Ragam Model Wakaf Berpotensi Jaring Investor Aset Wakaf

LANGIT7.ID-, Jakarta- - Analis Bank Indonesia (BI), Rindawati Maulina, mengatakan, Indonesia memiliki potensi penggalangan wakaf uang sangat besar. Menurut Badan Wakaf Indonesia (BWI), nilai pengumpulan wakaf dapat mencapai hingga Rp20 triliun per tahun dengan asumsi 20 juta umat Islam berdonasi Rp1 juta per tahun atau kurang dari Rp100 ribu per bulan.

Namun dari fakta yang ada, jumlah wakaf tunai yang terkumpul pada 2022 sangat jauh di bawah potensinya, yaitu hanya sekitar Rp1,4 triliun atau kurang dari 1%. Untuk menarik minat berwakaf, pemerintah telah menggaungkan berbagai program, salah satunya fatwa DSN MUI pada 2012 tentang wakaf uang.

"Agar dapat lebih menjaring lebih luas calon wakif di seluruh nusantara, peran bank syariah di Indonesia juga ditetapkan sebagai lembaga pengumpul wakaf uang (LKSPWU) sesuai dengan UU Wakaf No.41 Tahun 2004," kata Rindawati melalui laman Badan Wakaf Indonesia (BWI), Senin (24/7/2023).

Menurut Rindawati, rendahnya jumlah muslim yang berwakaf uang menunjukkan ada hambatan dan tantangan prilaku muslim merespon penawaran wakaf. Padahal, inovasi pengelolaan wakaf uang sangat membantu tercapainya distribusi kekayaan dan kesejahteraan secara lebih luas, baik bagi si kaya maupun bagi si miskin sebagai penerima manfaat wakaf.

"Pengentasan kemiskinan melalui peningkatan kesempatan kerja dan pembangunan ekonomi masyarakat juga telah terbukti akan semakin efektif," kata Rindawati.

Latar belakang budaya yang membentuk prilaku, pemikiran, persepsi, dan ekspektasi terhadap wakaf sedikit banyak mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap berbagai program wakaf uang. Dengan demikian, tantangan berikutnya adalah melakukan peninjauan kembali terhadap ketepatan strategi yang diterapkan saat ini.

Muslim di Indonesia tidak homogen dari berbagai sisi karakteristiknya. Itu memberikan sinyal bahwa kunci keberhasilan pengembangan wakaf produktif tidak hanya pengumpulkan wakaf uang, namun memberikan porsi perhatian yang lebih besar pada prilaku dan karakteristik serta motivasi berwakaf muslim di Indonesia.

"Kita tidak dapat menjustifikasi bahwa seseorang yang religius tidak akan memiliki kepentingan dan kebutuhan yang bersifat duniawi. Sebaliknya, belum tentu valid menvonis bahwa golongan Muslim kaya yang sebenarnya mampu berwakaf menjadi tidak religius kalau mereka belum berwakaf," ungkap Rindawati.

Pergeseran paradigma tentang wakaf, terutama wakaf uang juga terbilang krusial. Harus ada edukasi dan sosialisasi bahwa wakaf tidak sekadar untuk membangun tempat ibadah, namun juga untuk menimba manfaat untuk kehidupan dunia dan akhirat.

Salah satu rekomendasi yang dapat ditelaah lebih lanjut adalah dengan mengembangkan model penghimpunan dan pengelolaan wakaf uang. Pengembangan itu dipadukan berbagai pilihan yang bisa mengakomodir keberagaman karakteristik dan motivasi dari Muslim dalam berwakaf.

"Selain dengan mempertimbangkan fleksibilitas jumlah wakaf dan jangka waktu, pihak terkait dapat membuka penawaran wakaf dengan tipe partisipasi yang lebih variatif sehingga sesuai dengan kebutuhan dan tujuan calon wakif, atau dapat dijuluki lebih terhormat sebagai para 'investor aset Allah'," ujar Rindawati.