LANGIT7.ID-Jakarta; Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menegaskan bahwa Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia, sementara hipertensi pulmoner menjadi penyakit yang sering terlambat dikenali di Indonesia.
Dokter Spesialis Paru Prof. Dr. dr. Anna Rozaliyani, Sp.P(K), M.Biomed menjelaskan bahwa beban PPOK di Indonesia meningkat akibat tingginya angka merokok, paparan polusi udara, serta terbatasnya akses diagnostik seperti spirometri di layanan primer.
“COPD atau PPOK masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Dan Indonesia, tantangan ini, tantangan terkait PPOK ini salah satunya tinggi akibat angka merokok, paparan polusi udara, serta keterbatasan akses diagnostik, misalnya spirometri, deteksi dini di layanan primer terutama,” ujar dia dalam webinar Konferensi Pers World COPD Day -Pulmonary Hypentension Awareness Month 2025, Rabu (19/11/2025).
Selain PPOK, PDPI juga menyoroti rendahnya tingkat deteksi hipertensi pulmoner. Penyakit ini belum populer di masyarakat dan sering terlambat terdeteksi karena gejalanya tidak spesifik. Kondisi tersebut membuat banyak pasien baru terdiagnosis ketika sudah berada pada fase berat dan dengan pilihan terapi yang semakin terbatas.
PDPI menyampaikan komitmennya memperkuat tiga agenda besar untuk mengatasi kedua penyakit tersebut: pencegahan, deteksi dini, dan tatalaksana terstandar.
Pada pencegahan, PDPI mendorong kampanye anti-rokok termasuk rokok elektrik atau vape, serta edukasi mengenai polusi udara dan gejala awal gangguan fungsi paru. Pada deteksi dini, PDPI menekankan urgensi pemerataan akses spirometri di fasilitas kesehatan primer dan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan untuk mengenali PPOK maupun hipertensi pulmoner sejak tahap awal.
Prof. Anna juga menegaskan bahwa pengendalian kedua penyakit ini membutuhkan sinergi yang lebih luas. Ia menilai keberhasilan penanganan tidak hanya bertumpu pada tenaga kesehatan, tetapi pada kolaborasi seluruh pemangku kepentingan.
“Keberhasilan pengendalian COPD dan hipertensi pulmoner memerlukan kolaborasi lintas sektoral bukan hanya antar dokter spesialis atau antar dokter, tetapi juga dengan pemerintah, fasilitas kesehatan, akademisi, industri, komunitas pasien, dan tentu sekali lagi yang terpenting adalah dengan teman-teman media,” ujar dia.
PDPI berharap momentum peringatan World COPD Day dan World Pulmonary Hypertension dapat memperkuat kesadaran publik mengenai bahaya penyakit paru kronik serta pentingnya menjaga kesehatan pernapasan sejak dini.
(lam)