home masjid

Utsman bin Affan: Peranan Amr bin Ash ketika Pasukan Romawi Mendarat di Iskandariah

Rabu, 19 November 2025 - 05:38 WIB
Taktik Amryang awalnya diterima dengan ragumenjadi tonggak penting dalam mempertahankan Mesir pada masa awal kekhalifahan Utsman. Ilustrasi: Ist
LANGIT7.ID-Benteng Babilon di Fustat masih diselimuti debu pagi ketika Amr bin Ash tiba, memimpin pasukan dengan langkah yang lebih tenang dibanding kecamuk yang sedang melanda Mesir Hilir. Pasukan Romawi baru saja mendarat di Iskandariah, awal 25 Hijri atau sekitar 664 Masehi. Dalam hitungan pekan, desa-desa di sepanjang delta Nil dijarah tanpa perlawanan. Setelah wafatnya Umar bin Khattab, Romawi mencium peluang langka. Kekaisaran Konstantinopel bergerak cepat, memanfaatkan kekosongan psikologis di tubuh pasukan Muslim.

Sumber-sumber sejarah menyebut suasana Fustat kala itu gamang, tulis Muhammad Husain Haekal dalam Usman bin Affan: Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan (Pustaka Litera AntarNusa). Komandan lokal, Kharijah bin Huzafah, mendesak Amr bertindak cepat. Bila pasukan Arab terus berdiam, rakyat Mesir bisa kehilangan kepercayaan dan malah berpihak ke Romawi.

Namun Amr memilih jalan berliku. Di mata jenderal tua itu, tergesa-gesa menghadang justru memperkuat Romawi. Ia memahami satu hal: hubungan Romawi dan rakyat Mesir dipenuhi dendam lama sejak Mesir lepas dari genggaman mereka. Membiarkan musuh berkeliaran karib dengan rakyat—menjarah, menghina, merampas—adalah cara paling cepat menciptakan kebencian berlapis, bukan hanya kepada penjajah, tapi juga simpati terhadap pasukan Muslim.

Biarkan mereka datang, begitu jawaban Amr kepada Kharijah. Mereka akan memperlihatkan keburukan mereka sendiri. Strategi itu bukan sekadar kalkulasi militer, tetapi pembacaan psikologis terhadap bangsa yang pernah ia hadapi bertahun-tahun.

Dan benar. Selama Romawi menembus desa-desa di Mesir Hilir, amarah rakyat memuncak. Tidak ada yang luput dari rampasan. Di saat itu, Amr menyiapkan pasukannya di Babilon, memantau gerak lawan. Begitu kabar tiba bahwa musuh telah mendekati Naqyus, ia memimpin 15 ribu prajurit keluar benteng.

Di bawah tembok Naqyus, dua pasukan akhirnya saling menatap. Hari itu, para prajurit Romawi dan Arab sama-sama tahu: siapa pun pemenangnya akan menguasai Mesir berikut segala kekayaannya. Pertempuran meletus sengit. Gelombang serangan berganti-ganti, tak ada yang mau mundur.

Ketika pasukan Muslim mulai goyah dan sebagian mundur, Amr memacu kudanya langsung ke jantung pertempuran. Pedangnya membelah barisan Romawi. Anak panah kemudian mengenai kuda, memaksanya turun. Amr tak berhenti. Berlari di antara prajurit infanteri, ia bertempur sambil meneriakkan semangat syahid atau menang.
Baca Selanjutnya
Bagikan artikel ini:
Berita Lainnya
berita lainnya