Dalam beberapa kasus, bahkan pertimbangan kepentingan umum (maslahat) didahulukan dari nash, walaupun ada nash sharih (tegas) yang bertentangan dengan itu.
Salah satu sebab utama ikhtilaf di antara para sahabat adalah prosedur penetapan hukum untuk masalah-masalah baru yang tidak terjadi pada zaman Rasulullah SAW.
Keluarga Sayidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fatimah bin Rasulullah SAW seba kekurangan. Kendati demikian, pasangan ini sangat dermawan. Uang yang ia miliki akan segera disedekahkan kepada orang yang memintanya.
Umar bin Khattab meminta kepada Ali bin Abi Thalib untuk membaiat Abu Bakar sebagai Khalifah. Hanya saja, Ali menolak dengan mengatakan dirinya lebih berhak daripada Abu Bakar.
Nyala sengketa politik antara Muawiyah dengan Ali bin Abi Thalib tak pernah padam. Meski begitu, Muawiyah yang akhirnya menjadi pemenang dalam sengketa itu tak bisa menahan air matanya ketika mendengar puja puji tentang kebaikan Ali bin Abi Thalib.
Ketika Ali bin Abi Thalib menginjak usia 6 tahun, Makkah dan sekitarnya dilanda paceklik hebat. Bagi mereka yang berkeluarga besar dan ekonomi lemah, seperti keluarga Abu Thalib , paceklik jelas bikin susah.
Gerakan oposisi yang masif membuat Khalifah Utsman bin Affan patah arang. Ia mengeluh: Aku rendahkan bahuku dan aku tahan tangan dan lidahku dari menyakiti kalian, tapi kalian jadi berani dan bersikap lancang kepadaku!
Kisah Muhammad Al-Hanafiyah mengajarkan nilai kepemimpinan Islam yang inspiratif. Putra Ali bin Abi Thalib ini menolak tawaran kekuasaan dan harta demi mencegah perpecahan umat. Keteladanannya dalam menjaga persatuan Islam masih relevan sebagai panduan menghadapi konflik di era modern.
Orang tua adalah kunci utama dalam hal mendidik dan mengasuh anak. Dalam Islam, ada sejumlah metode parenting tepat untuk mendidik anak berdasarkan Al-Qur'an dan hadits.
Motivator Muslim Indonesia, Kiki F Wijaya mengatakan terdapat empat kesulitan menurut Ali bin Abi Thalib yang pasti dan pernah dialami oleh semua orang.
Menurut Ali karramallahu wajhah, makna ayat di atas, yakni addibhum waallimhum, didiklah mereka dengan adab dan ilmu. Dengan begitu anggota keluarga akan memiliki pemahaman yang baik tentang agama dan berakhlak mulia.
Dikisahkan, kedua cucu kesayangan Rasulullah itu pernah merayakan Hari Raya Idul Fitri tanpa berhias dengan baju baru. Kisah ini tercantum dalam dalam kitab Al-Amali, yang diriwayatkan oleh Ibn Syahr dari al-Ridha.