LANGIT7.ID, Jakarta - Timnas Indonesia sedang menjadi perbincangan publik karena telah melaju ke final Piala AFF 2020. Namun tak banyak yang tahu jika banyak di antara para pemain timnas adalah seorang santri yang pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren.
Keberadaan santri di skuad Garuda merupakan hal yang wajar. Mengingat salah satu olahraga favorit para santri adalah sepakbola. Kerap mereka memanfaatkan waktu sore dan libur untuk berolahraga bola bundar itu.
Nah, sama halnya dengan 5 punggawa Timnas Indonesia yang ternyata memiliki latar belakang seorang santri. Di antaranya:
1. Muhammad Rafli Mursalim Muhammad Rafli Mursalim merupakan santri Pondok Pesantren Al Asy'ariyah di Banten. Rafli menemukan jati diri setelah mondok memperdalam ilmu agama. Namun, justru dari situlah karir top scorer Liga SAntri 2016 di dunia sepakbola akhirnya terbuka.
Terlebih lagi, ponpes ia belajar sangat mendukung karirnya sebagai pemain bola. Sebab, sang kiai, Mahrusillah, juga memiliki hobi sepak bola. Jika ada waktunya, Kiai Mahrusillah, selalu mengajak santrinya main bola.
Rafli mendapatkan momentum emas saat Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi, menggelar Liga Santri secara nasional pada 2016. Kala itu, Rafli dan kawan-kawan berhasil lolos ke babak semifinal dan akhirnya pulang peringkat ketiga. Rafli memang sudah berpengalaman menimba ilmu di SSB Villa 2000 sejak berusia 5 tahun.
2. Yadi Mulyadi Yadi Mulyadi merupakan santri Pondok Pesantren Liunggunung. Punggawa Timnas satu ini memang tidak perlu diragukan lagi kemampuannya dalam memainkan si kulit bundar.
Berawal dari Pesantren Liunggunung dalam Liga Santri, sama seperti Rafli, membuat nama Yadi menjadi punggawa Timnas Indonesia. Namanya mulai menyeruak di sepak bola nasional saat menjadi bagian Timnas Indonesia U-16 menjuarai Piala AFF U-16 2018.
Kala itu, ia menjadi salah satu pemain yang diandalkan pelatih Fakhri Husaini di sektor lapangan tengah. Namun, jauh sebelum itu, yadi sebenarnya sudah meraih banyak kesuksesan di level junior sejak bermain di SSB Asad 313 Purwakarta pada usia 12 tahun.
Direkrut SSB Asad 313 setelah tampil menonjol di kejuaraan antar-SD se-Purwakarta, jatuh bangun sempat dirasakan pemuda yang memiliki latar belakang santri Pondok Pesantren Raudlatut Tarbiyyah Liunggunung, Plered, Purwakarta itu.
3. Evan Dimas Siapa yang tak kena Evan Dimas. Dia ngaji dan sekolah di SMA NU Shafta Lontar Citra Surabaya. Ia sempat memperkuat Timnas Indonesia senior.
Pemain kelahiran 1995 ini, sempat menjadi idola Tanah Air karena piawai memainkan kulit bundar di atas lapangan. Pria yang sering ditunjuk menjadi kapten Timnas U-23 sudah menyumbangkan gol untuk Timnas Indonesia di ajang sepak bola se-Asia Tenggara.
Evan Dimas menemukan bakat sepak bolanya saat dilatih Roy Kasianto dan bermain untuk SSB Mitra Surabaya. Hingga akhirnya, Indra Sjafrie melihat skill dalam sosok Evan Dimas yang membuatnya kini menjadi salah satu tulang punggung Timnas Indonesia.
4. Nadeo Argawinata Gemilang Nadeo Argawinata Gemilang merupakan santri Pondok Pesantren Al-Husna Kediri. Ia kini memperkuat Timnas Indonesia senior.
Nama Nadeo Argawinata sebagai penjaga gawang Timnas Indonesia menjadi perbincangan usai kemenangan 4-2 atas Singapura dalam ajang semifinal Piala AFF 2020. Terutama kegemilangannya menangkis bola tendangan penalti yang dilayangkan pemain Singapura.
Pria 24 tahun itu mengawali dan dan latihan sepakbola sejak usia Sekolah Dasar. Sekolah Sepak Bola (SSB) menjadi tempat memoles kemampuannya itu. Dari SSB Airlangga, dia lalu pindah ke SSB Macan Putih di Kediri, Jawa Timur.
5. Witan Sulaiman Witan Sulaiman merupakan santri Pondok Pesantren Syaikh Zainuddin Abdul Majid Anjani Lombok Timur NTB. Dia mendapat kepercayaan memperkuat Timnas Indonesia dari pelatih Shin Tae-yong. Dalam tiga pertandingan awal babak penyisihan Grup B, ia selalu diturunkan, baik sebagai starter maupun pemain pengganti.
Pada usia 20 tahun, pemain penyerang sayap ini mampu bermain efektif dan efisien dalam membantu serangan. Selain ketenangan dalam membawa bola, dia juga terampil dalam melepaskan umpan dan tembakan.
Pria kelahiran 8 Oktober 2001 itu mengawali perkenalan dengan sepak bola bersama Sekolah Sepak Bola (SSB) Galara Utama. Momen itu terjadi pada 2013 hingga 2016. Dari sana, kemampuan Witan tercium banyak pelatih, hingga akhirnya menembus ketatnya persaingan untuk masuk Sekolah Atlet Ragunan. Di Ibu Kota, kualitas pemain murah senyum ini makin meningkat. Hingga akhirnya bisa berkiprah di klub profesional sampai bisa bermain di klub Lechia Gdańsk di Liga Polandia.
(jqf)