, yang dimaksud belum berkembang ilmu kedokteran dan kesehatan, juga masyarakat yang masih bertempat tinggal di pegunungan dan pelosok desa yang cukup terpencil. Oleh karena itu, dukun itu solusi untuk semua masalah, mulai pengobatan, ramalan, usaha, perjodohan, pemulasaraan jenazah, lahiran bayi, dan sebagainya.
Baca juga: Kolom Pakar:Konsep dan Aplikasi Pasar Uang SyariahPengobatan Alternatif Dalam pengetahuan agama manapun, termasuk Islam, dibahas mengenai dukun, ulama, hikmah, sihir, kerasukan, pengobatan alternatif, jampi dan doa, dunia nyata dan alam gaib. Hanya yang menjadi masalah, semenjak kapan Dukun melakukan kemusyrikan? Dalam pandangan Islam perdukunan atau kahin termasuk perbuatan syirik. Secara sosiologis masyarakat menghadapi pelbagai masalah dalam alam nyata dan alam gaib. Penyakit yang mengerogoti tubuh didiagnosa oleh ilmu kedokteran dan hasilnya disebabkan adanya bakteri, virus, dan penyebab lainnya yang bersifat organik. Lalu tubuh terkena racun sehingga banyak fungsi vitalnya terganggu dan akibatnya sakit. Akan tetapi apakah semuanya demikian? Bahwa hanya disebabkan oleh bakteri atau virus. Banyak orang yang sakit dikarenakan stres, depresi, kalap, patah hati, putus asa, dan gangguan kejiwaan lainnya, bagaimana mengobatinya? Karena penyebabnya bukan bakteri atau virus. Obatnya agama, banyak berdoa, mendekatkan diri kepada sang Pencipta, banyak bersyukur, sabar, istigfar, dan serentetan obat-obatan bersumber dari ajaran agama. Siapa dokternya? Ustaz, kyai, ulama, ahli zikir, ahli hikmah, orang pintar, dan mama ajengan atau kyai kanjeng. Lalu, dibuatlah rajah, tulisan huruf arab isinya sepotong-sepotong ayat dari al-Quran, kalimat doa, dan kalimat zikir dan wirid. Dicelupkan ke dalam air putih lalu diminumkan kepada pasien yang sedang sakit.
Kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan alternatif melalui dukun ternyata banyak dilakukan oleh masyarakat kiwari yang hidup di zaman modern dan era digital. Kepercayaan kepada pengobatan mistis dengan minta bantuan makhluk ghaib. Percaya bahwa makhluk ghaibnya akan membantu kesulitan hidup manusia yang memohonnya. Bahkan, hal yang tidak logik diyakini sebagai bagian keharusan dalam pengobatan melalui perdukunan maupun hikmah. Dua duanya dilakukan dengan cara-cara yang tidak masuk akal.
Ahli hikmah sering dipanggil “orang pintar” memangnya bagaimana hingga disebut “orang pintar”, karena pengobatannya tidak masuk akal. Orang sakit perut diobati dengan rajah, orang putus asa diobati minum air doa, jampi-jampi dicampur doa atau doa diaduk dengan jampi. Inilah yang juga sering disebut sebagai ilmu hakikat, padahal hakikat itu yang sebenarnya, berarti yang tampak, karena yang tidak tampak dan bukan yang sebenarnya itu majazi. Tetapi karena dipadukan dengan syariat dan hakikat maka setiap syariat ada hakikatnya. Tidak salah, tetapi hakikat dalam syariat itu tujuan yang tergantung yang bersifat esensial, misalnya berwudhu syariatnya sebagai syarat untuk sahnya shalat, hakikatnya bukan menyucikan anggota tubuh melainkan menyucikan diri dari najis dan yang telah membatalkan wudhu. Apabila hakikat dihubungkan dengan pengobatan dengan air doa, jampi, zikir, dan rajah, maka akan sulit menemukan syariatnya dari sistem pengobatan tersebut. Akan tetapi, masyarakat masih menerima dan memercayai jalan yang dilakukan oleh perilaku perdukunan maupun yang sejenisnya.
