Muadz bin Jabal, sahabat muda Nabi yang paling paham halal-haram, wafat di puncak wabah Thaun di negeri Syam, setelah menyerahkan hidupnya untuk ilmu dan iman.
Kisah ini mengajarkan kesadaran yang terus-menerus akan kematian sebagai pintu menuju makrifat. Bukan untuk menakut-nakuti diri, melainkan sebagai alat untuk hidup lebih sadar, lebih jernih, dan tidak terperdaya oleh ilusi dunia.
Bagi sebagian orang, pintu surga bukan dibuka lewat amal yang menumpuk atau ibadah yang sempurna. Tapi cukup dengan satu kalimat yang dilafalkan di detik terakhir hidup: Laa ilaaha illallaah.
Sosok Ibrahim Sjarief Assegaf semasa hidupnya begitu menorehkan kesan yang baik, tidak hanya bagi keluarga, melainkan juga bagi banyak orang. Pimpinan Redaksi Narasi, Zen RS salah satu yang ingat betul tentang permintaan mendiang pada pertemuan terakhir mereka.
Najwa lalu bertanya pada Quraish Shibab, bagaimana cara untuk menghadapi kenyataan atas kematian orang yang paling dekat. Bagi Nana, mempersiapkan dan menerima hal itu tentu sulit sekali.
Qur'an tidak hanya menjelaskan tentang hari akhir, tetapi juga memberikan banyak informasi mengenai peristiwa-peristiwa menjelang dan sesudah kematian, termasuk kehidupan di alam barzakh.
Untuk membuktikan adanya kebangkitan, Al-Quran menceritakan apa yang dilakukan Allah terhadap seorang yang mempertanyakan tentang bagaimana kebangkitan.
Dalam keadaan mati mendadak, sakarat al-maut itu hanya terjadi beberapa saat singkat, yang mengalaminya akan merasa sangat sakit, laksana duri yang berada dalam kapas, dan yang dicabut dengan keras.
Ayat-ayat Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa kematian bukanlah ketiadaan hidup secara mutlak, tetapi ia adalah ketiadaan hidup di dunia.
Kematian walaupun kelihatannya adalah kepunahan, tetapi pada hakikatnya adalah kelahiran yang kedua. Kematian manusia dapat diibaratkan dengan menetasnya telur-telur.
Manusia, melalui nalar dan pengalamannya tidak mampu mengetahui hakikat kematian, karena itu kematian dinilai sebagai salah satu gaib nisbi yang paling besar.
Kematian dalam pandangan Al-Quran tidak hanya terjadi sekali, tetapi dua kali. Surat Ghafir ayat 11 mengabadikan sekaligus membenarkan ucapan orang-orang kafir di hari kemudian.