Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Jum'at, 21 Maret 2025
home global news detail berita

Wawancara Khusus Mahathir Mohamad: Romantisme Pasang Surut Hubungan Indonesia Malaysia

ahmad zuhdi Senin, 25 Oktober 2021 - 15:35 WIB
Wawancara Khusus Mahathir Mohamad: Romantisme Pasang Surut Hubungan Indonesia Malaysia
Wawancara eksklusif Langit7.id bersama Tun Mahathir bin Mohamad. Foto: Tangkap Layar Channel Youtube Langit7.id
LANGIT7.ID, Jakarta - Hubungan bilateral Malaysia dan Indonesia dalam catatan sejarah selalu naik turun. Dua negara bertetangga dengan rumpun yang sama itu ada kalanya dalam kondisi terburuk dan di lain hari baik-baik saja.

Dalam sejarah Indonesia, hubungan bilateral dengan Malaysia pada era orde lama berlangsung panas. Saking panasnya, istilah Ganyang Malaysia beberapa kali digaungkan di dalam negeri.

Baca Juga: Indonesia Targetkan Jadi Pusat Industri Halal dan Kiblat Fesyen Muslim Dunia

Sebagai negara dengan geografis saling bersebelahan serta sama-sama sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim, sudah sepatutnya Indonesia dan Malaysia saling kerja sama. Bukan tidak mungkin, kolaborasi etnis Melayu dan ummat Islam di dua negara tersebut mengantarkan Indonesia dan Malaysia sebagai raja di tingkat Asia Tenggara bahkan dunia.

Terkait hubungan Malaysia dan Indonesia, Redaksi Langit7.id mendapat keberkahan dengan diberi kesempatan mewawancarai khusus mantan Perdana Menteri Malaysia Tun Mahathir bin Mohamad. Tokoh politik Negeri Jiran itu menyebutkan, Indonesia dan Malaysia memiliki kesamaan spirit.

Yakni semangat untuk maju dan menjadi bangsa terpandang di mata negara-negara di dunia. Mahathir mengingatkan, ego kebangsaan dapat merusakan hubungan persaudaraan budaya antara Indonesia dan Malaysia. Berikut cuplikan wawancara Mahathir Mohamad dengan Langit7.id:

Menurut Tun bagaimana hubungan Indonesia-Malaysia ke depan?

Ya antara (dua negara) tetangga ada kalanya kita tegang tapi ada kalanya baik dan berhubungan layaknya mitra. Tetapi, hal tersebut tidak berarti bahwa tetap seperti itu. Ada kalanya kita mendapatkan hasil baik, ada kalanya kita membangun hubungan baik antara dua negara. Pada akhirnya kita berasal dari satu ras dan bahasa yang sama sehingga pemahaman antara kedua negara ini lebih dalam dari yang lain. Saya yakin persahabatan akan mengatasi permusuhan dalam hubungan Indonesia dan Malaysia.

Baca Juga: Malaysia Beri Bantuan Alkes untuk Penanganan Covid-19 di Indonesia

Tun melihat, kekuatan hubungan apa yang paling kuat antara Malaysia dengan Indonesia? Apakah di bidang sosial, politik, ekonomi, budaya?

Iya, dalam berbagai aspek sejarah kita. Itulah yang membentuk lahirnya hubungan antara kedua negara tetapi lebih dari itu kita memiliki kesamaan, yakni masing-masing ingin membangun negaranya. Jadi kita bisa belajar bersama, Malaysia belajar ke Indonesia dan masing-masing juga memiliki kesempatan yang sama.

Jika kita berbagi kesempatan itu, tentunya Malaysia dan Indonesia akan lebih sukses. Namun, terkadang kita lebih memilih kepentingan atau ego negara kita masing-masing. Misalnya, ketika kita mengusulkan industri skala besar yang hanya mampu jika populasinya besar dan kaya. Namun, jika kita tidak bekerja sama, potensi ini tidak dapat dimanfaatkan.

Jadi kepentingan ego negara merugikan kita, makanya masyarakat Indonesia-Malaysia dan para pemimpin kedua negara harus sepaham bahwa lebih baik bekerja sama dari pada bermusuhan. Saya yakin hubungan antara Malaysia dan Indonesia akan menjadi contoh pembangunan bagi semua negara di dunia.

Baca Juga: Wawancara Khusus Mahathir Mohamad: Tua Bukan Alasan Berhenti Mengabdi untuk Negara

Tun, bagaimana Anda melihat pemerintahan Indonesia di era Presiden Joko Widodo (Jokowi)?

Saya melihat Indonesia sekarang lebih maju dari sebelumnya. Dulu juga maju tapi Pak Jokowi ingin memajukan negaranya dan sekarang kalau kita membaca pemberitaan di pers mengenai perekonomian Indonesia, banyak langkah yang telah dilakukan Pak Jokowi. Jokowi memajukan Indonesia lebih dari kemajuan sebelum-sebelumnya.

