LANGIT7.ID-, Jakarta- - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah akan menggelar dialog publik ketiga capres-cawapres. Dialog yang akan diadakan Nopember ini agar masyarakat tidak memilih pasangan seperti “memilih kucing dalam karung” dalam Pemilu 2024.
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir dengan jelas menyebut, Muhammadiyah tidak ingin demokrasi di Indonesia berlaku sebatas prosedural saja.
“Demokratisasinya bukan cuma prosedural, tapi juga harus substantif. Semua orang fair, konstitusi dijaga, aturan dijaga, hingga kemudian kita bisa nyaman,” kata Haedar dikutip Senin (13/11/2023).
Demokrasi substansial dilakukan oleh Muhammadiyah dengan langkah yang elegan, salah satunya melalui penyelenggaraan dialog publik ini. PP Muhammadiyah sudah mengirimkan undangan dan menunggu konfirmasi dari masing-masing pihak.
Baca juga:
Muhammadiyah Berpandangan Politik sebagai Media Dakwah“Ini sedang proses, Mas Sekum (Abdul Mu’ti) sedang diproses karena baru kemarin undangan dikirim secara langsung. Jadi Sekum dengan tim sengaja datang juga untuk menunjukan bahwa kita serius dan kita mengayomi semua pasangan,” tuturnya.
Haedar juga menambahkan, Muhammadiyah memberikan keleluasaan bagi warga persyarikatan dalam memilih capres-cawapres.
Warga Persyarikatan Muhammadiyah diharapkan menentukan pilihannya sesuai dengan tanggung jawab, kecerdasan, kearifan, dan hati demi kemaslahatan bangsa dan negara. Haedar juga tegas menyampaikan, Muhammadiyah tidak akan mengarah ke satu calon.
Muhammadiyah juga berpesan supaya “wasit” pertandingan di Pemilu harus adil dan jujur, serta pemainnya menjunjung sportifitas. Menurutnya, jika hal itu dilaksanakan sebagaimana mestinya akan membawa pertandingan yang enak untuk diikuti.
“Seperti pertandingan sepak bola, wasitnya jujur, para pemainnya menjunjung tinggi sportifitas. Tapi seringkan penonton itu ribut karena wasit tidak adil, permainan kotor, wafia pertandingan dan seterusnya,” pesan Haedar.
(ori)