Menteri Kebudayaan Fadli Zon Dapat Gelar Kehormatan Tidore, Maknanya Mendalam
Tim langit 7
Jum'at, 28 November 2025 - 09:23 WIB
Menteri Kebudayaan Fadli Zon Dapat Gelar Kehormatan Tidore, Maknanya Mendalam
LANGIT7.ID–Jakarta;Dalam rangkaian kunjungan kebudayaan di Provinsi Maluku Utara, Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, mengunjungi Kedaton Kesultanan Tidore. Menteri beserta rombongan disambut dengan prosesi adat Penyambutan Agung dan Pemberian Gelar Adat oleh Kesultanan Tidore. Melalui upacara yang dipimpin langsung oleh Sultan Tidore, Husain Syah, Menbud Fadli Zon dianugerahi gelar kehormatan “Ngofa Bangsa Nyili Gulu-gulu”, yang berarti keluarga Keraton wilayah jauh, sebagai simbol penerimaan dan persaudaraan dari Kesultanan Tidore.
Prosesi dilanjutkan dengan pemakaian pakaian adat Tidore, sebuah tradisi penting yang penuh makna historis. Usai upacara, Menteri kemudian diajak meninjau isi Kedaton. Dalam kunjungan tersebut, Menteri Kebudayaan meninjau berbagai koleksi Kedaton Kesultanan Tidore yang menyimpan benda-benda pusaka kesultanan, benda antik, pakaian tradisional, alat perlengkapan kerajaan, serta artefak bersejarah lainnya yang mengilustrasikan perjalanan panjang Kesultanan Tidore. Kekayaan koleksi ini menjadi salah satu sumber pengetahuan penting mengenai warisan budaya Tidore, sekaligus landasan dalam penguatan tata kelola museum dan pusat budaya di Maluku Utara.
Dalam sambutannya, Menteri menyampaikan apresiasi mendalam atas penghormatan yang diberikan Kesultanan Tidore. “Terima kasih atas pemberian penghargaan budaya dengan sebuah upacara yang dipimpin oleh Sultan Tidore. Gelar ini menjadikan saya bagian dari persaudaraan Kesultanan Tidore,” ucapnya dalam keterangan resmi, Jumat (28/11/2025).
Menteri kemudian menyinggung kedekatannya dengan sejarah Tidore sejak melakukan ziarah ke makam Tuan Guru Tidore di Cape Town, Afrika Selatan, baik pada 2017 maupun November 2025. Beliau menegaskan dukungan agar Tuan Guru Tidore dapat diusulkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia, mengingat kontribusi dan rekam jejaknya yang sangat dikenal di Afrika Selatan.
Pada kesempatan tersebut, Menbud Fadli Zon juga menyampaikan komitmen Kementerian Kebudayaan untuk mendukung berbagai upaya memperkuat infrastruktur budaya, termasuk museum, keraton, dan taman budaya. Melalui kolaborasi public–private partnership, filantropi, dan CSR, pemerintah telah meningkatkan lebih dari 50 sarana prasarana budaya secara nasional.
Menbud Fadli Zon juga menekankan pentingnya menjadikan kebudayaan sebagai modal pembangunan masa depan. “Museum dan taman budaya berpotensi menjadi sumber ekonomi budaya, pariwisata, dan wisata budaya yang mampu menghasilkan PAD bagi daerah. Ke depan, semakin berkembang apa yang disebut cultural and creative industry atau industri budaya dan industri kreatif. Sumber daya alam seperti batu bara, nikel, minyak, dan lainnya akan habis. Tetapi budaya akan terus ada selama manusianya ada.”
Selain itu, Menbud Fadli Zon memaparkan sejumlah program yang dapat disinergikan di Maluku Utara, seperti Forum Komunikasi Seni Media, New Media Art, festival musik tradisi, hingga program pengembangan perfilman. “Film adalah medium yang sangat efektif untuk memperkenalkan budaya, karena di dalamnya ada musik, tari, kuliner, fashion, dan lain-lain,” ujarnya. Ia berharap kelak dapat lahir film tentang tokoh dan budaya Maluku Utara, seperti film tentang sejarah Kesultanan sebagai bagian dari diplomasi budaya. “Semoga suatu hari lahir film tentang Tuan Guru Tidore atau kisah-kisah budaya dan kesultanan lainnya, tentu komunitas dan ekosistemnya harus terus kita hidupkan” tambahnya.
Prosesi dilanjutkan dengan pemakaian pakaian adat Tidore, sebuah tradisi penting yang penuh makna historis. Usai upacara, Menteri kemudian diajak meninjau isi Kedaton. Dalam kunjungan tersebut, Menteri Kebudayaan meninjau berbagai koleksi Kedaton Kesultanan Tidore yang menyimpan benda-benda pusaka kesultanan, benda antik, pakaian tradisional, alat perlengkapan kerajaan, serta artefak bersejarah lainnya yang mengilustrasikan perjalanan panjang Kesultanan Tidore. Kekayaan koleksi ini menjadi salah satu sumber pengetahuan penting mengenai warisan budaya Tidore, sekaligus landasan dalam penguatan tata kelola museum dan pusat budaya di Maluku Utara.
Dalam sambutannya, Menteri menyampaikan apresiasi mendalam atas penghormatan yang diberikan Kesultanan Tidore. “Terima kasih atas pemberian penghargaan budaya dengan sebuah upacara yang dipimpin oleh Sultan Tidore. Gelar ini menjadikan saya bagian dari persaudaraan Kesultanan Tidore,” ucapnya dalam keterangan resmi, Jumat (28/11/2025).
Menteri kemudian menyinggung kedekatannya dengan sejarah Tidore sejak melakukan ziarah ke makam Tuan Guru Tidore di Cape Town, Afrika Selatan, baik pada 2017 maupun November 2025. Beliau menegaskan dukungan agar Tuan Guru Tidore dapat diusulkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia, mengingat kontribusi dan rekam jejaknya yang sangat dikenal di Afrika Selatan.
Pada kesempatan tersebut, Menbud Fadli Zon juga menyampaikan komitmen Kementerian Kebudayaan untuk mendukung berbagai upaya memperkuat infrastruktur budaya, termasuk museum, keraton, dan taman budaya. Melalui kolaborasi public–private partnership, filantropi, dan CSR, pemerintah telah meningkatkan lebih dari 50 sarana prasarana budaya secara nasional.
Menbud Fadli Zon juga menekankan pentingnya menjadikan kebudayaan sebagai modal pembangunan masa depan. “Museum dan taman budaya berpotensi menjadi sumber ekonomi budaya, pariwisata, dan wisata budaya yang mampu menghasilkan PAD bagi daerah. Ke depan, semakin berkembang apa yang disebut cultural and creative industry atau industri budaya dan industri kreatif. Sumber daya alam seperti batu bara, nikel, minyak, dan lainnya akan habis. Tetapi budaya akan terus ada selama manusianya ada.”
Selain itu, Menbud Fadli Zon memaparkan sejumlah program yang dapat disinergikan di Maluku Utara, seperti Forum Komunikasi Seni Media, New Media Art, festival musik tradisi, hingga program pengembangan perfilman. “Film adalah medium yang sangat efektif untuk memperkenalkan budaya, karena di dalamnya ada musik, tari, kuliner, fashion, dan lain-lain,” ujarnya. Ia berharap kelak dapat lahir film tentang tokoh dan budaya Maluku Utara, seperti film tentang sejarah Kesultanan sebagai bagian dari diplomasi budaya. “Semoga suatu hari lahir film tentang Tuan Guru Tidore atau kisah-kisah budaya dan kesultanan lainnya, tentu komunitas dan ekosistemnya harus terus kita hidupkan” tambahnya.