Artinya, kepemimpinan Presiden Joko Widodo memang sudah on the track?

Dalam kepemimpinan negara mana pun akan ada orang yang mengganggu (kritik) pemimpinnya. Itu normal, saya juga menghadapi hal yang sama. Saya yakin Pak Jokowi mampu menghalau serangan tersebut.

Seperti apa kepemimpinan Presiden Joko Widodo terkait hubungan Indonesia dengan Malaysia?

Ya saya dekat dengan Presiden Jokowi, kita beberapa kali berbicara, dan berkomunikasi dengan satu bahasa. Saya menggunakan Bahasa Indonesia dalam kunjungan ke Jakarta. Saya bertemu dengan Presiden Jokowi tanpa jajarannya. Hanya dua orang yang didampingi dan kami berdiskusi panjang lebar tentang kemajuan kedua negara dan apa yang bisa kami lakukan.

Baca Juga: Meski Sudah Sepuh, Mahathir Masih Mahir dan Hobi Menyetir Mobil

Saya belajar banyak dari yang dilakukan Presiden Jokowi karena kita menyadari bahwa Indonesia lebih besar, memiliki 17.000 pulau dan ini menjadi masalah bagi kepemimpinan pemerintahan. Tapi Alhamdulillah, meski memiliki 200 suku, bahasa, dan lain-lain tetap satu bangsa. Ini sebuah keberhasilan karena biasanya keretakan di suatu negara akan berujung pada perpecahan.

Seperti yang kita lihat misalnya Rusia, walaupun begitu kuat, begitu keras akhirnya terpecah. Saya yakin Indonesia dapat mempertahankan pergaulannya dengan sukses besar.

Baca Juga: Ketika Mahathir Mohamad Beli Ikan Cupang, Bantu Pelaku Usaha Malaysia

Melebar ke Asia Pasifik, bagaimana Tun Mahathir melihat perkembangan Islam?

Sebenarnya kita sebagai muslim, kita sholat, puasa, zakat, haji, tapi masih banyak lagi ajaran Islam yang tidak dipikirkan. Jalan hidup, nilai-nilai Islam, seharusnya juga kita amalkan. Itu sebabnya, saya melihat muslim di wilayah ini tidak secanggih non-muslim. Sebaliknya, jika mengacu pada ajaran Islam, khususnya Al-Qur’an, andai kita mengamalkan ajaran tersebut mungkin ummat Islam lebih maju dari sekarang dan lebih maju dari yang lain. Hanya saja kita tidak sungguh-sungguh menjalankan ajaran Islam.

Kalau Tun melihat apakah perkembangan Islam saat ini sudah diterapkan secara kontekstual terutama di Malaysia,Indonesia ataupun Asia Pasifik?

Kita dapati ada sebagian dari orang Islam yang ingin kembali kepada zaman nabi. Kita tahu zaman nabi pun lain dari pada era kita hidup sekarang. Zaman nabi pun beda seperti sebelum zaman kenabian. Jadi, keadaan alam sekeliling berbeda sepanjang masa, untuk zaman ini ada perbedaan dengan zaman nabi. Kita harus sesuaikan diri kita dengan apa yang disuruh dalam Islam.

Baca Juga: Mengenal Sejarah Islam Lewat Destinasi Wisata Religi Kudus

Dia kurang Muslim, tetapi ketika orang-orang dengan pengetahuan Islam yang kuat membuat keputusan, dan keputusan itu tidak baik tanpa teguran, mereka akan melanjutkan. Oleh karena itu, jika buku ini terbuka untuk Islam untuk kita diskusikan secara relevan dengan situasi saat ini, saya pikir Islam memberikan panduan terbaik bagi kita.

Di seluruh Asia saat ini kami tidak menganut ajaran Islam yang benar. Kami mengikuti pemimpin, apa yang dikatakan pemimpin, yang dilarang oleh Islam, Islam melarang kami untuk membunuh tetapi ada pemimpi yang menyuruh kami untuk membunuh, tidak hanya orang lain, tetapi juga membunuh sesama Muslim. Yang mana dalam Al-Qur'an ini menjamin neraka bagi kita.



Baca Juga:

Rahasia Panjang Umur dan Hidup Sehat ala Mahathir Mohamad

Mahathir Mohamad, PM Malaysia Pertama yang Tak Berturut-turut Menjabat


(asf)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Jum'at 21 Maret 2025
Imsak
04:32
Shubuh
04:42
Dhuhur
12:04
Ashar
15:14
Maghrib
18:07
Isya
19:15
Lihat Selengkapnya
QS. Ali 'Imran:64 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ تَعَالَوْا اِلٰى كَلِمَةٍ سَوَاۤءٍۢ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ اَلَّا نَعْبُدَ اِلَّا اللّٰهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهٖ شَيْـًٔا وَّلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُوْلُوا اشْهَدُوْا بِاَنَّا مُسْلِمُوْنَ
Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang Muslim.”
QS. Ali 'Imran:64 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan