Kisah Inspiratif Ngainul, Anak Guru Ngaji Raih Gelar Doktor dengan IPK 4,00 dan Lulus Tercepat
Tim langit 7
Jum'at, 26 Januari 2024 - 10:00 WIB
Mahasiswa pascasarjana UGM Mukhamad Ngainul Malawani lulus meraih gelar Doktor dengan IPK tertinggi 4,00. Dia pun meraih predikat sebagai lulusan tercepat pada wisuda UGM, Rabu (24/1/2024).
Ngainul meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi 4,00 sekaligus berpredikat Pujian.
Ngainul juga dinobatkan sebagai wisudawan dengan predikat lulusan tercepat karena berhasil meraih doktor dalam waktu 2 tahun 8 bulan 17 hari. Padahal, masa studi rata-rata jenjang program S3 adalah 4 tahun 9 bulan.
Ngainul mengaku senang berhasil menyelesaikan doktor dengan predikat IPK tertinggi dan menjadi lulusan tercepat.
Baca juga:Bingung Pilih Jurusan Kuliah? Simak Tips Psikolog Pendidikan Unair
Yang menarik, Ngainul tidak hanya berhasil menyelesaikan studi doktor, namun juga menyelesaikan pendidikan doktor di dua kampus yang berbeda yakni di Prodi S3 Ilmu Geografi UGM dan pendidikan doktor di University of Paris 1 Panthéon-Sorbonne.
“Sebenarnya saya ambil kuliah di dua tempat. Di UGM terdaftar Januari 2021. Di Perancis compulsory course telah selesai pada tahun pertama, jadi tinggal melanjutkan riset. Karena tahun 2021 juga masih suasana pandemi, kuliah di UGM pun semua dijalankan online tanpa harus saya pulang ke Indonesia,” ujarnya, dikutip dari laman UGM, Kamis (25/1/2024).
Ngainul meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi 4,00 sekaligus berpredikat Pujian.
Ngainul juga dinobatkan sebagai wisudawan dengan predikat lulusan tercepat karena berhasil meraih doktor dalam waktu 2 tahun 8 bulan 17 hari. Padahal, masa studi rata-rata jenjang program S3 adalah 4 tahun 9 bulan.
Ngainul mengaku senang berhasil menyelesaikan doktor dengan predikat IPK tertinggi dan menjadi lulusan tercepat.
Baca juga:Bingung Pilih Jurusan Kuliah? Simak Tips Psikolog Pendidikan Unair
Yang menarik, Ngainul tidak hanya berhasil menyelesaikan studi doktor, namun juga menyelesaikan pendidikan doktor di dua kampus yang berbeda yakni di Prodi S3 Ilmu Geografi UGM dan pendidikan doktor di University of Paris 1 Panthéon-Sorbonne.
“Sebenarnya saya ambil kuliah di dua tempat. Di UGM terdaftar Januari 2021. Di Perancis compulsory course telah selesai pada tahun pertama, jadi tinggal melanjutkan riset. Karena tahun 2021 juga masih suasana pandemi, kuliah di UGM pun semua dijalankan online tanpa harus saya pulang ke Indonesia,” ujarnya, dikutip dari laman UGM, Kamis (25/1/2024).