Di hari terakhir masa tanggap darurat ini, Lukman menyatakan penderitaan penyintas makin parah. Bantuan logistik habis, relawan pulang, pemerintah belum menyediakan tempat tinggal baru, serta banyak MCK portabel yang sudah ditarik kembali.
Lembaga kemanusiaan Indonesia Care melihat adanya kelambanan dalam proses pembersihan puing-puing reruntuhan bangunan akibat gempa. Hal itu disebabkan banyaknya lokasi yang sulit dijangkau alat berat.
Dalam tausyiahnya, Ustaz Tondy Alfaraby dari LPB MUI menyampaikan kepada masyarakat untuk bersabar dalam menghadapi ujian dan perlunya meningkatkan keimanan. Para penyintas pun tampak khusu' mengikuti ceramah Jum'at tersebut.
Lukman menjelaskan bahwa pembentukan masjid darurat bukan hanya untuk ibadah salat warga, namun sekaligus menjadi posko dapur umum dan logistik kolaborasi tiga lembaga. Di antaranya LPB MUI, Indonesia CARE dan MDMC.
Sejumlah aspek yang menjadi teladan para filantrop, menunjukkan bagaimana lembaga filantropi unjuk transparan dalam memihaki kaum dhuafa, dan independen.
Pada pekan-pekan pertama kasus ACT menjadi banyak diperbincangkan, secara berentet terjadi pembekuan sepihak. Dimarakkan pemberitaan akan adanya 176 lembaga punya modus serupa ACT.
Koordinator Trauma Healing dari Rumah Semut Jalan Peduli, Bunda Reza mengungkapkan sejumlah permainan, dongeng dan badut ditampilkan dalam kegiatan yang diselenggarakan dalam hall mal Bogor Trade Word yang lokasinya persis di depan lokasi pengungsian.
Korban banjir bandang Sungai Cisarua sampai sekarang masih membutuhkan bantuan. Warga berharap dukungan donatur dan relawan untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Merespons gempa Afghanistan, Presiden NGO Indonesia Care, Lukman Azis Kurniawan mengucapkan duka cita mendalam dan berjanji akan bergandengan dengan sejumlah NGO di Indonesia untuk menggalang dukungan kemanusiaan dan kedermawanan bagi para korban.