Ada satu amalan sederhana yang sering terlewatkan, padahal memiliki keutamaan besar dalam meraih Lailatul Qadar, yaitu shalat Isya dan Subuh berjamaah.
Kisah Bani Umayyah dalam tafsir Surat Al-Qadar didasarkan pada sebuah hadis. Disebutkan bahwa pemerintahan Bani Umayyah adalah seribu bulan, tidak lebih dan tidak kurang barang sehari pun. Benarkah begitu?
Para mufassir (ahli Tafsir) menyatakan, maknanya adalah amal saleh (yang dilakukan pada) Lailatul Qadar lebih baik dari amal saleh selama seribu bulan (yang dilakukan) di luar lailatul qadar.
Doa dan zikir malam Lailatul Qadar ini dapat dibaca dari sekarang untuk menghidupkan 10 hari terakhir Ramadan. Rasulullah SAW juga menganjurkan kita untuk salat sunnah (qiyam) pada malam Lailatul Qadar.
Lailatul Qadar merupakan malam yang paling utama. Malam ini dimuliakan oleh Allah daripada malam-malam lainnya. Maka, ia merupakan malam yang penuh keberkahan.
Melakukan itikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan merupakan sunnah yang dianjurkan, dengan maksud untuk memperoleh kebaikan dan mencari Lailatul qadar.
Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan, Allah mensifati malam ini dengan keberkahan, karena Dia menurunkan kepada hamba-hamba-Nya berbagai berkah, kebaikan dan pahala pada malam yang mulia ini.
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) menyebut, semua umat Islam berpotensi mendapatkan lailatul qadar
Lailatul Qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Setiap Muslim dianjurkan untuk mencarinya di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan, khususnya pada malam-malam ganjil.
Lailatul Qadar Ramadan 2025 diperkirakan akan jatuh pada hari Ahad, 23 Maret 2025 atau malam ke-23 Ramadan 1446 H. Ini jika mengacu hitungan Imam Al-Ghazali dan juga ulama lainnya, sebagaimana disebut dalam Ianatut Thalibin juz 2.
Apalagi jika keseharian amalnya sudah seperti orang-orang yang mengharapkan lailatul qadar, kemudian diperlengkap dengan tempat yang sudah jelas kemuliannya, maka amalnya akan bertambah luar biasa.