Pada dasarnya Al-Qur'an merupakan petunjuk bagi manusia untuk keselamatan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, sebaliknya, manusia harus berbangga dengan adanya Al-Qur'an sebagai petunjuk.
Berdasarkan tafsir Ibnu Katsir pada ayat di atas, Sekretaris Dewan Hisbah Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis), KH Zae Nandang mengatakan, ayat tersebut merupakan adab bagaimana seharusnya seorang muslim bertamu ke rumah orang lain.
Haedar menjelaskan, dengan kandungan dan makna surat Al-Ashr ini, Rasulullah mengubah bangsa Arab yang sebelumnya penyembah berhala menjadi umat Islam yang memurnikan tauhid.
KH Zae Nandang menambahkan, setiap muslim perlu menjaga kefokusan agar tetap khusyuk. Dalam salat memang terkadang sering kali memikirkan hal lain, namun kita harus dapat mengendalikan pikiran tersebut agar kembali khusyuk.
Merujuk pada tafsir Ibnu Katsir dari ayat tersebut, pendakwah Ustaz Oemar Mita mengatakan, surat Al-Quraisy menceritakan tentang suku dan qabilah Rasulullah SAW berasal, yakni suku Quraisy.
Allah SWT menurunkan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW di tengah bangsa kafir Quraisy. Namun mereka enggan untuk mentadaburi isi Al-Qur'an, sehingga menyebabkan kekeliruan yang mengakibatkan tidak percaya kepada Rasul dan Allah SWT.
Berdasarkan tafsir Ibnu Katsir, Sekretaris Dewan Hisbah Persatuan Islam, KH Zae Nandang menjelaskan, janganlah bersumpah tidak akan menyambungkan kekerabatan.
Menurut Ibnu Katsir, ini adalah nikmat Allah yang terbesar untuk umat ini, yaitu dengan menyempurnakan agama mereka, maka tidaklah mereka memerlukan agama selain agama Allah, dan tidak kepada Nabi selain Nabi mereka.
KH, Zae Nandang menambahkan, orang-orang yang mendapatkan cobaan-Nya tidak lain yang sudah baligh. Karena anak-anak yang belum baligh masih belum mampu untuk menghadapi cobaan tersebut.
Orang yang dinilai berhasil dalam kehidupan di bumi, yaitu orang yang menjalankan sifat berlaku adil, amanah, dan taat. Tiga perkara itu berkaitan dengan sesama makhluk dan kepada Allah SWT.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan 'fi qulubihim maradun' artinya penyakit dalam masalah agama, bukan penyakit pada tubuh. Mereka yang mempunyai penyakit ini adalah orang-orang munafik.
Merujuk pada tafsir Ibnu Katsir dari penggalan ayat di atas, pendakwah Ustaz Oemar Mita mengatakan, kita hanya meminta perlindungan dari semua kejahatan apabila hari telah menjadi gelap gulita.
KH Zae Nandang menegaskan, kehidupan seorang mukmin yang tertib sesuai dengan ajaran agama Islam akan mendapatkan sebuah kehormatan sebagai mukmin sejati.