Haedar Nashir Tekankan Peran Strategis Muhammadiyah dan NU dalam Persatuan Bangsa
Tim langit 7
Kamis, 21 Agustus 2025 - 12:21 WIB
Haedar Nashir Tekankan Peran Strategis Muhammadiyah dan NU dalam Persatuan Bangsa
LANGIT7.ID-Jakarta;Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menerima kunjungan silaturahmi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf, pada Rabu (20/8) di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta. Pertemuan ini menegaskan kembali pentingnya sinergi antarormas Islam besar di Indonesia.
Menurut Haedar, keakraban Muhammadiyah dan NU bukan hal baru, karena kedua organisasi Islam tersebut telah lama menjalin komunikasi yang erat. “Selama ini PP Muhammadiyah dengan PBNU sudah sering bertemu untuk saling bersilaturahmi, dan menjalin persaudaraan sesama ormas Islam besar di Republik ini,” jelas Haedar dalam keterangannya, Kamis (21/8/2025).
Haedar menambahkan, kebersamaan ini perlu menjadi teladan positif bagi masyarakat luas. “Umat Islam tidak akan kuat dan maju jika tidak memupuk dan memperkuat ikatan ukhuwah, lebih-lebih di era medsos yang sangat bebas,” jelasnya.
Dalam pertemuan tersebut, kedua tokoh juga sempat mendiskusikan secara santai berbagai isu kebangsaan. Haedar menyebut, Muhammadiyah, NU, maupun ormas Islam lainnya, memiliki tanggung jawab yang semakin besar dalam memperkuat persatuan dan membangun masa depan bangsa.
Pertemuan antara Haedar dan Gus Yahya bukan sekadar silaturahmi, tetapi juga forum untuk saling bertukar pandangan mengenai bagaimana ormas Islam dapat berkontribusi lebih jauh bagi kemajuan bangsa. Mereka menyadari bahwa sejak masa perjuangan kebangkitan nasional, kemerdekaan, hingga pasca-kemerdekaan, peran Muhammadiyah dan NU begitu menentukan dalam sejarah Indonesia.
Haedar menutup pernyataannya dengan menegaskan posisi strategis ormas Islam. “Jika Muhammadiyah-NU, maupun ormas kebangsaan lainnya lemah maka bangsa Indonesia pun akan ikut melemah. Di sinilah posisi dan peran strategis ormas keagamaan di Indonesia yang perlu dijaga dan diperkuat bersama,” tutup Haedar.
Menurut Haedar, keakraban Muhammadiyah dan NU bukan hal baru, karena kedua organisasi Islam tersebut telah lama menjalin komunikasi yang erat. “Selama ini PP Muhammadiyah dengan PBNU sudah sering bertemu untuk saling bersilaturahmi, dan menjalin persaudaraan sesama ormas Islam besar di Republik ini,” jelas Haedar dalam keterangannya, Kamis (21/8/2025).
Haedar menambahkan, kebersamaan ini perlu menjadi teladan positif bagi masyarakat luas. “Umat Islam tidak akan kuat dan maju jika tidak memupuk dan memperkuat ikatan ukhuwah, lebih-lebih di era medsos yang sangat bebas,” jelasnya.
Dalam pertemuan tersebut, kedua tokoh juga sempat mendiskusikan secara santai berbagai isu kebangsaan. Haedar menyebut, Muhammadiyah, NU, maupun ormas Islam lainnya, memiliki tanggung jawab yang semakin besar dalam memperkuat persatuan dan membangun masa depan bangsa.
Pertemuan antara Haedar dan Gus Yahya bukan sekadar silaturahmi, tetapi juga forum untuk saling bertukar pandangan mengenai bagaimana ormas Islam dapat berkontribusi lebih jauh bagi kemajuan bangsa. Mereka menyadari bahwa sejak masa perjuangan kebangkitan nasional, kemerdekaan, hingga pasca-kemerdekaan, peran Muhammadiyah dan NU begitu menentukan dalam sejarah Indonesia.
Haedar menutup pernyataannya dengan menegaskan posisi strategis ormas Islam. “Jika Muhammadiyah-NU, maupun ormas kebangsaan lainnya lemah maka bangsa Indonesia pun akan ikut melemah. Di sinilah posisi dan peran strategis ormas keagamaan di Indonesia yang perlu dijaga dan diperkuat bersama,” tutup Haedar.
(lam)