Potret Siswa Gaza Rayakan Hasil Ujian Akhir di Tengah Kecamuk Perang
Muhajirin
Senin, 09 Agustus 2021 - 10:59 WIB
ilustrasi anak Gaza (foto: unicef)
Dentuman bom kerap terdengar. Gaza seolah menjadi saksi bisu kekejaman zionis Israel terhadap warga Palestina. Meski begitu, siswa-siwa Gaza tak pernah menjadikan perang sebagai alasan untuk mundur dari bangku sekolah. Mereka tetap menjalankan rutinitas pembelajaran meski trauma perang.
Di tengah reruntuhan, Mona Zaquot (17 tahun) duduk di atas kursi menatap ke layar gawai. Ia menunggu hasil ujian akhir sekolah, atau di Gaza dikenal dengan sebutan tawjihi.
Moda duduk bersama Ahmed, kakak laki-laki yang berusia 18 tahun duduk dengan ketegangan yang sama. Keduanya dikelilingi anggota keluarga lengkap dengan laptop menyala. Mereka menunggu hasil ujian.
Pemberitahuan masuk. Hasil ujian telah keluar. Ahmed mendapat nilai sempurna, 98,4. Sementara Mona tak kuasa menahan bahagia saat sang ibu membacakan nilainya yang mencapai 98,7. Mereka bersorak-sorai dan bertepuk tangan bahagia.
Baik Mona maupun Ahmed seolah tak percaya dengan hasil ujian itu. Bagaimana tidak, mereka menjalani ujian saat zionis Israel gencar melancarkan serangan udara ke wilayah Gaza. Mereka menggelar ujian sejak 24 Juni hingga 12 Juli 2021.
Mereka menjalani serangkaian ujian selang beberapa pekan zionis Israel membombardir jalur Gaza yang sudah porak-poranda. Peristiwa itu dikenal sebagai serangan 11 hari, yang membuat 260 warga Palestina syahid, termasuk 66 anak-anak. Serangan ini merupakan salah satu serangan Israel paling intens di Gaza, dan menargetkan berbagai infrastruktur sipil.
Sama halnya Moda dan Ahmed, ribuan siswa di Gaza belajar tanpa lelah. Hasil ujian itu sangat menentukan perjalanan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Para siswa mempersiapkan ujian sejak awal tahun, namun mereka yang tinggal di daerah konflik memiliki kesulitan tersendiri.
Di tengah reruntuhan, Mona Zaquot (17 tahun) duduk di atas kursi menatap ke layar gawai. Ia menunggu hasil ujian akhir sekolah, atau di Gaza dikenal dengan sebutan tawjihi.
Moda duduk bersama Ahmed, kakak laki-laki yang berusia 18 tahun duduk dengan ketegangan yang sama. Keduanya dikelilingi anggota keluarga lengkap dengan laptop menyala. Mereka menunggu hasil ujian.
Pemberitahuan masuk. Hasil ujian telah keluar. Ahmed mendapat nilai sempurna, 98,4. Sementara Mona tak kuasa menahan bahagia saat sang ibu membacakan nilainya yang mencapai 98,7. Mereka bersorak-sorai dan bertepuk tangan bahagia.
Baik Mona maupun Ahmed seolah tak percaya dengan hasil ujian itu. Bagaimana tidak, mereka menjalani ujian saat zionis Israel gencar melancarkan serangan udara ke wilayah Gaza. Mereka menggelar ujian sejak 24 Juni hingga 12 Juli 2021.
Mereka menjalani serangkaian ujian selang beberapa pekan zionis Israel membombardir jalur Gaza yang sudah porak-poranda. Peristiwa itu dikenal sebagai serangan 11 hari, yang membuat 260 warga Palestina syahid, termasuk 66 anak-anak. Serangan ini merupakan salah satu serangan Israel paling intens di Gaza, dan menargetkan berbagai infrastruktur sipil.
Sama halnya Moda dan Ahmed, ribuan siswa di Gaza belajar tanpa lelah. Hasil ujian itu sangat menentukan perjalanan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Para siswa mempersiapkan ujian sejak awal tahun, namun mereka yang tinggal di daerah konflik memiliki kesulitan tersendiri.