LANGIT7.ID-, Jakarta- - Dalam upaya mendukung program energi terbarukan, Toyota Indonesia melakukan terobosan dengan menguji coba kendaraan berbahan bakar bioetanol. Langkah ini dinilai sebagai kontribusi nyata industri otomotif dalam mewujudkan kemandirian energi nasional.
Pada acara Media Diskusi Bioetanol dan FFV Test Drive di Karawang Plant, Jawa Barat, Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) memperkenalkan dua model kendaraan yang kompatibel dengan bahan bakar bioetanol. Fortuner FFV dan Kijang Innova Hybrid FFV menjadi pionir dalam penggunaan energi alternatif ini.
Bob Azam, Wakil Presiden Direktur TMMIN, menyoroti potensi besar bioetanol sebagai solusi energi masa depan. "Kami melihat peluang signifikan dalam pengembangan bioetanol. Baru-baru ini, kami berdiskusi dengan produsen bioetanol berbasis jagung di Lampung. Ke depannya, bioetanol akan menjadi komponen krusial dalam memperkuat ketahanan energi nasional," ungkapnya dikutip Jumat (6/9/2024).
Kolaborasi antara Toyota Indonesia dan Pertamina menjadi kunci dalam uji coba ini. Bioetanol yang digunakan berasal dari batang tanaman sorgum, diproduksi menggunakan teknologi distilasi dan dehidrasi di Laboratorium Technology Innovation Pertamina. Proses ini melibatkan kerjasama dengan universitas lokal yang telah melakukan uji penanaman di berbagai lahan.
Meski fokus pada pengembangan bioetanol, Toyota tetap membuka diri terhadap teknologi kendaraan listrik (BEV). "Kami tidak anti BEV, bahkan turut mengembangkannya. Namun, Toyota telah memproduksi mesin berbahan bakar etanol selama 20 tahun, hanya saja ketersediaan etanolnya yang belum memadai," jelas Bob.
Langkah Toyota ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mengurangi emisi karbon dan meningkatkan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT). Pengembangan industri otomotif berbasis bioetanol diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi petani dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi Indonesia.
Untuk memenuhi kebutuhan etanol dalam jangka pendek, Bob menyarankan pemerintah melakukan trade off, yakni menukar komoditas ekspor dengan impor etanol. Sementara itu, persiapan perkebunan untuk substitusi bahan baku bioetanol dapat dilakukan secara bertahap.
Inisiatif Toyota dalam mengembangkan kendaraan berbahan bakar bioetanol menunjukkan komitmen industri otomotif dalam mendukung program energi terbarukan. Langkah ini diharapkan dapat menjadi katalis bagi terciptanya ekosistem energi yang lebih berkelanjutan dan mandiri di Indonesia.
(lam)