LANGIT7.ID, Jakarta - Thailand terkenal sebagai negara berpenduduk mayoritas Buddha. Namun menariknya, pondok pesantren di negeri ini menjadi salah satu sistem pendidikan di tengah masyarakat.
Pondok pesantren dilestarikan oleh masyarakat Melayu-Muslim. Terlebih, Patani menjadi salah satu pusat penyebaran Islam pada abad ke-19. Ada banyak ulama-ulama Nusantara pernah mengenyam pendidikan di daerah tersebut.
Pada masa itu, pelajar muslim di Asia Tenggara terlebih dahulu belajar di Patani, sebelum berangkat ke Timur Tengah. Ulama-ulama dari Tanah Arab banyak menetap di daerah Thailand selatan itu untuk mengajarkan Islam.
Ulama Patani dan Tok Guru (guru agama dan kepala sekolah Pondok) juga berperan dalam menerjemahkan tafsir dan kitab klasik Islam dari bahasa Arab ke bahasa Melayu (dalam bahasa Jawi).
Tradisi Pondok PesantrenDalam tradisi Pondok, pengajaran dilakukan dalam bahasa Melayu dan Arab. Tidak ada sistem penilaian,sehingga pemerintah tida mengakreditasi. Pelajaran berkisar pada doa dan menghafal Al-Qur'an dan tafsir.
Pondok pesantren di Thailand memiliki kemiripan di Indonesia, yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama Islam saja tapi juga mata pelajaran umum untuk menambah wawasan santri.
Melansir
rsis.edu, saat ini, ada lebih dari 500 Pondok Pesantren yang beroperasi di Thailand selatan. Hanya 300 di antaranya yang terdaftar di pemerintah. Ini tidak terlepas dari sikap pemerintah Thailand yang menuding pesantren sebagai sekolah tradisional yang melahirkan ekstrimisme agama.
Sejak terjadi konflik pada Januari 2004 silam, pasukan keamanan Thailand sering menggeledah pondok pesantren atas dasar tudingan tersebut. Terutama pesantren yang ada di Narathiwat, Pattani, dan Yala.
Namun, penggerebekan ini semakin dilakukan tanpa peringatan, dan dipandang sebagai pelanggaran ruang religio-kultural oleh komunitas Muslim.
Di sisi lain, pemerintah meminta pengasuh pondok pesantren untuk mengatur pendidikan nasional. Namun, kebijakan itu sulit diterapkan. Sebab, pondok pesantren lahir dari keinginan pelajar muslim berguru kepada seorang ulama. Lalu berkembang menjadi sebuah pondok.
Pondok pesantren tetap menjadi pusat pembelajaran Islam dan gaya hidup Melayu-Muslim di Thailand selatan. Namun, seperti lembaga-lembaga serupa lainnya di Asia Tenggara, Pondok di Thailand menghadapi tantangan perubahan perubahan sosial, politik, dan ekonomi.
Meski begitu, mayoritas pesantren tetap fokus mengajarkan Islam kepada para santri. Mereka juga dibekali pengetahuan umum agar bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman, dan bisa menghadapi tantangan sosial, politik, dan ekonomi di masa depan.
(jqf)