Baca juga: Kolom Pakar: Sosiologika Pengalaman Kebatinan Dalam KeberagamaanPenerimaan sosial terhadap istilah orang pintar pun biasanya lebih positif dibandingkan penggunaan istilah dukun. Sebab, meskipun memiliki persamaan karateristik dengan dukun dalam hal bantuan yang diberikan merujuk pada penggunaan istilah orang pintar biasanya tidak meminta imbalan atas jasa yang diberikan, dan tidak seperti tipikal dukun dalam penggunannya secara istilah.
Menurut Clifford Geertz (Agama Jawa, 2014:447-448) biasanya dukun itu merangkap berbagai profesi, karena awalnya dukun itu penyihir sebagaimana pada zaman Nabi dan Rosul seperti zaman Namruz, Fir’aun, hingga zaman Nabi Muhamamad saw. terlebih di Afrika, dikenal amat banyak dukun dengan berbagai etnik, di antaranya adalah sebagai berikut:
- Afrika Selatan : Sangoma
- Nigeria : Babalawo
- Ghana : Okomfo
- Kenya : Ajaye
- Tanzania : Debtera
- Maroko : Mouallim (dukun spiritual/ahli hikmah)
Yang menarik dari perdukunan di Afrika Selatan adalah profesinya adalah sebagai tabib, yakni sekelas dokter tetapi melebihi keahlian dokter karena sebagai praktisi pengobatan tradisional yang menjalankan berbagai peran sosial dan politik dalam masyarakat seperti meramal , menyembuhkan penyakit fisik, emosional, spiritual, mengarahkan ritual kelahiran atau kematian, menemukan ternak yang hilang, melindungi prajurit, menangkal ilmu sihir , dan menceritakan sejarah, kosmologi, serta konsep tradisi mereka. Dukun sebagai pengobat dan penyembuh ini sangat dihormati dan dihargai dalam masyarakat, karena penyakit dianggap disebabkan oleh ilmu sihir, kerasukan, melanggar tatanan ajaran leluhur, dan menyimpangi adat.
Baca juga: Kolom Pakar: Canda Membawa Duka dan Bahagia Dengan originalitas dukun yang sebenarnya maka “mengapa harus dinyatakan sebagai perbuatan syirik”. Sebenarnya dapat dikatakan sebagai perilaku syirik apabila menuhankan dukun, sedangkan meminta ilmu dukun untuk mengobati penyakit bukan perbuatan syirik. Nabi Sulaiman as adalah seorang Nabi yang diberi mudjizat ilmu pengetahuan yang mampu memerintah jin. Jadi, kalau ada manusia yang mampu memerintah jin atau menaklukkannya dari segi mana dapat dikatakan sebagai perbuatan syirik.
Menurut Mulder (Mistisisme Jawa, 2001:39) perdukunan adalah ilmu mistisisme yang batiniah juga tersembunyi dengan penuh rahasia. Setiap orang memiliki cara tersendiri untuk mengembangkan gejolak batin mistisismenya, sehingga cara berkomunikasi dengan Tuhan atau dengan makhluk gaib pun berbeda. Dengan demikian, dukun, kyai, ahli zikir, ahli hikmah, tarekat, dan yang sejenisnya berbeda cara dalam berkomunikasi dengan alam gaib. Kekuatan spiritual dan energi meditasinya berbeda. Sehingga dalam pandangan masyarakat tertentu, dukun merupakan sebuah fenomena yang akan tetap ada karena konstruk masyarakat itu memiliki keparcayaan terhadap sesuatu yang lebih besar layaknya sebuah agama yang memiliki doktrin tentang tuhannya.
Baca juga: Kolom Pakar: SosiologI Seksualitas Perempuan, Belajar dari Kisah Qobil-HabilPemahaman sosiologis maupun antropologisnya profesi dukun itu beragam, ada dukun yang menggantikan posisi profesi bidan atau dokter yang disebut oleh orang Sunda “paraji/maraji”, dukun urut, dukun pijak, dan dukun beranak yang membantu orang yang akan melahirkan bayi. Selain itu, ada pula dukun yang memiliki kemampuan metafisik, misalnya meramal, menyihir, menghubungkan manusia dengan makhluk gaib, mengusir gangguan ruh halus, memberi mantra jampi-jampi untuk pengobatan, perjodohan, dan sebagainya. Sedangkan profesi dukun yang telah dinodai adalah yang banyak terjadi di Indonesia, misalnya dukun palsu dan dukun cabul. Nah, kalau yang dua itu modus perdukunan.(*)
(lam)